Happy reading all 💞
Voment Yamoon Yeorobun••••
"Percaya atau enggak, keluarga adalah orang paling brengsek yang pernah memberi luka!"
- Leta Ursula
••••
"Aku pulang," lontar Zoe sambil mencari keberadaan Bunda nya.
"Zoe, kamu udah pulang sayang?" Laras menoleh sekilas dengan pekerjaan dapur yang masih menjadi kesibukkan nya.
Zoe membalas dengan anggukan. Langkah kakinya tidak membawa Zoe untuk segera membersihkan tubuh. Melainkan gadis itu malah ikut memasuki dapur.
"Bun, masak apa hari ini?"
"Zoe udah lapar."
"Baunya harum, kah?" Zoe mengangguk antusias.
"Ayam rica-rica, tumis capcai, sama udang balado."
"Pasti enak, kamu harus makan banyak hari ini," gumam Laras.
Zoe terdiam sekejap. Terpaku dengan hasil masakan laras yang hampir selesai. "Kita sekarang cuma tinggal berdua, Bun," lirih Zoe.
"Siapa yang mau habisin masakan nya kalau semua masakan adalah favorite ayah?"
Mata mereka bertemu seolah terkoneksi dengan satu pikiran. "Aku cuma mengingatkan, aku anak yang nggak punya ayah lagi," sambung Zoe.
Kali ini Zoe tidak akan mengganggu Laras. Ada baiknya Zoe menjauh dari sana. Zoe tidak ingin hari ini dirinya harus meratapi nasib buruk yang tengah terjadi.
"Kamu nggak boleh ngomong gitu, Zoe," tegur Laras tidak menginginkan jiwa Zoe menghilang karena urusan rumah tangga nya.
"Mau bagaimana pun dia tetap ayah kamu."
"Haruskah aku menganggapnya ayah setelah dia menelantarkan aku?"
"Masih adanya dia memang bisa dianggap, aku punya ayah."
"Tapi nggak ada baiknya sama sekali jika ayah yang aku miliki seburuk dia," ujar Zoe lalu melanjutkan langkahnya menaiki anak tangga.
Laras yang mendengar hal tersebut sama sekali tidak membantah. Semua terdengar seolah ada benarnya. Bahkan saat ini matanya sedang berkaca-kaca.
Tarikan napas panjang Laras lakukan. Laras harus kuat menjaga keluarganya seorang diri. "ZOE JANGAN LUPA TURUN MAKAN YA, SAYANG."
"KAMU HARUS PIKIRIN TUBUH KAMU JUGA," teriak Laras mengalihkan topik agar tidak terlarut dalam sedih.
"YA BUN!!!" Zoe menjawab seadanya di dalam kamar. Membaringkan diri di atas kasur cukup menenangkan. Zoe menyukai suasana sepi yang kini terjalin di dalam kamar.
Sudah satu bulan lebih ayahnya pergi, tetapi Zoe merasa bahwa luka yang diberikan akan mustahil dihilangkan.
Zoe meraih ponselnya berniat menghubungi seseorang yang sudah lama tidak kelihatan. "Halo Ezra," sahut Zoe di saat pria itu menerima panggilan video nya.
"Zoe, ada apa? Tumben hubungi gua duluan."
"Kangen, kah?" tanya Ezra sambil mengibaskan rambutnya percaya diri.
"Males banget!"
"Apa susahnya coba bilang kangen?"
"Gua telpon cuma mau ngajak jalan."
"Bosen di rumah," lirih Zoe tersenyum tipis.
Ezra menyentil kamera handphone nya berharap sentilan tersebut sampai pada kening Zoe. "Makanya cari pacar, sekalinya bosen lo dateng ke gua," cibir Ezra.
KAMU SEDANG MEMBACA
She's a Fangirl || TERBIT
JugendliteraturRank : #1 Love myself #2 memori #2 benua #3 true friend #5 fandom Menjalani kehidupan dalam raga terlihat baik-baik saja itu sungguh melelahkan, bukan? Setiap hari selalu berusaha mempertahankan kata "Im fine" yang bertentangan dengan suara hati. S...