SLWTV 02

78K 5.6K 109
                                    

෴⁠ 

Dan detik ini, ia termenung.

Kembali pada masa dulu itu hal yang sangat mustahil, namun jika semuanya adalah bunga tidur, kenapa begitu sangat nyata?

19 Februari 2019

Kalender itu tidak salah, suasana saat ini pun tidak berubah. Ini gila, bagaimana bisa ia kembali tepat dua tahun sebelum kejadian itu terjadi?

Apakah ini pertanda bahwa Tuhan menginginkan akhir yang lebih baik untukku? Apa maksudnya tadi ia diberi spoiler tentang masa depannya?

"Arghh, udah gila makin gila sih ini."

Tapi tunggu, bukannya seperti ini lebih baik? Ia akan mencegah kematiannya dan membalaskan dendam kepada si penghianat-penghianat itu.

Dengan senyum smirknya, gadis bersurai hitam itu menyimpan banyak ide-ide menarik yang akan ia lakukan untuk mengubah nasib buruknya.

"Biarkan aku, yang seorang protagonis ini memerankan tokoh dengan sangat sempurna. Let's start this game, penghianat!"

Suara ketukan pintu kamarnya membuyarkan acara melamunnya, ia baru saja membersihkan tubuhnya yang tampak lengket karena keringat yang membasahi tubuhnya pasca terbangun dari mimpi itu.

"Nona, sudah waktunya makan malam." Ujar salah satu maid dari balik pintu kamarnya.

"Aku akan segera kesana." Sahutnya dari dalam kamar.

Ia segera merapihkan tatanan rambutnya sebelum turun keruang makan. Diruang makan sendiri sudah ada Ayahnya yang sudah standby di sana, ia segera menghampiri sang Ayah lalu menyapanya.

"Selamat malam, Ayah." Sapanya dengan riang.

"Hm."

Ayahnya sungguh menyebalkan, namun kali ini ia tidak akan marah atau membenci lelaki paruh baya ini.

Ayahnya adalah kunci. Hidupnya ada di sana, jika kunci itu berada ditangan yang salah, maka hidupnya akan berakhir sama seperti sebelumnya.

"Ayah ingin makan apa? Akan Kalea ambilkan." Tanya Kalea dengan membawa sebuah piring ditangannya, ia berniat untuk menyiapkan makanan untuk sang Ayah.

Pradana Ajendra selaku sang Ayah menatap aneh putrinya, hubungannya dengan sang putri tidak terlalu baik. Jadi jika putrinya itu bertindak seperti ini, berarti ada hal yang diinginkan dia untuk bisa dikabulkan olehnya.

"Ada apa?" Tanyanya tanpa berbasa-basi.

"Hah? Memangnya ada apa? Aku sudah lama tidak dekat dengan Ayah, aku jadi merindukan masa-masa dulu."

Kalea tau hubungannya dengan sang Ayah bisa dikatakan tidak seperti sepasang Ayah dan anak pada umumnya, maka dari itu mungkin Ayahnya merasa aneh dengan tindakan tiba-tiba darinya.

"Cepat Ayah ingin makan apa?" Desak Kalea pada Pradana.

"Semur ayam."

"Apa lagi?"

"Bakwan jagung."

Setelah mengambilkan semua menu yang diinginkan oleh Ayahnya, ia segera memberikan piring itu pada Ayahnya.

"Ini makanan untuk Ayah sudah siap."

"Terimakasih."

"Sama-sama, Ayah."

Mereka menikmati makan malam itu dengan damai dan tenang, tidak Kalea rasakan aura dingin disekitarnya walau masih sedikit canggung untuknya.

"Setelah makan malam ini, temui Ayah diruang kerja." Ujar Pradana padanya.

Second Life with The Villain Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang