(28) Be Mine, Please

157 64 63
                                    

Happy reading 💞
Voment Yamoon Yeorobun

••••

"Dia sempurna dan itu cukup di mata gua, nggak perlu di mata kotor punya lo."

- Ginela Ranabenua

••••

"Jadi?" tanya Inez kepada Rici dan sosok lain yang ikut serta bersama mereka.

"Silahkan cerita," lontar Rici.

"Dia?"

Rici ikut melirik ke arah Benua yang asyik makan kentang goreng. Inez meminta bertemu di saat Rici tengah bersama Benua. Mau tidak mau pria yang satu ini ada di antara mereka. Akan membuang waktu lama jika mereka harus mengusirnya terlebih dahulu.

"Hiraukan," balas Rici singkat.

Benua melirik Inez yang sedari tadi memperhatikan dirinya. Ini kali pertamanya Benua bertemu Inez. "Gua Benua, temen nya Rici," sahut Benua memperkenalkan diri.

"Gua tau."

"Cowok yang selalu jadi paparazi Rici."

Inez cukup mengenal Benua dari suara ke suara. Terlebih dengan Leta yang begitu antusias menyuruh mereka mengikuti akun Instagram Benua.

Memang beberapa kali pria itu mengekspos hubungan nya bersama Rici. Alhasil topik tersebut menjadi topik pembicaraan mahasiswi di kampus.

"Gua ..."

"Lo Inez, senang bertemu dengan lo," sambar Benua membuat Inez melongo.

Senyuman kikuk Inez terbit seiring tangannya membalas sodoran tangan Benua. Menakjubkan! Benua bahkan tahu namanya. "The real paparazi," cicit Inez.

Rici melepaskan jabat tangan mereka.
Tujuan mereka bertemu sesungguhnya bukan memperkenalkan Benua. Namun Inez yang memiliki masalah serius untuk diceritakan.

"Ada masalah apa?"

"Gua terjerat sama spesies cowok gila."

"Maksudnya?"

"Gua punya pacar."

"APA?!" pekik Rici.

Rici menumpu dagunya di meja bersama perhatian penuh kepada Inez. "Lo yang ngajak, atau dia?" tanya Rici.

"Dia."

"Ah, berarti dia bener-bener cowok gila."

"Gimana bisa dia ngajak pacaran cewek kayak lo yang nggak pernah serius?" cibir Rici.

"Rici! Gini-gini gua juga punya tipe, ya!"

Sontak Inez membelalakkan matanya mendengar hal tersebut. "Anaknya gimana? Baik? Kalo nggak baik langsung putusin," ujar Rici pada intinya.

"Ba—baik sih, tapi dia cowok yang deket sama Zoe juga."

"Gua nggak enak soal itu," gumam Inez sambil menggaruk kepalanya memikirkan suatu hal.

"Apa masalahnya kalo deket sama Zoe?"

"Deket bukan berarti mereka ada hubungan, kan?"

"Lo udah tanya sama dia langsung belom hubungan mereka itu gimana?" tanya Rici bertubi-tubi lalu gadis itu menyeruput milkshake yang dibiarkan mencair.

"Mereka bertemu sama-sama tekanin kalau cuma temenan, tapi firasat gua nggak bilang gitu," lirih Inez.

"Gua yakin Zoe ada rasa sama dia."

She's a Fangirl || TERBITTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang