(12) Menerima Kenyataan

538 348 266
                                    

Happy reading 💞
Voment Yamoon Yeorobun

••••

"Selera lo pasti nggak jauh dari Kim Taehyung. Tampan, baik hati, penyayang, romantis, bahkan hampir sempurna. Jadi, nggak mungkin sosok itu gua."

- Alsaki Faherza

••••

Tangisan bergema pada seisi ruangan tidak luas. Terdapat tubuh gadis mungil yang meringkuk menutupi kepahitan. Dapat dilihat jikalau bulir air jatuh dari kelopak matanya. Ikut menyuarakan perpaduan malam dan kesedihan.

"Kenapa ayah sejahat itu?"

"Apa masih pantas kita disebut sebagai keluarga lagi?"

Sehabis pertengkaran hebat tadi, Zoe masih berkelana. Keretakan hubungan keluarga nya terjadi begitu tiba-tiba. Hal tersebut tentu terasa sulit dibiasakan oleh Zoe. Begitu pula dengan Laras, bunda Zoe.

"Zoe benci ayah," gumam gadis tersebut dibalik selimut yang menutupi.

"Kenapa Zoe harus ditakdirkan punya ayah seperti dia?!"

Sekejap mata, dunia Zoe hancur. Melebur hanya dengan satu alasan. Menyakitkan, sungguh!

"Zoe!"

Suara bariton menyahut. Mematikan kesunyian yang melanda di dalam kamar ini.

Mata Zoe mengerjap berkali-kali. Kala mendapati Ezra yang mendobrak pintu kamar tanpa izin. Lantas detik berikutnya, Ezra malah merenggut tubuh mungilnya ke dalam dekapan.

Tindakan spontan seperti ini rasanya merugikan bagi Zoe. Di mana jantungnya selalu kalah menahan debaran yang disebabkan Ezra. Tanpa terkecuali di kondisi terpuruk sekalipun.

"Lo baik?"

Zoe mengangguk tidak yakin.

"Kalau gitu bilang hari ini lo nggak nangis."

Terdiam sejenak. Tidak bersuara. Zoe hanya mengatupkan bibirnya rapat-rapat. Kali ini Zoe menduga bahwa Ezra mengetahui semua hal yang baru saja Zoe lalui.

"Zoe?"

"Gua nangis, sejadi-jadinya."

Kedua pasang bola mata itu bertatapan dengan perasaan masing-masing. "Ada baiknya sekarang lo temenin gua nangis lagi," sambung Zoe membuat kepala Ezra menggeleng tidak setuju.

Melihat bola mata Zoe yang hampir pecah saja membuat Ezra tidak karuan. Lantas bagaimana jadinya jika Ezra menemukan tangisan itu untuk kedua kalinya?

Ezra ikut duduk dan bersandar pada dinding. Mencoba merasakan kesedihan yang didera sahabatnya ini. "Lo akan membencinya?" tanya Ezra tiba-tiba.

"Dia?"

"Tentu saja, kenapa enggak?"

Zoe menghembuskan napasnya sambil menatap langit-langit kamar. Seorang anak yang terluka tidak mungkin berdiam diri saja. Alih-alih bertindak, mereka memilih untuk menaruh dendam dan kebencian.

Tidak jauh berbeda dengan Zoe saat ini.

"Bukan ayah lo."

"Tetapi semesta."

Kembali terdiam. Jika berbicara soal semesta, ini kali pertamanya Zoe menerima luka. Merasakan sakitnya dipaksa untuk menerima keadaan. "Mungkin," jawab Zoe lalu menoleh memandang Ezra.

"Gua terlalu percaya semesta milik gua bakal baik-baik aja."

"Walau sebelumnya nggak pernah ada kehangatan, tapi setidaknya gua nggak perlu menerima kenyataan."

She's a Fangirl || TERBITTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang