Side Story -The First Emperor- (Part 3)

22 2 3
                                    

Side Story –The First Emperor- (Part 3)

Untuk membungkam para menteri akhirnya Hojhed menikah dengan seorang wanita bangsawan dari keluarga Duke Ambrossia. Prosesi pernikahan Emperor dan Empress diadakan dengan meriah namun sepanjang acara Hojhed hanya terdiam dengan wajah yang bosan. Tidak sekalipun Hojhed menyentuh ataupun memandang Empress, bahkan dimalam harinya saat pesta dansa dimulai Hojhed hanya terdiam di singasananya. Semakin lama acara berlangsung, semakin dalam juga alis Hojhed bertaut. Saat Hojhed sudah tak tahan dengan sakit kepala yang menyerangnya seharian ini, ia berdiri dan keluar dari lokasi pesta meninggalkan semua orang yang hadir disana termasuk Empress, ia hanya diikuti oleh beberapa ksatria dan pelayannya.

Hojhed berjalan dengan cepat menuju ke kamar Havfrue, saat membuka pintu seperti biasa Hojhed melihatnya terduduk di samping jendela dengan cahaya bulan yang menyinarinya, tanpa sadar bibir Hojhed menyunggingkan senyum dan pandangan matanya melembut.

“Hojhed? Sedang apa kau disini, bukankah acaranya masih berlangsung?”, tanya Havfrue.

Kamar Havfrue berada jauh dari aula acara, karena itu dikamar Havfrue sangat hening dan membuat siapapun yang jengah dengan hiruk pikuk menjadi tenang.

Hojhed menyuruh para ksatria untuk segera pergi dari situ dan lalu berjalan menghampiri Havfrue. Hojhed berlutut dan memeluk pinggang Havfrue yang sedang duduk di atas kursi, dan membenamkan kepalanya di perut Havfrue. Havfrue membalasnya dengan mengelus kepala Hojhed.

“Apa kau lelah? Mau kunyanyikan sebuah lagu?”, tanya Havfrue.

Hodjed hanya terdiam dan menggelengkan kepalanya.

“Hari ini tidak perlu, berada disisimu sudah cukup bagiku”, jawab Hojhed.

Suasana hening yang menenangkan tidak berlangsung lama. Pintu kamar Havfrue tiba-tiba dibuka dengan kasar dari luar dan Duke Ambrossia bersama beberapa menteri yang mendukungnya merangsek masuk. Melihat kepala Hojhed berada di pangkuan Havfrue, wajah mereka terlihat murka.

“Emperor, apa yang anda lakukan disini?”, tanya Duke Ambrossia.

“Emperor Hojhed, Empress sudah menunggu di kamar anda, anda tidak seharusnya berada disini, di hari pernikahan anda dengan Empress”, kata salah satu menteri yang diikuti dengan yang lain.

Walau Hojhed terlihat tenang tanpa ekspresi, namun didalam hatinya terdengar suara bergemuruh seperti gunung berapi yang bisa kapan saja meletus. Hojhed berdiri dari pelukan Havfrue sambil menenteng pedang yang sejak tadi ada di sampingnya. Sambil melepaskan pedang dari sarungnya ia berjalan perlahan dengan wajah yang dingin. Para menteri yang mengganggunya mundur selangkah demi selangkah karena ketakutan.

“Hojhed…”

Sebuah suara lirih yang terdengar merdu membuat Hojhed terdiam ditempat dan pikirannya sedikit demi sedikit menjadi jernih kembali. Setelah Havfrue memanggilnya Hojhed terdiam di tempat lalu menyarungkan kembali pedangnya sambil berkata.

“Jika kalian berani masuk ke dalam kamar Havfrue selangkah pun, akan aku pastikan kepala kalian terpisah dari tubuh kalian saat itu juga”

Walau Hojhed mengatakannya dengan santai tapi yang lain tahu bahwa Hojhed sungguh-sungguh. Jika mereka menginjakkan kaki kedalam kamar ini, kepala mereka benar-benar akan terbang terpisah dari tubuh mereka.

“ah… lalu soal empress, aku tak akan menyentuhnya, berikan saja dia pada paman atau sepupuku atau saudara tiriku yang lain. Asal punya rambut pirang dan mata merah tak akan jadi masalah bagi kalian kan”, kata Hojhed sambil berbalik dan kembali menyandarkan kepalanya pada pangkuan Havfrue.

Mendengar Hojhed yang berkata seperti ini membuat wajah Duke Ambrossia memerah karena amarah. Walau memang rencana awal mereka seperti itu, tapi tidak ia sangka Hojhed sama sekali tidak tertarik dengan anak perempuannya. Dengan emosi yang memuncak Duke Ambrossia dan para menteri yang lain meninggalkan tempat itu.

The Emperor's SunTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang