Matahari muncul dengan malu-malu ke permukaan, menyinari pagi hari yang terasa indah dengan burung berkicau merdu. Di Kedalaman hutan terlihat seorang lelaki tampan dengan surai hijau panjang, bertengger kacamata di kedua mata emeraldnya yang indah.
Lelaki itu bergumam menyanyikan nada-nada yang ia ketahui sembari berjalan diantara semak-semak dalam hutan. Sampai dia keluar dari hutan, lelaki itu menghirup udara segar pagi hari dengan nyaman dan tersenyum menatap langit biru yang mulai terlihat cerah.
"Akhirnya aku kembali." Dia berkata menatap ibukota dari atas bukit hutan itu dengan senyuman lebarnya.
Ibukota Vercette, dengan Kaisar Vercette lansung yang memimpin disini. Wilayah utara yang biasa selalu ditimbun oleh salju dengan udara dingin. Tetapi, kali ini, wilayah ini terlihat begitu cerah tanpa sedikitpun timbunan putih bersih. Setiap setahun sekali diantara 3 bulan wilayah utara akan mengalami musim panas ini.
"Tunggu aku, Arian."
**
Rian mengelus surai Alvert dengan lembut dia memberikan senyuman untuk mengantar kepergian adiknya hari ini. "Aku pasti akan merindukanmu, Kak." Alvert menatap Rian dengan mata berkaca-kaca.
Seminggu telah berlalu semenjak insiden dimana Rian mengalahkan iblis dan monster tingkat S di ibukota. Hari ini, adalah hari dimana Alvert akan kembali ke Akademi di tahun pertamanya. Mungkin Alvert akan susah mendapat teman karena Alvert terlambat dalam seminggu sebab mengambil cuti liburan.
"Belajarlah dengan baik disana, dan dapatkan teman yang baik juga."
"Kau seperti ibuku saja, kak." Rian tertawa kecil, dia mengabaikan pandangan datar yang terlihat susah dimengerti padanya.
Kazel mendengus. "Sialan, memperlambat saja."
Karena seminggu sudah berlalu, kemarin juga Kazel mulai dibebaskan. Rian melirik sinis, dia sedikit senang saat melihat luka-luka lebam yang Kazel dapatkan atas hukumannya. Dibandingkan tatapan tidak suka yang Kazel berikan padanya, lelaki itu malah menatapnya dengan aneh dan itu membuat Rian waspada.
"Sibuk sekali, bilang saja iri," gumam Alvert yang tentu masi bisa di dengar oleh telinga Kazel yang tajam.
"Anak sialan ini!"
"Hentikan, Kazel." Kazel menatap Calion tidak terima. Calion yang sejak tadi turut ada di sana untuk mengawasi.
"Kau sekarang mulai membelanya yah? Calion?!"
"Dimana sopan santunmu sekarang." Calion menatap dingin menatap telunjuk yang Kazel arahkan padanya. Kazel mendengus dengan marah dia berlalu masuk kedalam kereta kuda dengan amarahnya yang dipendam.
Calion hanya menghela nafasnya lelah, dia berbalik kembali masuk kedalam Mansion besar itu. Sedangkan Rian menatap Alvert dan memberikan pelukan pada Alvert. "Jika kau ingin, kirimkan surat untukku kalau kau rindu padaku."
"Bolehkah?!" Alvert bertanya antusias.
"Tentu," jawab Rian.
"Aku akan mengirimkan surat padamu dengan banyak! Setiap detik, jam, hari, dan minggu!"
Rian tertawa canggung mendengar perkataan Alvert yang menurutnya sangatlah berlebihan. Rian hanya bisa tersenyum maklum. "Itu berlebihan Alvert."
"Baiklah jika itu menganggumu kak, aku hanya akan mengirimkan surat padamu seminggu sekali!" Rian mengangguk mantap.
Setidaknya itu lebih baik.
Rian melambaikan tangan dengan senyumannya mengantar kepergian Alvert. Matanya melihat kepergian kereta kuda itu yang mulai semakin menjauh.
KAMU SEDANG MEMBACA
Son Of A Bastard Duke [S1] [ SEGERA TERBIT ]
FantasyNo Romance ---- Son Of A Bastard Duke [S1] ( Putra Duke Yang Bajingan ) Rian adalah lelaki berusia 24 tahun yang antisosial. Dia hanya pekerja kantoran biasa yang muak pada hidup dan memutuskan mengalihkan kehidupan pada dunia Novel. Rian lelaki yan...