"Kenapa kalian selalu menyalahkan Alvert karena kematian ibu?!"
Manik berbeda warna itu menatap penuh kekesalan pada kedua lelaki yang dianggap sebagai kakak tersayangnya selama ini. Namun, kakak-kakaknya itu selalu berakhir mengecewakannya karena membenci adik bungsu mereka.
"Arian kau tau kan? Karena ibu melahirkan dia ibu meninggal, kita jadi kehilangan kasih sayang ibu." Kakak pertamanya berkata dengan lembut.
"Tapi itu bukan salah Alvert! Alvert sama sekali tidak salah karena lahir di dunia ini!"
Lelaki kecil berusia 5 tahun itu masi berusaha membela sang adik yang kini terduduk ketakutan dibelakangnya.
"Kenapa kau selalu membelanya sih?!" Kakak keduanya terlihat sangat marah.
"Jika dia tidak ada! Sampai sekarang kau masi bisa bersama ibu! Bisa memeluk ibu sepuasmu seperti du--"
"Aku bahkan tidak mengenal ibu!" Perkataan Kazel terhenti karena suara Arian yang memotong dengan keras. Tangan Arian terkepal kuat, menatap kedua kakanya dengan tajam.
"Aku bahkan baru berusia satu tahun saat itu. Aku sama sekali tidak tau, jadi nasibku sama saja seperti Alvert."
Calion menggeleng menyangkal. "Tidak, kau tidak sama dengan dia. Kau adik kami tersayang, dia tidak. Kau memiliki kami Arian, tapi anak itu ti--"
"Berhenti memanggil Alvert dengan 'dia' ataupun 'anak itu'! Namanya Alvert! Kumohon, panggil lah namanya."
Kazel berdecih tak suka dia dengan kasar mendorong Arian sehingga terjatuh. Calion melotot marah pada adik keduanya itu. Kazel mengendikkan bahu tak peduli dan menatap Arian dengan marah.
"Aku mulai merasa tidak suka padamu, Arian." Kazel berlalu, menutup pintu kamar dengan keras meninggalkan mereka disana.
"Arian tenang, jangan membuat Kazel ataupun aku membencimu."
"Memangnya kenapa kalau kalian membenciku? Kalian bahkan membenci Alvert."
Calion berdecak, dia mengacak rambutya frustasi. "Kau masi saja membela dia?!" Calion mulai marah menunjuk Alvert yang kini semakin ketakutan. Arian menyembunyikan Alvert dibelakangnya.
Calion dengan kesal menampar pipi Arian dengan cukup keras. Membuat Arian terbelalak kaget dan menatap kakaknya itu tak percaya.
"Itu akibatnya Arian. Kau harus memikirkan kesalahanmu." Calion ikut pergi dari sana.
Arian mengabaikan sakit di pipinya akibat tamparan Calion. Arian malah berbalik dan memeluk Alvert yang menangis terisak. Kepala adiknya itu ia usap pelan, Arian memberikan senyuman lembut yang sangat tulus dan berbisik.
"Tenanglah, kakak ada disini. Kakak akan selalu melindungimu."
.
.[ SON OF A BASTARD DUKE ]
Chap 7
- Ingatan Arian dan Alvert -.
.
![](https://img.wattpad.com/cover/346384433-288-k128916.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
Son Of A Bastard Duke [S1] [ SEGERA TERBIT ]
FantasyNo Romance ---- Son Of A Bastard Duke [S1] ( Putra Duke Yang Bajingan ) Rian adalah lelaki berusia 24 tahun yang antisosial. Dia hanya pekerja kantoran biasa yang muak pada hidup dan memutuskan mengalihkan kehidupan pada dunia Novel. Rian lelaki yan...