SLWTV 09

46.6K 3.6K 26
                                    

Usai dirinya membuat gempar atas postingannya itu, kini Sarah masih setia menemani Alfred yang belum siuman dari semalam. Ia menatap wajah Alfred sembari memikirkan sesuatu yang menyenangkan.

"Aku penasaran bagaimana reaksi dari Kalea saat melihat postinganku." Gumamnya berbangga diri, ia mengusap lembut pucuk kepala Alfred. "Kau akan menjadi milikku cepat atau lambat, kau tak berhak lagi atas dirinya Kalea." Lanjutnya dengan senyum miringnya.

Tak lama, Alfred perlahan membuka matanya. Rentina matanya mencoba menyesuaikan cahaya lampu di ruangan itu, Sarah mencoba menggenggam tangan Alfred dan mengelusnya perlahan.

"Eugh,"

"Alfred, kau sudah bangun?" Tutur Sarah dengan nada lembutnya.

Alfred menatap Sarah tajam, lalu menghempaskan tangan Sarah yang sedang menggenggamnya. "Kau? Kenapa aku disini." Cecarnya.

Sarah tersenyum manis ke arah Alfred, "Semalam kau pingsan dengan luka tembak di bahumu. Kau lupa?" Ujarnya membuat Alfred kembali mengingat kejadian semalam.

"Sial." Umpatnya segera beranjak dari brankarnya.

Sarah menahan pergelangan tangan Alfred berusaha mencegahnya agar tak beranjak dari brankar. "Kau mau kemana? Dokter belum mengizinkanmu untuk pergi dulu." Cegahnya berusaha dengan nada selembut mungkin.

"Lepaskan aku jalang!" Bentak Alfred yang masih menahan emosinya.

"Alfred, tapi kondisimu masih tidak baik-baik saja." Ujar Sarah masih berusaha membujuk Alfred dan meraih tangannya.

"AKU BILANG LEPASKAN AKU, BRENGSEK!" Sentak Alfred dengan tenaganya mendorong tubuh Sarah kencang hingga Sarah terjatuh dalam keadaan tidak elitnya.

Bersamaan dengan itu, seseorang membuka pintu ruangan itu dengan kencang.

"TUAN." Panggil Sean lalu menghampirinya.

"Bawa aku pergi dari sini." Titah Alfred, segera Sean menghampiri Alfred dan memapah tubuh Alfred yang masih terlihat lemas.

Sebelum keluar dari ruangan itu, Alfred sempat menyuruh Sean untuk memberikan imbalan terhadap Sarah karena sudah membawanya ke rumah sakit. Ia tidak ingin mempunyai hutang budi terhadap wanita itu.

"Berikan dia uang." Titahnya.

"Baik."

Sesampainya di dalam mobil, Alfred segera menyenderkan tubuhnya yang masih lemas. Ia menutup matanya sebentar, lalu ia kembali teringat dengan gadis cantiknya yang sudah sangat ia rindukan.

"Dimana gadisku?" Tanya Alfred pada Sean.

Sean menatap Alfred sebentar, ia menghembuskan nafasnya pelan. "Nona sedang berada di kampus, dan sepertinya nona sedang marah tuan." Ujar Sean lalu menunjukkan sebuah foto pada Alfred.

"Marah?" Tanya Alfred sembari menerima ponsel Sean.

Melihat foto dirinya dan Sarah yang ia yakin diambil saat ia masih belum sadar dengan marah membanting ponsel Sean begitu saja.

"Sialan!!" Umpatnya dengan nafas yang memburu. "Hapus postingan itu!" Suruh Alfred pada Sean yang masih meratapi nasib ponsel barunya.

Sean menganggukkan kepalanya lemah, "Baik tuan." Patuhnya.

Alfred masih terlihat frustasi, gadisnya pasti akan salah paham, terlebih Sarah sekarang adalah rival gadis itu.

"Ke Kampus sekarang." Titah Alfred ingin segera menemui gadisnya.

Second Life with The Villain Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang