69• INGATAN FAIZAR KEMBALI
⚠️WARNING⚠️
SEBELUM BACA HARAP PENCET
TERLEBIH DAHULU LOGO
BINTANG DI SAMPING KANAN
BAWAH⭐
•
•
••
•
•1. Sudah ibadah apa belum?
Kalau belum, ibadah dulu ya. Dengerin
Omongan aku tuh. Ya... walaupun aku aja
Kadang belum full 5 waktu, setidaknya
Saling mengingatkan lah ya.لا يختل حياتنا بسبب لا يضطرب عبادتنا
"Tidak teraturnya hidup kita disebabkan tidak teraturnya ibadah kita"•
•
🔹☁️💠☁️🔹"Sholatlah agar hatimu tenang, Istighfarlah
agar kecewamu hilang dan berdoalah agar
bahagiamu segera datang"-Quotes islami 1:01
•
•
🔹☁️💠☁️🔹"Seorang pendosa pun butuh Allah."
-Quotesislam
••
"Terimakasih telah mengingat semuanya
Zauji ku, Izar ku, iaz ku, suami ku."-Aubriyiella Stefanya Fazza
•
•"Terimakasih juga telah setia menunggu
Ingatan ini kembali."-El-fattan Faizar AttaQi
•
•"Untuk sebuah kebahagiaan yang datang, jangan hanya memberi sebuah senyuman. Ucapkanlah hamdalah dan syukur kepada-NYA."
-Maulana Hamka Imam AttaQi
•
•
^~~•~_~•~~^Jika tidak vote saya marah😡😠😤🤬
Satu bulan telah berlalu. Kini Faya sedang duduk bersantai di taman belakang rumah mereka. Faya yang tengah asik duduk bersantai, tiba-tiba dikejutkan oleh datangnya putranya yang masih menggunakan baju seragam sekolah. Dan, apa itu?
“Assalamu’alaikum, Umma cantiknya Hamka. Bunga yang cantik untuk wanita yang tangguh.”
Faya terkekeh pelan melihat putranya yang tengah berjongkok di depannya, sambil memegang bunga mawar putih. Persis seperti orang yang sedang menyatakan perasaan kepada seseorang.
“Terima dong, bunganya.”
Faya menerima bunga dari Hamka dengan mencubit gemas pipi putranya. Hamka tersenyum menunjukkan lesung pipi yang ada di pipi sebelah kanannya. Entah dari mana datangnya lesung pipi itu. Padahal perasaan Faya, dia dan Faizar tidak memiliki lesung pipi sama sekali. Mungkin lesung pipi milik Hamka menurun dari Alex. Karena Alex memiliki lesung pipi di sebelah kanannya. Juga jangan lupakan ada tai lalat di bawah mata Hamka. Mungkin tai lalat itu juga menurun dari Rayza. Dan satu tanda lahir berbentuk hati yang ada di tangan kanan Hamka. Faya juga berpikir, dari mana datangnya tanda lahir itu. Mungkin, memang kelebihan Hamka. Apalagi tanda lahirnya berbentuk hati, sedikit aneh, tapi ini kuasa dari Allah.
“Hamka boleh nanya?” tanya Hamka yang sudah duduk di sebelah Umma nya.
“Boleh. Asal ganti baju dulu.”
“Siap Ibu komandan!” seru Hamka yang langsung berlari masuk ke dalam rumah.
Tidak sampai lima menit Hamka sudah kembali ke taman tempat berada Faya. Faya sampai geleng-geleng kepala melihat putranya. Saat ini Hamka tengah memakai kaos putih dipadukan dengan celana pendek hitam.
“Mau nanya apa?”
“Kenapa Umma bisa masuk penjara?” tanya Hamka dengan rasa penasaran yang begitu besar. Tak mungkin Umma nya bisa masuk penjara jika tidak melakukan kesalahan. Tapi apa kesalahan yang telah diperbuat oleh Umma nya itu. Rasanya dia tak percaya jika Umma nya berbuat kejahatan. Tapi, dia juga tidak tau.
“Beneran mau tau? Nggak takut kecewa sama Umma?”
