8. [ Rian bertindak ]

11.2K 1.4K 19
                                    

Kazel terlihat duduk santai di meja tepat di dalam kamarnya. Hari ini dia libur dalam pekerjaan dan tidak memiliki tugas apapun dirumah. Oleh sebab itu kazel memutuskan untuk bersantai saja dikamar.

Setelah kejadian menyebalkan saat ia membeli barang di pasar gelap itu, Kazel terus memikirkan hal-hal yang belum tentunya terjadi, itu dugaannya. Dia selalu overthinking apakah kegiatannya setiap malam tertentu membeli barang disana akan terbongkar sekarang.

Kazel menggerutu sebal, karena menahan kesal entah mengapa pikirannya tiba-tiba terlintas pada adiknya, lebih tepatnya Arian.

Sejak kapan Arian mulai berubah dan tidak membuat masalah? Kazel sadar, itu dimulai semenjak Kazel memberi Arian racun secara terang-terangan.

Iya, Kazel memberikan Arian racun secara lansung tanpa sedikitpun sifat yang ia sembunyikan. Arian tentu tidak bodoh, dia tau kakaknya itu memberi racun namun, dia tetap memakan makanan yang Kazel sediakan. Iya, Arian bisa disebut bodoh.

Kazel tertawa remeh mengingat itu kembali. Ekspresi ketakutan Alvert yang saat itu ikut disana juga menjadi hiburan. Terlebih, saat darah yang dimuntahkan Arian di dalam benak Kazel masi terus diingatnya.

Itu adalah hiburan baginya. Saat Arian jatuh tak sadarkan diri. Semuanya tampak biasa saja, para pelayan hanya menatap santai tak peduli pada keadaan Arian saat itu. Jika Hadres saat itu tidak datang memberi perintah untuk membawa Arian ke kamar dan diobati, pastinya Arian sudah mati saat itu juga.

Asik membayangkan kejadian itu membuat Kazel tersentak saat mendengar ketukan pintu. Kazel segera bangkit berjalan menuju pintu dan membukanya, sosok yang berada di depannya mampu membuat Kazel menyeringit.

"Kenapa kau ada disini?"

Manik berbeda warna itu menatap, tidak ada tatapan penuh harap padanya seperti dulu. Kali ini kosong dan dingin. Bibir Rian melengkung, membentuk senyuman penuh arti.

Kazel ingin membuka suara kembali karena merasa kesal tidak dijawab. Tetapi, sebuah kertas catatan yang Rian tunjukkan membuat matanya membulat.

"Kau tau ini bukan? Kazel."

"Kau!" Kazel menarik Rian dengan kuat masuk kedalam kamarnya. Pintu ditutup dan dikunci, Rian di dorong sampai jatuh keatas lantai. Kazel dengan cepat menindih tubuh Rian dan mengunci pergerakannya.

Tatapan amarah Kazel layangkan, dia berusaha merebut kertas yang Rian tunjukkan namun, kertas itu tiba-tiba menghilang.

"Brengsek!"

"Luapkan saja emosimu padaku, maka kau akan menyesal atas perbuatanmu selama ini." Untuk pertama kalinya Kazel melihat ekspresi yang baru Rian tunjukkan.

Seringai lebar dengan manik mengkilat tajam dan tawa yang terdengar membuat merinding.

"Kakakku tersayang."

.
.

[ SON OF A BASTARD DUKE ]
Chap 8
- Rian bertindak -

.
.

Erick merasa aneh. Padahal, setiap waktu putranya yang ketiga itu pastinya akan selalu menyebabkan masalah. Ini dimulai saat dimana Erick mendapat laporan lansung dari Hadres saat Arian bangun dari tidurnya.

Hadres mengatakan Arian yang ingatannya sedikit buram dan menanyakan beberapa hal dengan tenang. Raut wajah itu seakan asing dan tatapan mata itu juga sama. Hadres juga tidak pernah menyangka dia akan ditatap oleh tatapan penuh waspada dari tuan muda yang sudah ia rawat sejak kecil itu.

Son Of A Bastard Duke [S1]  [ SEGERA TERBIT ]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang