30. Friend to Friend

534 69 3
                                    

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Day 13

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Day 13

(Calender of Death)

Felix berjalan di sepanjang koridor, menunduk lesu karena sama sekali tak ada semangat untuk belajar. Bahkan datang ke sekolah saja antara niat dan tidak. Jika bukan karena permintaan ibunya, mungkin ia akan kembali bolos sekolah dan mendatangi lapas tempat Jisung di tahan. Ia ingin sekali menjenguk sang sahabat setiap harinya, namun ia sadar jika dunianya tidak boleh ia kendalikan sendiri.

Ia masih harus sekolah dan melanjutkan pendidikan, meskipun rasanya hambar karena tidak ada Jisung lagi di hari-harinya.

Sang sahabat sudah mendekam di penjara selama hampir seminggu, dan rasanya seperti mereka yang sudah setahun tidak bertemu. Felix rindu Jisung, ia rindu berandalan bodoh itu.

"Lix!"

Felix menghentikan langkahnya, menoleh saat seorang gadis memanggilnya.

"Kenapa kemarin kau tidak masuk?" Tanya gadis itu, Yeji.

"Malas."

Felix kembali melangkah, bersama dengan Yeji di sampingnya.

"Karena Jisung sudah tidak ada di sini lagi?"

Felix hanya diam, tak ingin menjawab pertanyaan gadis cantik itu.

"Aku tau, kau pasti sakit hati karena semua ini. Tapi bukan berarti kau harus melemahkan jalan hidupmu, Lix."

"Memang kapan aku kuat menjalani semuanya, Yeji? Jika bukan karena Jisung, aku tidak akan bersemangat bersekolah di sini. Dan sekarang semangatku hilang bersamaan dengan perginya Jisung."

"Aku paham ... tapi ayolah, Lix, Jisung akan bebas setelah enam tahun hukumannya. Jangan khawatir, dia tidak akan mati di dalam penjara."

Felix sejenak melirik Yeji. "Kenapa kau sangat ingin aku kembali semangat? Toh, mau aku menjadi buruk pun itu sama sekali tidak ada urusannya denganmu, kan?"

Yeji menghentikan langkahnya, menunduk menatap ujung sepatunya. Hal tersebut membuat Felix bingung dan ikut berhenti.

"Kenapa?" Tanya Felix.

Yeji menghela nafas, ia mengangkat kepalanya. "Jangan lupa, Lix. Aku sama sepertimu, aku kehilangan Chaeryeong juga karena dia masih di amankan atas masalah yang dia lakukan selama ini. Dia juga akan di keluarkan dari sekolah ini karena sudah mencemari nama sekolah dengan semua fakta tentangnya."

Felix mendengarkan dengan seksama.

"Dan kau tau sendiri, aku pun tak memiliki teman selain Chaeryeong. Aku paham dengan apa yang kau rasakan, tapi apa salahnya jika kita sama-sama kembali semangat. K-karena aku juga butuh teman untuk kembali bangkit." Yeji kembali melangkah mendekati Felix. "Kau mau kan menjadi temanku?"

Felix menatap gadis yang lebih pendek darinya itu, sejenak terdiam tanpa ingin menjawab.

"Lix?"

"Bukannya kita sudah bertemu sejak lama?"

"Tapi bukan itu maksudku." Yeji memainkan jari telunjuknya karena merasa canggung.

Felix tersenyum. "Aku tau apa yang kau maksud, Yeji... Ayo, kita ke kelas sebelum bel masuk berbunyi."

Felix melangkah lebih dulu menuju kelas mereka, meninggalkan Yeji yang kebingungan. "T-tapi, Lix! Kau sungguh paham dengan apa yang aku maksud kan?!" Yeji berlali mengejar Felix yang justru ikut berlari seraya tertawa jahil.

Yeji tau, selama ini ia juga bodoh karena selalu diam. Ia diam karena takut Chaeryeong akan meninggalkannya jika sampai ia salah berucap. Padahal, selama ini ia sudah cukup menasehati gadis itu dengan baik-baik, tapi Chaeryeong tetap saja pada sifat kerasanya yang memanfaatkan Jisung untuk keamanan hidupnya.

Lalu sekarang, Yeji sudah tak memiliki sahabat yang harus ia nasehati lagi, sebab Chaeryeong akan pindah sekolah keluar negri. Orangtua gadis itu sudah tau semua dan sepertinya ini sudah berakhir.

Jisung sudah di tangkap atas kesalahannya, dan hal itu membuat semua orang yang pernah menjadi korban Jisung bersorak senang. Mereka menyumpah serapahi Jisung yang bahkan tanpa mereka tahu jika selama ini Jisung bagaikan di cuci otaknya.

***

Sooyoung meraih se cup puding mangga yang ia buat dari dalam kulkas. Berjalan ke meja makan dan mulai memakannya.

Sepi, ruangan itu amat sepi. Tak ada suara Seungmin yang selalu bersamanya, dan tak ada suara Jisung yang terus memuji masakannya.

"Aku merindukan kalian berdua."

Wanita itu memakan pudingnya, dengan air mata kerinduan yang sudah tak bisa tersampaikan lagi.

Besok, mungkin ia akan kembali mengunjungi makam Seungmin lalu setelahnya berkunjung ke lapas tempat Jisung di tahan.

to be continued...

Di sini ruby bikin karakter mamak Sooyoung sebagai karakter yang kuat banget, tapi kadang ruby juga kepikiran, apa di dunia nyata ada orang yang karakter nya sama kayak mamak Sooyoung juga atau engga (´∩`。)

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Di sini ruby bikin karakter mamak Sooyoung sebagai karakter yang kuat banget, tapi kadang ruby juga kepikiran, apa di dunia nyata ada orang yang karakter nya sama kayak mamak Sooyoung juga atau engga (´∩`。)

[✔︎] My Annoying Grim Reaper || MinsungTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang