(10) Hal Terbaik

616 407 276
                                    

Happy reading 💞
Voment juga buat yaamoon!

•••

"Gua terlalu nyaman sama mereka, sampai gua lupa cara menerima kenyamanan dari seseorang."

- Fabricia Yemima

••••

"Kenapa harus sekarang menyapa buminya?"

Tangan mungil Rici membersihkan seragam sekolah yang setengah basah. Ia tengah berteduh di halte bus karena hujan turun dengan tiba-tiba. Sangat disayangkan hari ini Rici tidak membawa payung, padahal malam sudah semakin larut. Rela tidak rela, Rici menunggu hujan reda seperti manusia lain yang bernasib sama.

"Malam yang kurang beruntung," cicit Rici sambil menatap langit gelap berselimut rintik air. 

Hari ini adalah hari ke empat Rici bekerja part time di tempat yang baru. Berhubung uang SPP belum dilunasi, Rici berinisiatif untuk mencari uang lebih. Punggung papa nya sedang berada di titik terberat. Biaya sekolah dan kuliah kakak nya saja sudah menyiksa tubuh pria paruh baya itu.

Bagaimana jadinya jika Rici menambahkan beban miliknya pula?

Lamunan Rici buyar seiring dering ponsel berbunyi. "Kak Miley."

"Halo kak."

"Ternyata lo masih punya waktu buat angkat telepon juga."

Senyuman tipis nampak sekilas. "Waktu gua nggak sesibuk itu juga kali."

"Lagian nggak ada yang berani mengabaikan telepon dari kakak tertua," goda Rici dengan tawa kecil.

Miley selalu saja mencari Rici ketika Rici tidak ada di sekitar gadis itu. Sama halnya seperti sekarang, Miley menelepon Rici tepat jam pulang kerja. Sangat beruntung memiliki Miley sebagai seorang kakak.

"Sembarangan!"

"Umur Inez dan Zoe cuma beda beberapa hari doang sama gua," cela Miley yang menekankan sekali lagi bahwa di antara mereka Miley bukanlah kakak tertua. Tahun dan bulan kelahiran Miley sama dengan Inez dan Zoe. Namun, sialnya tanggal lahir Miley berada di awal bulan. Hal tersebut selalu membuat Miley dipanggil sebagai kakak tertua.

Kepala Rici mengangguk setuju sambil tertawa kecil. Pada dasarnya memang Miley tidak menyukai arti dewasa.

"Dasar Rici!

"Semakin ke sini lo makin nyebelin ya," cibir Miley.

"Lo salah."

Rici tersenyum sarkastik lalu berucap, "Makin ke sini gua makin dewasa tau. Wajah gua nggak sebersih di usia 14 tahun. Tenaga gua terus menurun setiap harinya. Kantung mata gua juga menyaingi panda."

"Semua itu berlanjut sampai sarapan pagi gua digantikan oleh kata motivasi."

"Tetaplah bertahan, lewati sebisa mu, hanya batu kecil, tolong bangkit kembali."

"Kak, beradaptasi lah dengan cara gua bertarung," ungkap Rici. Berbincang dengan Miley telah menjadi kebiasaan terfavorit Rici. Setiap bersama gadis itu Rici merasa tenang dan nyaman. Meskipun tidak semua cerita Rici ungkapkan kepada Miley.

"Dewasa itu nggak enak, Ci."

"Lo terlalu memaksakan diri," tutur Miley.

"Nggak, gua cuma melakukan hal yang terbaik untuk diri sendiri."

"Itu satu-satunya alasan yang gua punya."

Tawa sebentar. "Terkesan mandiri, bukan?"

Hening, Miley tidak mengatakan apa pun di sambungan telepon. Di seberang sana, tatapan mata Miley berubah kosong. Perkataan Rici sukses membuatnya terpaku. "Semua orang mempunyai alasan untuk hal terbaiknya. Lantas bagaimana dengan gua? Alasan apa yang gua punya untuk melakukan itu semua? Keluarga? Sepertinya tidak."

She's a Fangirl || TERBITTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang