11. [ Ibukota ]

11.3K 1.3K 79
                                    

Kazel menatap kesal Rian yang sudah dikeluarkan dari sel. Dia memukul sel penjaranya dengan kuat saat Rian melewati selnya dengan meliriknya datar.

"Hey! Mengapa bajingan itu sudah bisa keluar?!" Kazel memprotes yang dibalas lirikan abai dari Carlina. Kesatria wanita itu meminta Rian untuk jalan lebih dulu. Rian dengan senang hati menurut.

"Maaf tuan Kazel, Itu permintaan duke, seluruh kegiatan anda yang selama ini duke larang sudah terungkap."

"Apa?!" Kazel menggeram marah, dalam hati dia merasa takut dan memikirkan berbagai macam hukuman apa yang akan dia terima dari ayahnya sendiri. Kazel menggenggam tangannya erat.

"Bagaimana bisa?"

"Tuan muda Alvert yang menjelaskan semuanya." Lagi dan lagi Kazel merasa sangat benci dengan kedua anak yang menjabat sebagai adiknya itu.

"Anak sialan itu!" Carlina mengabaikan kemarahan yang Kazel lancarkan dia menunduk memberi hormat sejenak, bagaimanapun dia adalah tuan muda. Carlina pergi menyusul Rian yang ternyata menunggu di sana.

"Tuan muda." Rian tersenyum tipis.

"Kerja bagus." Carlina sedikit bingung namun, dia tetap tersenyum merasa senang mendapat pujian dari Rian.

Barulah mereka berjalan bersama menuju ruangan duke. Sampai di sana ada Calion yang duduk dengan tenang, Duke yang masi sibuk dengan berkas dan Alvert yang duduk disamping Calion terlihat cukup gugup dan Rian dapat merasakan ketakutan di sana.

Saat Rian masuk otomatis semua mata tertuju padanya. Rian diminta duduk namun, hanya tersisa disamping duke. Dengan sedikit takut Rian mendudukkan dirinya di sana.

"Alvert sudah menjelaskan semuanya padaku." Duke bersuara.

"Bagaimana bisa kau mendapatkan catatan itu?" Duke melirik dan Rian sudah menduga akan ditanya seperti itu.

"Malam hari itu aku tidak bisa tidur sehingga aku memutuskan untuk berjalan keluar. Aku berkeliling di mansion dan sampai dimana aku melihat Kazel memasuki kamarnya, catatan itu terjatuh dari sakunya."

Tentu saja itu adalah sebuah penjelasan kebohongan. Namun, Rian dapat memastikan duke akan percaya, terlebih malam itu Rian bertemu dengan Calion di taman. Arian juga mengingat tingkah Calion yang berbeda malam itu.

"Apa itu benar?" Duke bertanya memastikan. Sebelum sempat Rian menjawab Calion sudah membuka mulutnya lebih dulu.

"Aku bertemu dengannya ditaman malam itu juga, kukira dia berkeliaran sesuka hati dan sudah sangat berani dengan itu," jelas Calion.

"Benar, kau sudah berani berkeliaran dimalam hari. Padahal, aturan dari ayah tidak boleh keluar dari kamar setelah menyentuh jam waktu malam," lanjut Calion membuat Rian tersadar, dia sempat lupa dengan peraturan itu.

Karena suatu kejadian dimasa lalu seluruh penghuni di mansion dilarang keluar dari kamar setelah menyentuh jam dua belas malam. Kecuali mendapat izin dari duke lansung, dan Rian dapat pasti Calion mendapatkan izin keluar saat malam itu.

"Ya, aku tau itu. Aku menerima segala hukuman yang akan duke berikan. Tapi, aku tidak menyesal," kata Rian tanpa ragu.

"Aku juga bisa tau kalau malam itu Alvert terluka karena pelampiasan dari Kazel," lanjutnya membuat Alvert yang diam sejak tadi tersentak kaget dan menatap Rian.

Duke hanya mengabaikan dan itu membuat Rian kesal. Setelah itu mereka diizinkan untuk keluar dan Rian bebas dari hukuman entah mengapa. Rian segera menarik tangan Alvert untuk keluar dari sana dengan kekesalannya.

"Kak Arian--"

"Rian. Mulai sekarang panggil aku dengan Kak Rian, Alvert." Alvert segera mengangguk, dia tersenyum merasa Rian mulai kembali peduli padanya.

Son Of A Bastard Duke [S1]  [ SEGERA TERBIT ]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang