Side Story -The First Emperor- (Part 2)

21 1 3
                                    

Side Story –The First Emperor- (Part 2)

Havfrue akhirnya tinggal di istana Emperor, para menteri meminta Havfrue tinggal di harem untuk mencegah kebocoran informasi kekaisaran jika Havfrue adalah seorang mata-mata. Namun Hojhed menentang rencana itu mentah-mentah, Hojhed ingin Havfrue berada didekatnya agar ia bisa bernyanyi untuknya kapan saja.

Havfrue diberikan seluruh kemewahan dari Hojhed, gaun yang halus dan perhiasan yang indah, juga kamar tidur Havfrue yang megah dengan pemandangan taman bunga di istana Emperor. Dari semua yang diberikan Hojhed hanya kamar tidur saja yang dipakai Havfrue, untuk pakaian dan perhiasan ia biarkan mengendap di lemarinya. Havfrue hanya memakai pakaian yang ia bawa walau gaunnya terlihat sederhana namun Havfrue tetap terlihat anggun memakainya.

Setiap hari Havfrue akan bernyanyi untuk Hojhed dan Hojhed akan mendengarkannya dengan seksama. Hojhed merasa kagum dengan nyanyian Havfrue karena dengan nyanyiannya sakit kepala yang diderita Hojhed akan menghilang, walau ia terkadang masih bermimpi buruk, perlahan intensitasnya berkurang. Selain kekaguman pada nyanyian Havfrue, Hojhed juga mengagumi kecantikan Havfrue. Seluruh wanita yang ada di haremnya tidak ada yang bisa dibandingkan dengan kecantikan Havrue, tapi Hojhed tetap mengendalikan dirinya mengingat Havfrue adalah laki-laki dan penyelamatnya saat ini, ia tak bisa berlaku macam-macam dan menyakiti Havfrue karena jika Havfrue tidak ada, Hojhed tidak tahu apa yang akan terjadi padanya nanti.

“Havfrue, terima kasih aku sangat menyukai nyanyianmu”, kata Hojhed.

Saat mendengarkan Havfrue menyanyi Hojhed selalu berada tepat didepannya dibatasi oleh kecapi milik Havfrue. Hojhed mendengarkan sambil setengah berbaring di tumpukan bantal diatas permadani.

Havfrue yang selesai bernyanyi, masih memainkan kecapinya hanya tersenyum simpul mendengar pernyataan Hojhed.

“Emperor, jika anda hanya menyukai nyanyianku, anda hanya perlu memanggilku ke istana setiap ingin mendengarnya. Kenapa anda membuat saya tinggal di istana?”, tanya Havfrue.

“Jika saya adalah pembunuh bayaran, bisa saja saya menyerang anda di saat anda lengah, apakah anda tidak takut?”, lanjut Havfrue tenang tanpa emosi didalamnya.

“Aku mendapatkan berkah ini dari dewa matahari yang membuatku mempunyai kekuatan lebih dari manusia biasa”, kata Hojhed menunjukkan permata matahari di dadanya.

“Dan aku menjadi Emperor yang memimpin 7 kerajaan terbesar di negeri ini, apa yang harus kutakuti?”, lanjutnya santai sambil meminum wine di gelasnya yang terbuat dari emas di bubuhi permata.

Dentingan suara kecapi berhenti dan Havfrue duduk diam menyatukan tangannya diatas pangkuannya.

“Nyanyianku selesai sampai disini, sebaiknya anda kembali”, kata Havfrue dengan senyum simpul yang hanya sebatas formalitas.

Hojhed terdiam dan pelayan maupun ksatria penjaga yang sejak tadi berada disekitar menelan ludahnya sambil berkeringat dingin. Selama ini tidak pernah ada yang bisa atau lebih tepatnya tidak ada yang berani memerintahkan Emperor Hojhed, apa yang akan terjadi pada Havfrue pikir mereka dalam hati.

Hojhed tidak menggubris perkataan Havfrue, dia masih berdiam diri di tempat yang lalu mengulurkan tangannya untuk memainkan rambut hitam Hafrue.

“Tidak bisakah aku disini lebih lama”, kata Hojhed sambil menyeringai.

“Tidakkah anda datang karena menyukai nyanyian saya”, kata Havfrue masih tersenyum simpul.

“Saya sudah selesai menyanyi untuk hari ini, datanglah lagi di lain waktu”, lanjutnya sambil membungkus kecapinya dengan kain berwarna putih kebiruan.

Hojhed hanya menghela nafas dan bangun dari pembaringannya lalu menuju pintu untuk keluar diikuti oleh para pelayan dan ksatria penjaganya.

“Besok aku akan datang lagi, Havfrue”, katanya sambil tersenyum.

The Emperor's SunTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang