17

8.6K 1.2K 40
                                    

"Darah.. huh?" Rian terdiam sebelum bibirnya menyeringai. Entah mengapa terasa menyenangkan sekarang.

Itu menarik.

"Bagaimana aku menggunakan sihir ini?"

"Lakukan seperti biasanya saja. Tidak ada bedanya dengan sihir lain."

"Aku.. tidak tau teknik sihir darah."

"Ribet sekali sih! Tinggal bayangin sja dan bom! Tinggal kau serang. Susah kali."

Rian menggerutu sebal. Bagaimanapun dia tidak tau tentang sihir darah yang ternyata sihir ketiga miliknya sendiri. Ditambah sihir ini adalah sihir yang dikatakan langka di dalam Novel.

Baiklah, tinggal bayangin saja. Kalau salah, salahkan suara yang mengaku Arian itu.

Tangan Rian terangkat mengumpulkan darah yang bisa dia kendalikan. Rian mengabaikan segala mata yang melihatnya dengan pandangan berbeda dia hanya fokus melihat sosok iblis yang sangat senang di sana.

"Begini.. kan?"

"Yup! Kau selalu pandai mengendalikan kekuatanmu."

"Oh.. ternyata ada manusia yang memiliki sihir darah disini." Iblis itu terkikik geli, dia berjalan mendekat merasa tertarik. Rian tetap berdiri dengan tenang.

"Hey, siapa namamu? Lelaki cantik?" Dahi Rian menyeringit, merasa kesal mendengar perkataan iblis itu. Dia mendengus sebal.

"Jangan mendekat padanya, iblis sialan." Calion sudah bersiap menyerang tetapi, tubuhnya ditahan oleh Albert.

"Yang mulia?"

"Tetap diam." Mendengar perintahnya Calion tidak ada pilihan lain. Dia harus menurut walau hatinya sangat menolak.

"Tidak penting memberi tau namaku pada seseorang yang akan mati," sinis Rian, mendapat tawa geli dari Iblis itu.

Iblis itu mencengkram kuat wajah Rian, dia menyeringai senang melihat manik berbeda dari mata Rian. "Jadi itu kau, anak yang memiliki mana sihir yang luar biasa besar itu."

Bagaimana dia tau?!

"Oh... Lihat mata yang indah ini, rasanya ingin kuambil dan kujadikan koleksiku yang lain."

"Hey, kau hanya perlu menyerangnya sekarang. Iblis ini membuatku kesal."

"Kita memiliki pikiran yang sama."

Melihat sang iblis masi fokus memperhatikan matanya Rian diam-diam mengalirkan darah dibawah kakinya. Iblis itu tidak sadar, sedikit bingung tetapi, Rian memanfaatkan keadaan itu.

"Kau nakal sekali, ya?" Mata Rian membulat kaget saat sang iblis menghentakkan kakinya menimbulkan ledakan kecil yang membuat sihir darahnya dibawah menghilang. Ternyata iblis ini dari tadi sadar bahwa Rian mengincar kakinya.

"Bodoh!"

"Berisik!"

Iblis itu mulai semakin menjadi, dia mengelus pipi Rian membuat Rian merinding seketika. Kaki Rian spontan mundur namun, iblis itu malah semakin mendekat membuat Rian muak.

"Jangan lari, kau takkan bisa lari dariku. Aku akan mengambil kedua mata indahmu ini. Membayangkan aku setiap hari melihat koleksi mata ini membuatku merasa seperti di sur---"

"Huh?"

Iblis terdiam, merasakan darah mengalir dari kepalanya. Pandangannya tertuju pada belati yang kini menusuk tepat di dalam telinga, itu lansung menusuk bagian dalam kepalanya. Iblis melirik pada Rian, yang menyeringai licik. Darah hitam yang mengalir dari tusukan belati Rian kini mulai melayang.

Son Of A Bastard Duke [S1]  [ SEGERA TERBIT ]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang