Happy reading Yeorobun 💓
Voment Yamoon••••
"Aku tidak butuh rumah, aku hanya butuh sosok yang bisa menerimaku pulang."
- Yamoon
••••
"Tiba-tiba?" tanya Miley beserta raut wajah yang kebingungan di halte bus. Kedatangan Kalza bersama sekotak cokelat membuat Miley bertanya-tanya. Dalam rangka apa, Kalza memberikannya cokelat. Lagipula hari ini baru pertemuan ketiga mereka dalam kelas musik.
"Ambil aja."
"Ada racun nya kah?" tanya Miley mencurigai.
"Kalo nggak mau, gua ambil lagi nih!" ancam Kalza yang setelahnya langsung dihentikan Miley. Tangan nya yang lincah itu tidak ingin menyia-nyiakan cokelat tersebut.
"Karena gua pecinta cokelat, okay, gua terima," jawab Miley takut dengan ancaman Kalza.
Senyuman Kalza tersirat tipis. Kali ini Kalza berhasil mendekati Miley dengan sekotak cokelat. Tidak seperti yang lain, selalu saja menghindari Kalza ketika tahu suatu fakta tidak baik mengenai dirinya.
Kenangan itu jelas menyakitkan. Ketika semua orang menganggap kehidupan Kalza menakutkan. Terlebih bahwa Kalza lahir di keluarga yang memiliki banyak larangan dan tuntutan.
Bagi orang lain, tentu itu terlihat bukan kehidupan normal.
"Lo bahagia, kah?" tanya Kalza tiba-tiba lagi. Sorot matanya tidak pernah terlepas dari arah Miley. Terkesan dingin, tetapi bisa dilihat bilamana ada beberapa hal yang hendak diutarakan.
"Bahagia?"
"Mungkin."
"Bagaimana caranya?" tanya Kalza.
"Dengan tetap hidup," lirih Miley sambil tersenyum manis kepada Kalza.
Meskipun Miley tidak tahu arah pembicaraan Kalza, tetapi Kalza harus tahu banyak hal di dunia ini. Salah satunya mengenai kehidupan yang selalu saja dianggap tidak penting untuk Kalza.
"Menurut gua, kita hidup itu untuk bahagia."
"Jadi kalau belom bahagia, jangan harap lo bisa mati," tutur Miley menyuarakan pemikirannya yang terbuka kepada Kalza.
Di dunia ini, semua manusia diberikan nyawa tentu punya tujuan masing-masing. Di antara semua tujuan itu seharusnya terdapat kebahagiaan sebagai ujung sebuah cerita. Layaknya drama dan dongeng yang selalu memiliki bab akhir bahagia.
Tawa sinis terdengar. "Aneh ya," cicit Kalza.
"Kita baru aja kenal, tapi gua selalu nggak bisa bantah setiap pemikiran lo."
"Semuanya tepat sasaran," lirih Kalza.
Miley mendengus remeh, kedua tangannya sudah bersilang di depan dada. "Pikiran anak kecil kayak lo, memang mudah ditebak," ujar Miley menganggap enteng.
"Gua anak kecil?" tanya Kalza membuat Miley manggut dengan lucu.
Umur mereka berpaut hampir 5 tahun. Kesenjangan umur tersebut sudah jelas bahwa di sini Miley adalah kakak Kalza. Hal tersebut juga yang membuat Kalza terlihat layaknya anak kecil.
"Yakin?" tanya Kalza memajukan wajahnya mengikis jarak dengan Miley.
Mata Miley sontak berkedip-kedip, merilekskan diri. Jarak mereka yang terlalu dekat membuat Miley tegang dan canggung. Terlebih Miley tidak pernah berkontak langsung dengan lawan jenis sedekat ini.
KAMU SEDANG MEMBACA
She's a Fangirl || TERBIT
Teen FictionRank : #1 Love myself #2 memori #2 benua #3 true friend #5 fandom Menjalani kehidupan dalam raga terlihat baik-baik saja itu sungguh melelahkan, bukan? Setiap hari selalu berusaha mempertahankan kata "Im fine" yang bertentangan dengan suara hati. S...