෴
Alfred melihat Draven yang masih menangis didepan makam kedua orangtuanya, membuat Alfred mengingat waktu kecil mereka dahulu.
Saat masih sekolah dasar, Draven pindah ke sekolah yang sama dengan Alfred pada saat mereka duduk di kelas 2. Draven dengan titlenya sebagai murid nakal dan rusuh, selalu membuat guru pengajar naik pitam.
"DRAVEN!! Bisa gak kamu anteng, tugas kamu selesaikan dulu!" hardik seorang wanita paruh baya yang mengajar mereka, karena sedari tadi Draven tidak henti-hentinya berlarian didalam kelas dengan temannya yang lain.
"Maaf Bu," patuh Draven kembali ke mejanya.
Guru itu menghembuskan nafasnya panjang, lalu ia berkeliling ke meja lain. Guru itu berhenti di meja Alfred, dimana lelaki itu tampak sedang fokus mengerjakan tugasnya tidak seperti murid yang lain.
"Bagus sekali Alfred, kamu memang yang terbaik." puji guru itu pada Alfred dengan mengusap lembut kepala Alfred.
Alfred tersenyum lebar, ia berterimakasih kepada gurunya itu karena sudah memujinya, "Terimakasih Bu guru,"
Brukk
Tiba-tiba suara kursi terjatuh dan Draven lah pelakunya, ia sedang menjahili teman sampingnya dengan menggoyangkan kursi temannya hingga terjatuh, temannya itu pun menangis karena ia juga ikut terjatuh.
"Draven, kamu itu ya nakal terus! Contoh Alfred, dia patuh gak kayak kamu yang bandel." cecar guru itu dengan membandingkannya dengan Alfred yang hanya terdiam melihat Draven.
Draven menatap tak suka pada Alfred, karena ia selalu dibandingkan dengan lelaki itu, jelas mereka berbeda, "Itu kan karena dia gak punya teman! Temannya cuman Bu guru, makanya dia patuh sama Bu guru." ujarnya menunjuk Alfred.
Guru itu lagi-lagi harus menghembuskan nafasnya sabar, "Draven, kamu itu ya kalau dibilangin suka gak nurut."Draven hanya diam kala guru itu memarahinya, lalu salah satu murid lainnya berceletuk membuat Draven marah.
"Dia kan gak punya orangtua Bu guru, makanya nakal." celetuk salah satu murid.
"AKU MASIH PUNYA IBU!!" teriak Draven marah dengan mendorong murid tersebut hingga terjatuh, ia masih punya Felicia yang sekarang entah dimana.
"Draven!! Kamu ibu hukum berdiri didepan kelas sekarang!" suruh guru itu dengan tegas.
Draven akhirnya mau tak mau menuruti perkataan guru itu, tapi jangan salah. Draven justru berlari keluar kelas untuk menuju kekantin, membuat guru pengajar itu tak henti-hentinya menahan kekesalannya.
Satu jam sebelum pulang sekolah, Damian selaku tangan kanan kakeknya tiba-tiba menjemput Alfred untuk pulang segera. Alfred waktu itu tak tahu apa yang terjadi sehingga paman Damian sangat tergesa-gesa.
"Paman Dami kenapa menyuruh Alfred pulang sekarang, kan waktu pulangnya masih nanti?" tanya Alfred pada Damian.
Damian tak menjawab pertanyaan Alfred, membuat ia mendengus kesal. Sesampainya dirumah, Alfred kembali dibuat bingung karena banyak sekali orang-orang yang datang kerumahnya.
"Paman Dami, dirumah ada acara apa?" tanya Alfred lagi.
Damian berjongkok didepannya, ia memegang kedua bahu Alfred yang kecil. "Tuan muda, berjanjilah pada paman untuk tetap tenang ya. Tuan muda itu jagoan kan?" tanya Damian.
KAMU SEDANG MEMBACA
Second Life with The Villain
Fantasy"Tetap jadikan aku obsesimu, dengan begitu aku bisa membalas semua dendamku."-Kalea Nazeera. "Baby, kau seperti tidak suka melihatnya. Apa harus ku bunuh?"-Alfred Lysander. Tidak ada yang percaya bahwa seorang Kalea Nazeera akan mengalami kehidupan...