Chapter 10

62 6 2
                                    

Chapter 10

Matahari terbenam dan langit berubah menjadi jingga. Ron melihat ke kejauhan dan tak ada tanda-tanda keberadaan Arev dan Kyra.

“Kyra-sama…”, gumamnya.

“Ron, pasti terjadi sesuatu pqada Kyra-sama. Kita harus mencarinya”, kata Ann dengan alis bertaut.

“Seria, kumpulkan pasukan aku akan mencarinya, kau dan Ann berjaga disini”, katanya tegas.

“Baik kakak”, jawab Seria yang juga khawatir dengan Kyra.

Pasukan yang dibawahi Ron yang berjumlah 30 orang segera berkumpul dilapangan. Dengan sigap mereka membawa semua yang dibutuhkan, dari obat-obatan makanan hingga tandu yang bisa dibongkar pasang.

Tanpa mengkhawatirkan kegelapan, Ron dan pasukannya berpencar berkelompok didalam hutan. Ron berjalan dengan instingnya yang kuat, hingga ia menemukan bercak darah. Ron mencium bercak darah itu dan memastikan itu darah manusia. Ron menggeretakkan giginya saat berpikir dan mencoba menebak apa yang terjadi pada Kyra. Ron kembali berjalan bersama dengan pasukannya, kali ini ia berjalan dengan lebih cepat dari sebelumnya.

Emperor Ilios yang mendapatkan kabar saat berada di tengah perjalanan kembali ke istana segera memerintahkan iring-iringannya untuk lebih cepat. Tanpa istirahat perjalanan terus dilanjutkan sepanjang malam.

#

Kyra tersadar saat fajar dengan mata yang sayu ia melihat wajah Arev yang tertidur sangat dekat dengan wajahnya. Tubuhnya diselimuti dan dipeluk oleh Arev, ia merasa hangat dan nyaman didalam pelukan Arev.
Saat mencoba duduk tegak jubah yang bergantung di bahu Kyra turun dan menunjukkan tubuh Kyra yang tak memakai pakaian. Begitu juga dengan arev yang tak memakai baju atasnya.

Mata Kyra terbelalak dan ia tak tahu harus berbuat apa, tubuhnya bergetar hebat dan kepalanya terasa seperti berputar. Dengan tiba-tiba ia melepaskan dirinya dari pelukan Arev, ia menarik jubah itu dan menutupi tubuhnya.

Arev tersadar karena tindakan Kyra yang tiba-tiba, ia melihat Kyra dengan mata yang belum sadar sepenuhnya. Kyra yang melihat Arev bangun pada akhirnya mencoba untuk berlari keluar dari gua. Arev yang sadar sepenuhnya segera mengejar Kyra. Sebelum sempat Kyra melewati mulut gua, Arev memeluk Kyra dari belakang dan menahan dirinya untuk tidak pergi dari gua itu, sambil terus menerus meminta maaf.

“Kyra, maafkan aku, maafkan aku yang tidak tahu, maafkan aku yang egois, maafkan aku yang sudah menyakitimu, maafkan aku yang tak sadar dengan perjuangmu selama ini, maafkan aku, maafkan aku”, kata Arev dengan suara parau.

“Kyra kau boleh memarahiku, kau boleh memukulku, tapi kumohon jangan membenciku, kumohon jangan tinggalkan aku…”, lanjut Arev dengan lirih.

Airmata Kyra mengalir, dan ia menangis tersedu-sedu.

“hik… hik… aah… hik…”, tangisnya.

Kyra yang menangis melemahkan seluruh otot tubuhnya, merasa Kyra sudah tidak punya keinginan untuk berlari Arev membalik badan Kyra dan memeluknya dengan erat. Arev membiarkan kepala Kyra bersandar pada bahunya, lalu Arev menariknya untuk masuk kembali kedalam gua mendekati api unggun yang masih menyala.

Kyra terus menangis dalam pelukan Arev, kesadarannya seperti menghilang dan kembali. Ditengah keadaan yang setengah sadar dan diantara tangisnya, Kyra menceritakan semuanya, semua yang terjadi dihidupnya. Semua yang ingin ia utarakan pada Arev, semua hal yang ia simpan dengan rapat didalam hatinya.

“Arev, aku menyukaimu, tapi aku tak tahu harus berbuat apa… aku tak bisa egois walau aku sangat menyukaimu… saat kau menciumku malam itu sejujurnya aku juga merasa senang…”, katanya suaranya jauh lebih tenang setelah lelah menangis.

Arev sedikit terkejut dengan Kyra yang menyatakan perasaannya, dan tentang Kyra yang ternyata memiliki perasaan yang sama padanya.

“Tapi aku tidak bisa… aku tak bisa bersamamu Arev. Masa depanmu ada pada kekaisaran Aelius, sedangkan aku hanyalah seorang laki-laki yang bahkan bukan manusia seutuhnya…”, kata Kyra dengan lirih ditengah isak tangisnya.

“Kyra, aku menyukaimu apa adanya, walau aku tahu kau adalah laki-laki, perasaanku padamu tak berubah, hanya kamu, hanya dirimu yang aku cintai selama hidupku”, balas Arev sambil memeluk Kyra dengan lebih erat dan airmatanya ikut mengalir.

Kyra terdiam ia tak punya hati untuk menolak perasaan Arev, tapi ia juga tak bisa menerima perasaan mereka yang akan menjadi cinta terlarang.

“Kyra, kali ini aku yang akan berkorban untukmu”, kata Arev tiba-tiba.

Kyra memandangnya Arev dengan sudut matanya yang merah karena menangis terlalu lama.

“Maafkan aku jika aku egois, tapi aku tak bisa menyerah dengan perasaanku yang ada untukmu. Aku akan berusaha keras untuk bisa menjadi Emperor yang baik. Saat aku sudah menjadi laki-laki yang bisa kau andalkan, aku akan kembali menyatakan perasaanku dan aku akan memastikan tak ada orang yang bisa menentang hubungan kita”, kata Arev membagikan angan-angannya pada Kyra.

“Kyra, aku mohon tunggulah aku”, lanjutnya dengan lirih.

“Mm”, Kyra hanya mengangguk lemah mendengar janji Arev.

Arev tersenyum melihat Kyra yang menangguk.

“Aku berjanji tak akan mengecewakanmu, Kyra”, kata Arev sambil mencium kening Kyra.

Kyra membalasnya dengan melingkarkan kedua tangannya ke leher Arev, dan tak lama ia kembali tak sadarkan diri.

Tak berapa lama Arev mendengarkan suara langkah dari kejauhan, ia membaringkan Kyra dengan memakai tas pinggangnya sebagai bantal, lalu memakai jaketnya yang masih lembab.

Jika pengejarnya datang ia berencana untuk berlari meninggalkan gua sebagai umpan agar Kyra aman berada di gua, walau sekarang ia sangat lemah dan kelelahan, ia merasa masih bisa berlari cukup jauh. Arev mengintip dari balik tanaman merambat yang menutupi gua, dikejauhan ia melihat Ron dan pasukannya berjalan sambil melihat kesekitar.

“Ron!”, Arev keluar dari gua dengan sempoyongan.

Ron segera berlari dan memapah Arev, ia merasakan jaket Arev yang lembab dan mendapat firasat yang buruk karenanya.

“Kyra ada didalam ia terkena panah dibahunya, pastikan kau masuk sendiri kedalam”, bisik Arev.

Saat Arev menyuruh ia masuk sendiri, dahi Ron berkerut karena firasatnya benar, Arev sudah mengetahui identitas Kyra.

Setelah menitipkan Arev pada salah satu bawahannya, Ron memasuki gua itu sendirian. Ia melihat Kyra tak sadarkan diri dengan api unggun disisinya dan jubah yang menyelimutinya, dari perban yang dibalut dibahunya terlihat noda darah yang merembes.

Ia segera memakaikan mantel ksatria yang ia pakai untuk Kyra, Ron memastikan mantelnya terkancing dengan rapat, dan lalu membopong Kyra keluar dari gua.
Diluar gua Arev sudah berada diatas tandu, Ron segera memerintahkan pasukannya untuk segera kembali ke istana. Ron terus membopong Kyra untuk mencegah idenditas Kyra terbongkar oleh bawahannya.

Sesampainya di istana Emperor Ilios segera menghampiri Kyra yang di bopong Ron dan Arev yang berada diatas tandu. Emperor Ilios melihat perban yang mencuat dari jubah ksatria yang dipakai Kyra, ia menggeretakan giginya menahan amarah. Setelah itu ia beralih ke Arev yang berada diatas tandu.

“Ayah…”, panggil Arev dengan suara lemah.

“Arev, apa kau juga terluka?”, tanya Emperor Ilios dengan wajah khawatir.

Arev mengulurkan tangannya yang terkepal dan Emperor Ilios menerima sesuatu darinya. Emperor Ilios melihatnya dengan seksama dan mendapati sebuah kancing berwarna emas dengan lambang keluarga Hailberry. Emperor menggenggam erat kancing itu, lalu ia menepuk bahu Arev.

“Kau berjuang dengan baik, tenang saja aku akan mengurus sisanya”, kata Emperor Ilios meyakinkan Arev.

Setelah Emperor berkata begitu dengan segera Arev tertidur karena rasa lelah yang luar biasa.

###

Aku gak sanggup bikim cerita panjang-panjang....

Kagum deh sama author yang bisa bikin cerita sampe ratusan chapter

(ノ_<。)ヾ(´▽`)

See ya on next chapter

The Emperor's SunTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang