"Anda membeli banyak sekali kristal iblis ya?"
Manik merah terang itu hanya menatap tajam, dia tersenyum remeh. "Memangnya kenapa? Aku membayar dengan uang yang cukup, atau kau merasa kurang? Aku memiliki banyak uang."
Lelaki itu dengan sombong berkata, menatap remeh penjaga toko yang hanya tersenyum kecil. "Anda bangsawan yang kaya raya, yah." Dia menuliskan catatan pembelian dari lelaki itu.
"Tidak masalah bagi saya jika anda memiliki banyak uang," lanjutnya.
"Tentu, uang segalanya." Pria itu baru saja ingin menyerahkan sebuah catatan hasil pembelian lelaki itu. Namun, sebuah suara membuat lelaki bermanik merah terang itu tersentak kaget.
"Oh? Aku tak menyangka Putra Kedua Duke Asterope berani membeli barang-barang yang mengandung iblis ini."
Kazel Asterope mengalih pandangannya, dia menatap kaget seorang gadis yang tersenyum lebar. Manik kuning gadis itu membuatnya menggerutu kesal, dia mengenal gadis itu.
"Apa yang kau lakukan disini, Vanessa Frice?" Kazel menatap malas, dia segera ingin pergi dari sini supaya ayahnya tidak tau bahwa dirinya membeli barang-barang yang mengandung sihir iblis.
"Tidak penting denganku. Aku kaget sungguh, duke yang sangat membenci mana iblis tapi anaknya malah membeli kristal yang mengandung mana iblis. Kau mencari mati yah? Kazel."
Kazel tertawa, dia menyeringai. "Ayah tidak akan marah. Aku putra kesayangannya."
Vanessa berdecih. "Aku akan melaporkan ini pada duke."
"Coba saja, itupun kalau ayah percaya padamu. Kau tau? Reputasimu buruk dimata ayahku karena berteman dengan bajingan itu."
"Hey! Dia adikmu bodoh! Mengapa kau sangat membencinya?" Vanessa berkata dengan kesal, mengepalkan tangannya kuat bersiap ingin meninju Kazel. Jika saja tidak ditahan oleh Rian yang sejak tadi bersembunyi dibelakang Vanessa.
Kazel mulai menyadari seseorang yang berada dibelakang Vanessa. Kazel hanya menatap sekilas tidak peduli, dia menganggap sosok berjubah hitam itu hanyalah anak buah Vanessa.
"Bukan urusanmu. Kau tidak memiliki bukti untuk melaporkanku."
"Benarkah?" Vanessa menyeringai. Dia maju dengan sangat cepat, sekelip mata sudah berada di depan Kazel dengan sebuah bola angin yang ditujukan pada Kazel.
Kazel membelalakkan matanya, karena terkejut dia hanya bisa menghindar sedikit. Bahunya kena sehingga baju di bahunya sobek.
"Woah, refleksmu cukup bagus."
"Kau! Apa masalahmu huh?!" Kazel menggeram marah, mata merahnya mengkilat menatap tajam Vanessa yang hanya tertawa.
Kazel sampai mengabaikan penjual toko itu dan ikut emosi. Dia sudah mengeluarkan tusukan es yang muncul dibawah Vanessa, Vanessa segera melompat dan menghindar ia tertawa riang.
"Tuan dan Nona, mohon jangan membuat keributan disini."
Perkataan penjual toko itu diabaikan oleh Keduanya. Tidak sadar jika Rian sudah berada di depan penjual toko dan mengatakan sesuatu. Kertas catatan hasil pembelian Kazel segera diambil.
"Kau luar biasa, Putra duke Kazel Asterope!" Vanessa merasa sangat senang. Berbagai teknik sihir es Kazel tunjukkan padanya. Namun, kemampuan yang paling menonjol dari Vanessa adalah menghindar dengan sihir anginnya.
"Hahahaha! Hibur aku lebih--"
"Vanessa, ayo pulang." Vanessa berhenti, akibat itu jarum-jarum es menuju kearahnya dengan cepat.
Vanessa membelalakkan matanya, dia tidak bisa menghindar. Vanessa menutup matanya bersiap menerima tusukan es yang pastinya akan masuk kedalam dagingnya, itu akan terasa dingin dan menyakitkan.
KAMU SEDANG MEMBACA
Son Of A Bastard Duke [S1] [ SEGERA TERBIT ]
FantasyNo Romance ---- Son Of A Bastard Duke [S1] ( Putra Duke Yang Bajingan ) Rian adalah lelaki berusia 24 tahun yang antisosial. Dia hanya pekerja kantoran biasa yang muak pada hidup dan memutuskan mengalihkan kehidupan pada dunia Novel. Rian lelaki yan...