9

604 53 1
                                    


Draco dan Theo masuk ke sekolah lagi. Mencoba bersikap natural padahal kemarin mereka harus terlibat dalam sebuah penyerangan di tempat tinggal Draco. Tentunya, berita itu belum tersebar dan identitas keluarga Malfoy dan rumahnya yang di jadikan markas Death Eater belum terungkap.

Keduanya berjalan beriringan menuju ke asrama Slytherin yang terletak cukup jauh. Koridor nampak sedikit sepi karena Draco dan Theo kembali terlalu pagi dan menghadiri kelas setelah kemarin 2 hari membolos.

"Kita tidak akan terkena detensi kan? " tanya Theo. Menatap ke depan dan bergaya Sok Cool dengan menaruh tangannya di saku celana. Dagunya terangkat dan menunjukan reputasi sebagai seorang Pure-blood.

Tidak beda jauh dengan Draco yang memang selalu membuat rapi penampilannya. Sang pangeran Slytherin itu selalu menata rambut pirangnya dan bahkan dengan repot-repot menggunakan rompi lalu jubah sekolahnya. Dasi terikat rapi.

Terkadang, Theo berpikir jika Draco adalah seorang Auror ketimbang siswa tahun 5. Tampilannya yang terlalu rapi dalam kriteria seorang bangsawan sekalipun.

"Tidak. Professor Dumbledore pasti sudah tahu. Dan, jika Professor Dumbledore tahu maka para Professor lain pasti tahu. Jika begitu, kita tidak akan detensi. Tapi, bisa jadi hanya semburan nasehat, " kata Draco dengan acuh. Theo mengangguk dan mencoba menenangkan dirinya.

Draco melirik pada Theo yang terlihat sedikit gugup. Mata temannya itu menatap taman dengan bergumam sesuatu yang tidak Draco mengerti, "kau takut kena detensi? "

Theo mendengus sejenak sebelum menggeleng tidak setuju, "hanya malas saja harus membersihkan ataupun mengerjakan sesuatu. "

Draco hanya diam. Dia tahu jika Theo sedang dalam mood yang sedikit buruk karena hal kemarin. Belum lagi, paksaan keluarganya yang membuat Theo terseret dalam arus ilmu hitam. Keduanya tiba di ruang rekreasi Slytherin yang luas. Dan, di sana sudah ada Pansy yang menatap bosan ke arah Goyle dan Daphne yang bermain catur.

"Tumben kalian sudah bangun? " tanya Draco. Duduk di samping Pansy dan merangkul pundak gadis itu. Pansy tersentak kecil dan menatap sengit ke arah Draco sebelum memperhatikan dua temannya lagi.

"Kau yang tumben pulang cepat, Draco. Bagaimana dengan pengalaman pertama mu, Theo? " tanya Daphne. Merangkak mendekat ke arah Theo yang sudah merenggut dengan bersandar pada bahu Goyle. Duduk di samping Theo lalu mengemil Coklat yang dia beli 2 minggu lalu di Hogsmeade.

"Buruk. Baru pertama bergabung saja sudah ada penyerangan, menyebalkan, " gerutu Theo. Daphne kemudian mentertawakan nasib Theo yang malang. Baru bergabung saja sudah ada nasib sial yang dia terima.

"Artinya, kau bergabung itu adalah pertanda kesialan, Theo, " ketus Goyle. Mengejek temannya yang menatap tajam ke arah Goyle. Menggerakkan kakinya untuk menendang kaki Goyle dengan kesal dan cukup kuat, "auch! "

"Theo, kau tidak mau membangunkan Blaise? Dia sedari tadi tidak mau bangun, kau tahu? Jadi, bisa kau bangunkan dia? " tanya Pansy sedikit mengusir Theo. Dan, Theo dengan sedikit malas pun bangkit menuju kamar sahabatnya itu.

Dengan menggerutu, Theo bangkit dari sana dan berjalan menuju ke lantai atas. Wajahnya tertekuk dan bibirnya maju dengan mengunamkan beberapa kata acak yang jelas menyiratkan dia tengah kesal. Dan, saat Pansy melihat Theo sudah masuk ke kamar Blaise dan siap membangunkan temannya satu itu, Pansy menatap temannya yang lain.

"Perkembangan hubungan mereka lama juga, ya? " ucap Pansy. Perkataan Pansy jelas saja di setujui oleh ke 3 yang lainnya. sama setujunya dengan Pansy.

"Dari tahun ke dua hingga sekarang belum juga ada perkembangan. Yeah, minimal kalau tidak mau terjalin dan berkencan bukanlah lebih baik saling tahu? " kata Draco. Yang kemudian, yang lainnya menatap Draco yang tengah menyuap coklat milik Daphne. Merasa di perhatikan, Draco menatap yang lainnya yang menatapnya sedikit sengit, "apa? Aku benar kan? "

The Villain? (DRARRY) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang