Chapter 13

45 3 1
                                    

Chapter 13

Akhirnya Arev dengan pasukannya sampai didepan hutan Himmel. Arev ditugaskan oleh Emperor Ilios untuk mengantarkan surat kepada Elder bangsa Elv. Tanpa melewati batas sihir pelindung yang dibuat bangsa Elv tapat didepan hutan Himmel, Arev mengulurkan kedua tangannya yang berisi surat dan bros dengan hiasan matahari dan batu topaz yang ia bawa.

Tak lama kemudian seorang Elv pria keluar dari balik hutan Himmel, rambut panjangnya berwarna pirang platinum dan matanya berwarna emas. Pria Elv itu bertubuh cukup tinggi, walau tidak begitu kekar tapi tingginya mendekati Emperor Ilios. Jubah putih bersih dengan corak melingkar berwarna emas berkibar tertiup angin tiap ia melangkah. Penampilannya seperti makhluk yang bukan dari dunia ini, itulah keindahan Elv yang sebenarnya. Karena itu dimasa pemerintahan Emperor Aelius pertama yang kejam, para Elv diburu untuk dijadikan sebagai budak seks. Selama 500 tahun mereka hidup dalam ketakutan terhadap perburuan budak. Dan sekarang sudah 200 tahun mereka mengurung diri didalam hutan Himmel. Arev sedikit tidak percaya, bangsa Elv yang sudah 200 tahun mengurung diri, kini keluar dari hutan Himmel hanya karena secarik kertas dan sebuah bros.

Arev berjalan mendekat dan mengulurkan tangannya untuk menyerahkan surat dan bros itu. Arev terkejut karena surat dan bros itu terbang dari tangannya yang lalu mendarat di tangan pria Elv yang berada didepannya. Arev cukup takjub melihat sihir yang dilakukan seorang Elv. Sebelum sempat masing-masing dari mereka mengatakan sesuatu pria Elv itu kembali kedalam hutan membawa surat dan bros dari Arev bersamanya.

Arev melihatnya pergi begitu saja seperti sudah mengetahui hal itu sebelumnya. Emperor Ilios sudah memperingatkannya, bahwa ia harus menunggu pesan jawaban dari Elder bangsa Elv.

Setelah berkemah semalaman di depan hutan Himmel, akhirnya yang ditunggu Arev tiba. Walau bukan pria Elv yang kemarin, tapi seorang Elv berpenampilan lebih muda keluar dengan membawa secarik surat dengan sebelah anting perak berbentuk bulan sabit dengan hiasan batu sapphire. Tanpa berkata apa-apa pemuda Elv itu menyerahkan surat dan anting itu kepada Arev, lalu kembali lagi ke dalam hutan Himmel. Dengan segera Arev mengirim surat dan anting itu menggunakan elang pengantar pesan, sesuai dengan perintah dari Emperor. Setelah semuanya selesai Arev memerintahkan pasukannya untuk membereskan kemah dan segera berangkat untuk kembali ke istana kekaisaran Aelius.

Sesampainya diistana Arev sangat terkejut, karena yang menyambutnya adalah acara berkabung. Ia segera turun dari kudanya dan berlari menuju area berkabung. Ia membuka pintu dan segera merangsek masuk, sambil terengah-engah matanya nanar memandang peti yang terbuat dari kaca berada di tengah ruangan. Ia berjalan perlahan mendekat dengan gemetar. Saat berada didepan peti ia melihat dengan jelas siapa yang berada didalamnya, kakinya melemah dan akhirnya ia jatuh berlutut. Arev menggeretakkan gigi dan menggenggam tangan orang yang terbaring didalam peti itu dengan erat.

“Kyra…”, panggilnya lirih.

Kyra terbaring dengan cantik didalam peti, rambut pirangnya tergerai indah diantara bunga berwarna biru cerah begitu kontras dengan gaun putih yang dipakainya. Matanya tertutup rapat dengan damai seperti seseorang yang sedang tertidur. Arev mengelus pipi Kyra dan menangis tersedu-sedu, airmatanya mengalir deras.

Ron menghampirinya dan menarik lengannya untuk berdiri, seolah merasa enggan Arev memegang erat peti kaca Kyra, namun karena tangannya gemetar dan lemas akhirnya pegangannya lepas. Ia dibawa oleh Ron keluar ruangan dengan mata kosong dan kepala tertunduk.

Para menteri dan orang-orang yang mengikuti upacara pemakaman memperhatikan Arev yang merasa terpukul karena kematian Putri Kyra.

Pemakaman terus berlanjut dan Emperor Ilios tanpa didampingi Arev menyuarakan pidato perpisahan untuk Putri Kyra. Sebuah kereta kuda mengantarkan peti kaca putri Kyra ke peristirahatan terakhirnya. Semua rakyat yang mengagumi putri Kyra mengantar kepergiannya dengan menebarkan kelopak bunga sepanjang kereta kuda berjalan. Rakyat yang berada di sisi jalan semua menangis karena ditinggalkan oleh seorang putri yang cantik dan baik hati.

Malam yang suram menjelang, tanpa menyalakan lampu Arev terduduk diam di kursi didalam kamarnya. Ia hanya melihat keluar jendela dengan pandangan yang kosong sambil menggumamkan nama Kyra.

Suara pintu terbuka menggema di dalam kamar yang sepi, dan seorang maid masuk kedalam. Karena pencahayaan yang kurang, hanya kilatan berwarna ungu terlihat jelas di leher maid itu.

“Pangeran Arev”, panggilnya lirih.

Maid itu berjalan perlahan mendekati Arev yang masih terdiam tanpa bergeming diatas kursinya. Maid itu terus berjalan hingga berada didepan Arev, cahaya bulan menerangi wajahnya, sosok maid itu tidak lain adalah Finneria Hailberry yang selama ini dicari. Tanpa diduga ternyata Finne memiliki artefak pengubah wajah dan suara hingga ia dapat menyamar menjadi maid untuk bersembunyi di dalam istana.

“Pangeran Arev, akhirnya aku bisa berdua bersamamu”, katanya tersenyum.

Arev tetap terdiam memandang keluar jendela dengan mata yang kosong dan hal itu membuat Finne semakin senang.

“Sekarang karena jiwamu yang lemah, dengan kalung ini aku bisa menaklukkanmu dengan mudah”, kata Finne sambil tertawa kecil.

“Pangeran… cintailah aku”, lanjutnya sambil mendekatkan wajahnya kepada Arev.

Dengan perlahan mata Arev tertuju pada Finne, yang membuat Finne semakin yakin Arev sudah ia taklukkan.

Finne menjulurkan tangannya mencoba untuk mengelus pipi Arev. Namun sebelum jarinya sempat mencapai wajah Arev, dengan cepat Arev mencekik leher Finne dengan satu tangannya.

Dengan wajah yang dingin Arev mencengkram leher Finne namun ia tetap menahan diri untuk tidak membunuhnya.

“Tertangkap”, kata Arev dengan dingin.

“Kau takkan pernah kuampuni”, lanjutnya.

Finne dengan wajah panik tanpa bisa mengeluarkan suara hanya bisa menahan sakit di lehernya sambil mencoba melepaskan diri dari tangan Arev. Namun hal itu percuma karena Arev jauh lebih kuat darinya.

Tak lama kemudian pintu terbuka dan Emperor Ilios masuk bersama dengan Ann, Ron dan Seria. Masih dengan ekspresi dingin yang menyeramkan Arev memandang keempat orang yang baru saja memasuki ruangannya. Matanya berhenti pada Emperor Ilios yang lalu membuatnya melepaskan cengkramannya pada Finne.

Seria dan Ron segera menangkap Finne dan mengikat tangan juga kakinya dengan rantai yang berat. Saat dibawa oleh Ron dan Seria, Finne berteriak-teriak namun tidak digubris oleh Arev dan Emperor.

“Ann aku yakin masih banyak anggota kudeta yang bersembunyi. Mereka memiliki catatan keanggotaan, aku percayakan interogasi Finne padamu”, kata Arev dengan tenang.

“Sesuai perintah”, jawab Ann membungkuk lalu segera pergi dari situ.

Kini hanya tinggal Arev dan Emperor Ilios berdua didalam ruangan, Arev hanya terdiam begitupun dengan Emperor Ilios. Arev berpaling dan kembali melihat keluar jendela Emperor Ilios berjalan mendekati Arev dan merangkul pundaknya.

“Ayah, aku berjanji pada Kyra”, kata Arev tiba-tiba.

Emperor Ilios terdiam dan memperhatikan Arev.

“Aku berjanji akan menjadi laki-laki yang bisa diandalkan, setelah itu aku akan kembali menyatakan perasaanku padanya, aku sungguh sangat egois kembali mengekang hidupnya dengan menungguku”, kata Arev dengan penyesalan.

“Arev, Kyra bilang padaku, dia akan menunggumu berapa lama pun, karena ia juga menyukaimu”, kata Emperor Ilios menepuk pundak Arev.

“Karena itu kau juga harus berjuang dan berusaha agar Kyra tak perlu menunggu lebih lama”, lanjutnya.

Arev mengangguk mata Arev yang sebelumnya diisi oleh rasa sepi, kini terlihat penuh semangat dan berapi-api.

‘Tunggu aku Kyra’

###

The Emperor's SunTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang