Chapter 18

53 2 2
                                    

Chapter 18

Sangat berbeda dengan perjamuan di kekaisaran, perjamuan di hutan Himmel dilakukan secara khidmat dan sederhana. Saat matahari mulai terbenam di halaman rumah Elder didepan Verdenen Tree beberapa meja panjang dengan kursi panjang di letakkan, diatas meja terdapat banyak makanan khas bangsa Elv di sajikan. Semua duduk dengan rapi tanpa terkecuali, dengan kepemimpinan Elder Snelyset mereka berdoa dengan bahasa Elv. Setelah selesai semua orang dipersilakan untuk makan, tidak ada musik yang mengiringi, namun suara keramaian terdengar dari percakapan yang dilakukan sambil menikmati makanan yang disajikan.

Semuanya bercengkrama dengan akrab tidak terkecuali Ann, Ron dan Seria. Para Elv menyambut mereka dengan hangat tanpa butuh waktu lama bagi mereka untuk mengakrabkan diri dan beradaptasi.

Dimeja utama dimana Elder Elv berada, Arev sebagai Emperor menjelaskan semua ide yang ia pikirkan kepada Elder Elv, Snelyset menyetujui dengan apa yang dijelaskan oleh Arev. Ilios pun memuji kemampuan Arev karena berhasil membujuk Snelyset untuk pertukaran pelajar kedua bangsa.

Setelah perjamuan makan selesai Snelyset melihat keatas dan segera meminta Arev, Kyra dan Ilios untuk mengikutinya. Snelyset berjalan mendekati Verdenen tree lalu menyentuh bagian akar Verdenen Tree yang mencuat dari tanah dan membentuk sebuah tembok. Setelah menyentuh Verdenen Tree dengan telapak tangannya ia menutup matanya dan Verdenen Tree mengeluarkan cahaya lebih terang untuk sesaat setelah Snelyset membisikkan sesuatu dengan bahasa yang bahkan tidak dimengerti oleh Kyra. Snelyset berbalik dan melihat ke arah Arev lalu memberikan isyarat dengan dagunya untuk Arev segera memanjat Verdnene Tree.

Setelah di perintahkan Arev mengangguk lalu membuka sepatu dan jubah panjangnya, menyisakan kemeja yang lengan kemejanya ia gulung untuk memudahkannya bergerak.

Kyra terdiam dengan wajah khawatir melihat Arev yang bersiap-siap. Arev menyadarinya dan menghampiri Kyra, dengan lembut ia menangkup pipi Kyra dan tersenyum padanya.

“Aku akan baik-baik saja tunggulah disini”, katanya untuk menenangkan Kyra.

Walaupun tidak sedikitpun Kyra merasa tenang namun ia tetap tersenyum di hadapan Arev, agar Arev tidak mengkhawatirkan dirinya yang berwajah murung.

Setelahnya Arev segera mulai memanjat Verdenen Tree, walau Arev bisa memanjat dengan bergantung pada serat pohon, namun tetap tidak mudah karena serat pohon yang ada hanya bisa ia pegang dengan ujung jarinya. Selain itu Verdenen Tree yang menjulang tinggi membuat ia harus mengatur kecepatan dan tenaganya agar staminanya tidak cepat terkuras.

Beberapa jam berlalu Arev yang semalaman memanjat Verdenen Tree tanpa berhenti akhirnya sampai di tangkai pertama yang memberikan sedikit kemudahan untuknya terus memanjat, saat ini Arev merasa sangat bersyukur karena memiliki permata matahari yang membuatnya menjadi lebih kuat di banding orang biasa. Sebelum meneruskan memanjat Arev melihat ke bawah, tinggi dari Verdenen Tree membuat orang-orang yang menunggu di bawah menjadi titik kecil, Arev segera tahu posisi Kyra dan tersenyum melihat Kyra yang terus menunggunya di bawah.

Arev terus menerus memanjat hingga akhirnya ia sampai di puncak Verdenen Tree. Arev baru menyadari hari sudah pagi saat melihat matahari terbit di kejauhan, berada di puncak pohon tertinggi didunia membuat ia bisa melihat hingga jauh. Pemandangan yang Arev lihat saat ini membuatnya terpana dan tidak bisa menutup mulutnya. Arev segera tersadar karena ia harus menyelesaikan misinya saat ini. Elder Snelyset mengatakan ia akan mengerti saat berada di puncak, namun Arev tidak melihat apapun yang bisa ia kerjakan saat ini.

Kebingungan Arev seketika menghilang saat melihat kepulan asap putih turun dari langit. Arev sempat mengira itu adalah awan atau kabut, saat kepulan asap putih itu terbang terbagi dua dan tepat menuju ke arahnya apa yang ia sangkakan menghilang.

The Emperor's SunTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang