Side Story -The First Emperor- (Part 4) END

32 3 5
                                    

Side Story –The First Emperor- (Part 4)

Setelah sebulan penuh Havfrue dirawat oleh Hojhed, sekarang ia menjadi lebih sehat dan senyumnya kembali atas perhatian Hojhed yang diberikan kepadanya sepenuh hati.

Hojhed mengajak Havfrue untuk menghirup udara segar di taman bunga istana, mereka berjalan dengan Hojhed yang menggandeng tangan Havfrue.

“Hojhed, terima kasih”, kata Havfrue dengan lirih, sambil tersenyum melihat Hojhed.

Hojhed yang menerima kata terima kasih dari Havfrue tersenyum dan merangkul bahu Havfrue. Havfrue tidak menolaknya ia hanya menyandarkan kepalanya dibahu Hojhed.

“Hojhed bolehkah aku keluar istana esok hari?”, tanya Havfrue.

Hojhed terdiam sebentar mendengar yang dikatakan Havfrue.

“Apa kau ingin menemui naga itu lagi?”, tanya Hojhed dengan nada sambil lalu.

Havfrue terkejut mendengarnya dan ia menjaga jarak dari Hojhed untuk melihatnya dengan pandangan yang tidak percaya.

“Kau tak perlu keluar dari istana”, katanya sambil tersenyum pada Havfrue.

“Hojhed… apa yang kau…”, masih dengan mata tidak percaya ia bertanya pada Hojhed.

“Aku sudah membawanya ke sini”, kata Hojhed menunjukkan kotak kecil pada Havfrue.

Hojhed membuka kotaknya dan menunjukkan sebuah kalung perak dengan hiasan batu Amethys. Havfrue melihatnya dalam diam dengan tatapan ngeri.

“Apa itu… Hojhed…?”, tanya Havfrue dengan suara gemetar.

“Kalung dari sisik naga, dengan permata dari core naga”, kata Hojhed dengan senyum tanpa dosa.

“Aku ingin memberikannya padamu sebagai tanda cintaku, kalung yang indah ini pasti akan cocok untukmu Havfrue”, lanjutnya.

Havfrue menepis tangan Hojhed dan kotak kalung itu terjatuh ke rerumputan.

“Apa yang kau lakukan padanya?! Apa yang kau lakukan pada Lenka?!”, seru Havfrue dengan nafas memburu.

“Lenka? Ah, naga perak itu? Aku membunuhnya untuk menjadikannya perhiasan ini”, katanya masih dengan senyum tanpa dosa, seperti tidak sadar Havfrue berteriak dengan amarah.

Havfrue sempoyogan mendengar apa yang dikatakan Hojhed, hingga ia akhirnya terjatuh duduk di atas rumput, dengan air mata yang berlinang.

“Havfrue? Kau tidak apa-apa?”, tanya Hojhed dengan khawatir dan mencoba untuk meraih Havfrue.

“JANGAN SENTUH AKU!!”, seru Havfrue.

“Havfrue?”

“Apa kau sadar dengan yang kau lakukan?!”, tanya Havfrue memandang Hojhed dengan tatapan marah.

“Havfrue?”, Hojhed hanya memandang Havfrue dengan bingung.

“KAU SUDAH MEMBUNUH SAHABATKU!”, seru Havfrue.

“Havfrue, aku hanya tidak menyukainya saat kau pergi keluar istana”

“Naga itu tak mau ikut denganku malah dia menyerangku, aku tak punya pilihan, Havfrue”

“Karena itu aku menjadikannya perhiasan agar bisa selalu bersamamu, tidakkah kau senang?”, jelas Hojhed masih dengan ekspresinya yang tanpa dosa seakan dia tidak mengerti apa yang salah.

“Hojhed, kau sudah gila!”, seru Havfrue dengan pipinya yang basah oleh air mata.

Melihat Havfrue yang berteriak padanya dengan wajah yang penuh emosi kebencian, membuat kepala Hojhed tiba-tiba menjadi sakit tidak tertahankan. Hojhed berlutut diatas tanah sambil menahan kepalanya dengan kedua tangannya. Dia hanya mengerang kesakitan tanpa ada kata-kata yang bisa keluar dari mulutnya.

The Emperor's SunTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang