"Kak Rian! Kau tau itu bahaya bukan?! Uhuk---"
"Alvert! Kau harus istirahat lebih dulu." Rian menatap khawatir Alvert yang lansung bangun untuk menghampirinya dan memberinya nasehat. Rian memegang kedua bahu Alvert untuk membantu adik laki-lakinya itu supaya tidak terjatuh.
"Tubuhmu masi lemah, ayo beristirahat dulu." Rian membantu Alvert untuk duduk. Alvert menurut namun, dia masi terlihat marah dan khawatir pada Rian. Itu karena kejadian dimana Alvert melihat sendiri Rian yang menusuk bagian dadanya dengan belati miliknya, membuat Alvert merasa takut.
"Kau gila kak! Bagaimana jika kakak mati?!"
"Tahan suaramu Alvert, tenggorokanmu bisa sakit." Alvert menyeringit mendengar perkataan kakaknya.
Jadi itu yang dia khawatirkan?
"Ayo berbaringlah, para healer akan menyembuhkanmu lebih lama."
Alvert merengut kesal dia dengan pasrah menurut membiarkan para healer untuk mengobatinya lebih lanjut. Alvert hanya bisa menatap Rian yang merapikan pakaiannya. Pakaian putih yang ternoda darah, darah milik Rian sendiri dan darah yang Rian kendalikan.
Rian melihat putra mahkota memberikan beberapa kata pada pasukannya yang terluka maupun tidak. Tentu ada Calion dan Zylan yang menemani. Calion terlihat melirik kearahnya, Rian membalas dengan tatapan datar. Ada kerutan diwajah Calion saat melihatnya itu membuat Rian sedikit bingung.
Rian kaget melihat Calion mulai berjalan menuju kearahnya, wajah lelaki itu terlihat menyeramkan dengan geraman yang bisa Rian dengar saat langkahnya mulai mendekat.
"Kau!" Calion menarik kerah Rian kuat membuat Rian merasa tercekik.
"Kau menusuk dirimu sendiri?! Apa kau gila?!"
Hey! Lelaki ini kenapa sejak tadi berteriak denganku terus sih? Seakan dia khawatir padaku.
"Lepaskan," cicit Rian.
"Hah?!"
Gilak! Serem banget anjir--Ekhem.
Rian meneguk ludahnya menahan takut melihat aura Calion yang keluar dengan begitu luar biasa. Alvert disana menatap kesal sang kakak pertama yang seenaknya pada kakak Riannya.
Calion tidak menunggu jawaban Rian dia membuka kemeja yang Rian kenakan dimana bagian dadanya sudah sobek bekas tusukan belati Rian. "Apa yang kau lakukan?!" Rian merinding dia menutupi dengan kedua tangannya bagian dadanya yang terlihat.
"Aku hanya ingin melihat lukamu."
"Tidak--oh? Apa?" Otak Rian ngelag. Dia terdiam memikirkan kata-kata Calion sebelum mulai mengerti dan mengangguk.
"Baiklah." Rian membuka kemejanya memperlihatkan dadanya yang sudah tertutup kulit. Benar, luka tusukan Rian sudah menutup itu membuat Calion terkejut.
"Bagaimana bisa?" Rian mengendikkan bahunya.
"Saat aku mulai menggunakan sihir darahku, lukaku sendiri mulai tertutup." Membingungkan memang tetapi, Rian mana peduli. Rian lebih peduli pada suara yang muncul di otaknya ini.
"Setelah anak itu berhasil di obati kembalilah ke kediaman, aku sudah memberi laporan pada ayah."
"Huh? Kau memberi laporan Padanya?!"
Aku akan mati. Dalam hati Rian mengutuk nasib sialnya. Calion tidak membalas dia kembali menuju pada Albert yang sudah bersiap untuk pergi. Pasti sudah memberi arahan pada pasukannya untuk mengurus sisanya.
Rian memakai jubah yang kali ini panjang untuk menutupi seluruh tubuhnya.
"Perlukah saya mengobati anda?" tanya salah satu healer. Rian ingin menolak tetapi, ada beberapa bagian tubuhnya yang terasa sakit. Akhirnya Rian membiarkan healer itu untuk menyembuhkannya. Rian mengabaikan segala bisikan heran dan terkejut dari banyak orang yang menyaksikan kekuatannya sejak tadi.
KAMU SEDANG MEMBACA
Son Of A Bastard Duke [S1] [ SEGERA TERBIT ]
FantasyNo Romance ---- Son Of A Bastard Duke [S1] ( Putra Duke Yang Bajingan ) Rian adalah lelaki berusia 24 tahun yang antisosial. Dia hanya pekerja kantoran biasa yang muak pada hidup dan memutuskan mengalihkan kehidupan pada dunia Novel. Rian lelaki yan...