Pertanyaan yang diajukan oleh Faya membuat Hamka terdiam. Tapi dia harus tau. Apa pun jawabnya dia tak boleh kecewa dengan Umma nya. “Kenapa Hamka harus kecewa?”
“Mungkin, setelah kamu tau, jika Umma masuk penjara karena membunuh?”
Deg..
Tidak mungkin. Hamka tidak percaya.
“Maksud Umma?”
“Umma masuk penjara karena bunuh orang. Kamu kecewa ya sama Umma?” tanya Faya dengan terkekeh pelan.
Hamka sama sekali tidak percaya. Apa lagi setelah mendengar kekehan Faya. “Hamka nggak percaya tuh.”
“Loh, kok Hamka nggak percaya? Kenapa?” heran Faya.
“Mana mungkin Umma tega bunuh orang.”
“Mungkin dong. Kamu tau sendiri kan, Umma dulu nakal banget, udah kayak anak cowok.”
Hamka tetap tidak percaya. “Tetap aja, Hamka nggak percaya!”
“Kenapa nggak percaya?” tanya Faya lagi.
“Ya, kan nggak mungkin Umma bunuh orang.”
“Yakin banget kalau Umma nggak bunuh orang.”
“Yakin dong.”
“Jadi nggak percaya, kalau Umma masuk penjara karena bunuh orang?”
“Nggak. Palingan Umma masuk penjara karena di fitnah kan?”
“Kata siapa?”
“Kata hati Hamka.”
“Emang hati bisa ngomong?”
“Nggak bisa sih. Cuman naluri seorang anak terhadap Ibunya pasti benar. Umma di fitnah kan?”
“Tanya Abi gih.”
“Kok tanya Abi? Kan Abi belum ingat semuanya, Umma.”
“Kata siapa Abi nggak ingat?”
Faizar datang dengan jas yang masih menempel di tubuhnya.
“Assalamu’alaikum,” lanjut Faizar.
“Wa’alaikumussalam.”
“Jadi, Abi ingat?”
“Ingat.”
“Kalau ingat, kenapa Umma bisa masuk penjara. Umma di fitnah kan?”
“Kata siapa Umma di fitnah?”
“Jadi, Umma beneran bunuh orang?”
“Menurut kamu?”
“Nggak.”
“Tuh tau. Kenapa masih nanya?”
“Jadi, beneran Umma cuma di fitnah?”
Faizar menganggukkan kepalanya. Sedangkan Faya sudah terkikik geli melihat ekspresi yang ditunjukkan oleh Hamka.
“Umma ih, bikin Hamka deg-degan.”
“Cuma nge-tes doang.”
“Nggak lucu tau.”
“Iya-iya, Umma minta maaf.”
“Siapa yang udah nuduh Umma?”
“Bibi kamu,” jawab Faizar.
“Kenapa?”
Faya menceritakan semuanya tentang, kenapa dia bisa masuk penjara, dan kenapa Malaikaya bisa menuduhnya.
“Jadi, Om Ray..
“Iya.”
“Umma kuat banget sih. Abi juga,” ujar Hamka yang sudah menangis.
“Loh, loh, kok nangis?”
“Anak cowok kok nangis?” ejek Faizar yang membuat Hamka semakin menangis kencang.
Faizar dan Faya lantas tertawa melihat putra mereka. Sudah 17 tahun masih saja.
Faya juga bersyukur karena ingatan Faizar perlahan-lahan sudah kembali. Walau tidak sepenuhnya, tapi dia sudah mengingat sebagian. Hubungan keluarga mereka juga semakin hari semakin membaik.
KAMU SEDANG MEMBACA
Mualafnya Seorang Gadis Nakal (End-Revisi)
Cerita Pendek©Hak Cipta Dilindungi Undang-Undang •Plagiat? Dosa! ⚠️TAHAP REVISI⚠️ (SELESAI) = Sudah di Revisi ✔️ = Belum Revisi (Sebelum baca, harap Follow terlebih dahulu. Setelah baca, harap berikan votment.) Bismillahirrahmanirrahim, saya buka cerita ini deng...