෴
Di sebuah markas tersembunyi di tengah kota, para anggota organisasi bawah tanah beserta pimpinannya kini sedang melakukan pertemuan. Terlihat seorang pria yang tampak gagah dengan sebuah topeng yang melekat diwajahnya tak membuat aura pria itu memudar, justru semakin lebih dominan.
Di singgasananya Alfred memainkan sebuah pemantik rokok yang harganya bisa mencapai sebuah mobil mewah, ia menatap pada lelaki di sebrang mejanya.
"Bagaimana?" Tanyanya dengan tegas.
Setelah memastikan laporannya, lelaki tadi segera menyampaikan pada pimpinannya, "Semuanya sudah stand by di dekat dermaga selatan." Lapornya.
Alfred menatap tajam kearah lelaki itu, "Kau sudah memastikannya?" Tanyanya kembali.
Lelaki yang berstatus tangan kanan pemimpin itu pun menghela nafasnya pelan, "Ya. Namun saya rasa malam ini tidak akan bergerak lancar." Ucapnya dengan hati yang gelisah.
"Instingmu?" Tanya Alfred yang sangat tahu bagaimana tabiat tangan kanannya yang selalu mendapat insting buruk yang tak pernah keliru.
Max, tangan kanan Alfred itu menganggukkan kepalanya.
"Berhati-hati lah, insting ku tidak pernah salah. Walaupun penjagaan akan diperketat, bencana bisa kapan saja menerpa kita." Pesannya untuk pemimpin sekaligus temannya itu, karena mau sehebat atau selicik apapun kita, terkadang kita bisa saja kecolongan karena hal tak terduga.
"Jangan remehkan aku." Serunya dengan rahang yang mengeras.
Semua anggotanya tahu bagaimana keganasan dan kelicikan pemimpinnya, tidak ada yang pernah gagal selama ini. Jika pun ada yang berani mengusiknya, maka tidak lama mereka lah yang akan lenyap. Pemimpinnya adalah sosok yang sangat misterius, tidak ada yang tahu identitas aslinya. Hanya tangan kanannya juga panglima strategi yang mengetahuinya.
"Kita berangkat." Titahnya berjalan keluar markas menuju tempat dimana misinya malam ini akan berjalan.
Mereka akan pergi untuk bertransaksi senjata ilegal seperti biasa, namun kali ini ada sebuah misi tambahan yang mengharuskan pemimpin mereka ikut langsung turun.
Sesampainya pada sebuah dermaga yang sudah terbengkalai, banyak bangkai truk-truk yang biasanya mengangkut barang-barang disana. Suasana begitu sunyi namun jika ditelisik lebih dalam, banyak pasukannya yang tengah bersembunyi diantara mereka. Tak lam, datanglah sebuah mobil merk BMW seri 8 menghampiri mereka.
"Dia orangnya?" Tanya Alfred pada Max ketika seorang lelaki paruh baya keluar dari mobilnya.
"Ya, dia Mr. Grana." Jawab Max singkat.
"Kau sudah menyelidikinya kan?" Tanyanya kembali, sebagai seorang pemimpin ia harus lebih berhati-hati dengan semua orang.
"Tentu, tidak ada yang aneh dengannya." Sahut lelaki itu sesuai dengan penyelidikannya, namun ia seperti merasa ada yang tidak beres dengan orang itu.
"Kau datang lebih awal?" Tanya lelaki paruh baya itu yang datang seorang diri.
"Mr. Grana?" Tanya Alfred memastikan. Matanya selalu mengintai sekitarnya, ia cukup bingung karena tak mendapati pengawalan khusus dari lelaki paruh baya ini.
"Yeah, it's me." Ujar lelaki paruh baya itu dengan congkak.
Alfred bersedekap dada, ia menatap tajam lelaki paruh baya itu. "Aku tidak ingin membuang waktuku disini, kau harus membayar dua kali lipat setelah ini." Ucapnya tak ingin berbasa-basi.
"Baiklah, aku ingin bantuanmu." Ujarnya, setelah itu ia mengambil sebuah foto kecil seorang lelaki dan menunjukkannya padanya. "Dia, musnahkan dia. Jika perlu buat dia dan keluarganya lenyap tanpa sisa, kau bisa?" Ujarnya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Second Life with The Villain
Fantasy"Tetap jadikan aku obsesimu, dengan begitu aku bisa membalas semua dendamku."-Kalea Nazeera. "Baby, kau seperti tidak suka melihatnya. Apa harus ku bunuh?"-Alfred Lysander. Tidak ada yang percaya bahwa seorang Kalea Nazeera akan mengalami kehidupan...