4) Resmi Mualaf (SELESAI)

20K 1K 27
                                    


Ingatkan jika typo

**************

**************

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

*********

"Setelah ini aku serahkan kepada mu Tuhan yang akan aku sembah mulai hari ini sampai selamanya."
~

aubriyiella stefanya Fazza smith

**********

Setelah beberapa saat kemudian mereka sampai di rumah syiara. Sesampainya di dalam rumah Ibu Syiara menyambut baik Faya datang.

"Nak Faya udah datang?" tanya Ibu dari Syiara, Bu Cici.

"Iya Tan, maaf ya Tante, Faya ngerepotin kalian dengan tinggal di sini," ucap Faya tidak enak kepada Ibu nya Syiara, Ibu nya Syiara Sangat baik kepadanya.

"Gak ngerepotin sayang, jangan ngomong gitu." Bu cici tersenyum menatap Faya, dia telah menganggap Faya sebagai putrinya sendiri.

"Faya beneran mau mualaf?" lanjut Bu Cici dengan sebuah pertanyaan.

"Iya, Tan." Faya menjawab dengan sedikit gugup.

"Kalau gitu, Faya siap-siap ntar ke masjid, soalnya Ayah Syiara udah nunggu kalian di masjid," ucap Bu Cici yang diangguki oleh Syiara dan Faya.

"Ayo Fay kita naik ke atas," ajak Syiara yang diberi anggukan oleh Faya.

"Ibu, kami ke atas dulu ya?" sambung Syiara, setelah Ibu Cici mengangguk barulah mereka naik ke lantai atas, ke kamar Syiara.

**

Setelah Faya menyiapkan diri, Sekarang syiara dan Faya sudah berada di masjid. Faya tidak merasakan gugup sedikit pun, karena ini sudah menjadi tekad dan keputusannya.

"Assalamualaikum, Ayah." Syiara mengucapkan salam ketika dia dan Faya telah beranjak masuk ke dalam masjid.

"Masuk," timbal pak Hamad dari dalam Masjid. Pak Hamad telah duduk bersila di dalam masjid.

"Ini temen syiara Faya, Yah." Syiara dan Faya telah duduk di depan Pak Hamad, dengan jarak yang sedikit jauh. Syiara juga memperkenalkan Faya kepada Ayah nya.

"Ayah udah pernah liat, kan Faya udah sering ke rumah."

Syiara tertawa pelan mendengar perkataan dari ayahnya.

"Kalau gitu, silahkan duduk dan kita mulai," ucap Pak Hamad.

"Setelah ini aku serahkan kepada mu Tuhan yang akan aku sembah mulai hari ini. Takdirku ada di tanganmu, berikanlah aku kebahagiaan yang tiada tara," ujar Faya dalam hati. Ini adalah tekadnya, keputusannya, maka dari itu dia mengharapkan kebahagiaan hanya dari-NYA.

Mualafnya Seorang Gadis Nakal (End-Revisi)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang