25) MSGN (SELESAI)

14.1K 638 4
                                    

25•HARSA (GEMBIRA)

⚠️WARNING⚠️
SEBELUM BACA HARAP PENCET
TERLEBIH DAHULU LOGO
BINTANG DI SAMPING KANAN
BAWAH⭐




••••

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.




Liza berdiri hendak pergi ke kamar mandi yang ada di ruangan tersebut. Ketika dia berdiri dia melihat ada yang tidur di sofa itu.

Siapa dia?

Kenapa tadi dia tidak menyadari bahwa ada orang lain selain dirinya dan sang suami.

Liza mendekati orang itu. Mata sipit, hidung mancung, rambut panjang dengan poni di kedua sisi jidatnya, wajahnya mirip dengan Faya dan dirinya.

Apa dia?

Apakah dia sudah ditemukan?

Ketika hendak menyentuh rambut gadis kecil itu, tiba-tiba.....

Happp

Lampu ruangan seketika mati, Liza berdiri untuk membuka jendela yang ada di ruangan tersebut. Di ruangan tersebut memang ada jendela, tapi dari tadi ditutup oleh tirai. Ketika dia hendak berdiri....

Hepp

Lampu ruangan dihidupkan dan dia berbalik arah menghadap sang suami, tapi tidak ada. Di mana Alex? Di mana Alex suaminya? Apa ini hanya mimpi?

Liza menepuk-nepuk pipinya berpikir bahwa ini adalah mimpi, dia bahkan memukul kepalanya, namun, ada tangan yang memegang tangannya. Dia mendongak menatap orang yang memegang tangannya, dan....

"Jangan di pukul cantik." Suaranya begitu lemah, dan dia sedang tersenyum Bahagia.

"Selamat hari pernikahan," ucap seseorang itu dengan suara yang begitu lemah, dia adalah Alex, suami Liza.

Liza berdiri dan ingin memeluk sang suami, tapi tersadar bahwa suaminya tidak bisa dipeluk karena luka tembaknya pasti belum kering. Jadilah, dia hanya menangis terharu. Alex menarik tangan Liza dan memeluk Liza dengan hati-hati.

"Maafkan aku, sebenarnya aku hanya bercanda tentang aku ingin menceraikanmu." Alex memeluk Liza dengan sangat erat tidak peduli dengan sakit yang ada di perutnya. Dia sangat merasa bersalah kepada istrinya karena telah membuat sang istri menangis.

"Jangan terlalu erat, perutmu akan sakit." Liza khawatir dan berusaha melepaskan pelukannya dengan alex.

"Happy anniversary!" seru tiga orang yang masuk ke dalam ruangan tersebut sambil membawa sebuah kue bertuliskan, "Happy anniversary Pahlawanku."

"Selamat atas hari pernikahannya Ma, Pa," ucap Faya memeluk dan menyalim tangan sang Mama dan sang Papa.

"Sebenarnya Faya baru tau kalau selama ini hanya rencana papa sama Abang saja, rasanya Faya mau nonjok muka Abang hehe," lanjut Faya dengan menatap tajam sang Abang lalu menyengir ketika mengatakan dia mau menonjok sang Abang.

"Emang berani hmm?" Rayza seakan menantang Faya untuk menonjoknya.

"Faya yang ini hanya berubah penampilan dan sikap nya, tapi masalah bela diri masih dapat di adu." Faya menatap remeh sang Abang, dia paling tidak suka ketika ada orang yang mencoba menantangnya, baik itu sang Abang maupun orang lain.

"Ternyata rasa tidak suka ketika ada orang yang menantan mu masih ada." Rayza tersenyum ke arah sang adik lalu menepuk-nepuk pelan kepala sang adik yang dibalut oleh hijab.

"Dia? Siapa?" tanya Liza melihat seorang gadis kecil yang tadi sempat ingin dia usap rambutnya.

Gadis itu menunduk, sepertinya dia sedikit takut.

"Dia, Adikku." Faya mensejajarkan tubuhnya dengan gadis kecil itu dan mengusap-usap rambut gadis kecil itu. Walau umur gadis itu sudah 13 tahun, tapi dia memiliki tubuh yang pendek.

"Ucapkan salam pada Mama sayang." Faya berkata kepada gadis itu lalu gadis itu mengangguk.

"Assalamu'alaikum Mama, ucap gadis kecil itu dengan tersenyum manis ke arah Liza. Tidak ada lagi raut wajah ketakutan. Dia menghampiri Liza dan menyalim tangan Liza.

"Alka.." ucap Liza lirih dan dia mendongak menatap wajah sang suami. Dia melihat sang suami mengganggu lantas langsung membawa gadis kecil itu kedalam pelukannya.

"Kamu putri ku Alka, akhirnya Mama bisa bertemu denganmu sayang." Liza berkata dengan air mata yang sudah luruh.

********

2 hari berlalu, Faya sudah kembali ke pesantren dan Alex juga sudah pulang dari rumah sakit. Alka semakin dekat dengan sang mama, Abang, dan sang Papa.

Seperti saat ini mereka sedang berbincang,

"Dari kecil aku sudah menganut agama Islam, dan Mama tau aku dulu tinggal di panti asuhan. Di panti ada senang dan ada sedih nya. senangnya bisa punya banyak temen dan sedihnya karena dibilang orang-orang kami telah dibuang oleh orang tua kami." Alka menceritakan semuanya tentang dirinya kepada sang mama dan sang papa, hal itu membuat Liza lagi-lagi menitikkan air mata.

"Mama jangan nangis dong, Alka berhenti cerita nih." gadis kecil itu mengusap air mata sang mama. Liza tersenyum sangat bahagia.

"Kakak cantik yang kemarin di rumah sakit, Kakak Alka kan? Terus dia sekarang di mana?" Tanya gadis kecil itu sambil menatap mata sang mama dan papa secara bergantian.

"Dengar ya sayang. Mama, papa, Abang, sama kakak cantik kemarin, dulunya tidak menganut agama islam. Tapi, kami mualaf. Awalnya kami tidak mempunyai keinginan untuk mualaf. Tapi, Kakak kamu yang perempuan tadi bersikeras untuk mualaf, sampai-sampai Papa kamu ngusir dia. Lalu Kakak kamu memutuskan untuk tinggal di pesantren, dan Kakak kamu tinggal di pesantren sudah hampir 1 tahun." Liza menceritakan tentang agama Mereka, takutnya nanti jika dia tidak bercerita Alka akan merasa di khianati karena Alka sudah menceritakan semua tentang dirinya sedang kan Liza dan Alex tidak.

"Wah keren. Siapa namanya Ma?" Alka terlihat sangat antusias mendengar cerita sang Mama.

"Aubriyiella Stefanya Fazza Smith, itu nama Kakak kamu."

"Terus, terus, Abang namanya siapa?" Alka lagi-lagi bertanya dengan sangat antusias.

"Rayza Erros Smith. Papa namanya, Alexander Lemos Smith, dan mama namanya, Violet deliza Smith, dan nama kamu Hanura Leana Delka."

"Wih keren-keren namanya. Ternyata nama aku panjang juga ya, aku di panti dipanggil Nura, soalnya kata ibu panti dulu ada kalung yang tulisannya Hanura. Tapi, kalungnya sudah hilang." Jelas Alka membuat Liza tersenyum melihat keantusiasan sang anak.

"Mama sayang kamu nak." Liza memeluk sang anak dengan penuh kasih sayang.

"Alka juga sayang mama." Alka juga membalas pelukan sang mama tak kalah erat.








Bersambung!

Bagaimana?
Boleh bertanya?
Apakah cerita ini membutuhkan sebuah visual atau tidak?
Tidak usah ya?
Atau butuh?

20-21 Oktober
Publish: 16 November 2023
900 kata

Mualafnya Seorang Gadis Nakal (End-Revisi)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang