(45) Satu Persen

73 51 100
                                    

Happy reading 💓
Voment Yamoon Yeorobun

••••

"Bagaimana jika aku menyukainya, tetapi aku tidak bersuara?"

- Yamoon

••••

"Sekarang lo udah merasa lega?"

"Apa lo masih mau nangis lagi?"

Rici memukul Benua yang tidak berhenti mengejeknya sehabis menangis di tengah hujan. "Lubang hidung gua bisa-bisa nggak berfungsi kalau gua nangis lagi," ujar Rici memberitahukan kondisi lubang hidungnya yang sedang mendapat gangguan. Kedua lubang pernapasan itu mampat akibat ingus yang menghambat.

Benua tertawa mendengar hal tersebut. Rici cukup lama menangis di malam ini. Lihat saja matanya bengkak dan memerah.

"Lo nggak pulang?"

"Ini udah malam."

"Hujan juga udh berhenti, lo harus ganti pakaian sebelum masuk angin nantinya."

Tersenyum miring. Begitulah yang sekiranya Benua lakukan saat ini. "Ternyata enak juga ya dikasih perhatian sama Fabricia Yemima," goda Benua dengan raut wajah menyebalkan.

Sepertinya menggoda Rici menjadi kebiasaan yang menyenangkan untuk Benua. Dari sana Benua bisa mendapati wajah murni yang sekali-kali Rici tampilkan.

"Jangan bertingkah bodoh deh kali ini."

"Kesehatan tuh nomor satu."

"Besok lo ada jadwal kelas pagi. Sana pulang, gua udah baik-baik aja di sini."

Benua menggeleng pelan. "Gua mau lebih lama bareng lo boleh, ya?"

Hembusan napas Rici keluar mendengar hal tersebut. Kebiasaan Benua yang keras kepala telah muncul di tengah-tengah mereka. "Lo masih punya hari besok, Benua," lirih Rici yang berharap Benua bisa berkompromi dengan dirinya dan pulang ke rumah.

"Hari ini dan besok itu berbeda Rici."

"Ya, ya, ya terserah apa kata lo aja lah."

Rici mengeratkan handuk di tubuh Benua. Di saat ini Rici mengharapkan Benua tidak terkena angin malam. Jika tidak, Benua bisa kapan saja terserang flu, demam, dan penyakit lainnya.

"Ci, lo pernah mencintai seseorang sebelumnya?"

"Kenapa nanya begitu tiba-tiba?"

"Gua penasaran," jawab Benua.

"Mungkin nggak pernah."

"Papa lo sekalipun?"

"Biasanya kebanyakan dari wanita mempunyai cinta pertama dari papanya."

"Lo nggak seperti mereka gitu?" tanya Benua membuat Rici menggelengkan kepala.

"Entahlah, gua nggak merasa hal itu terjadi juga ke gua." Rici menjawab sambil menundukkan pandangannya ke bawah. Kakinya diayunkan seolah bermain-main dengan udara.

"Di kondisi keluarga gua yang kayak gini gua nggak berharap banyak tentang hal itu," sambung Rici.

Benua menyiratkan senyuman kemenangan yang menarik perhatian. "Syukurlah, itu tandanya gua punya kesempatan buat jadi cinta pertama lo. Bukan begitu, Ci?" goda Benua lagi. Alhasil yang Benua dapatkan hanyalah tatapan tajam andalan Rici.

"Enak aja!"

"Bisa dibilang nggak juga tau!"

"Lho kok gitu sih? Posisi itu belom ada yang nempatin. Nggak ada salahnya dong gua menyambit untuk dijadikan tahta," tutur Benua dengan kepercayaan diri yang tinggi.

She's a Fangirl || TERBITTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang