👑Part 14👑

120 11 0
                                    

Happy Reading



👑



Sepanjang jalan keduanya diam, Jevano tidak membuka percakapan begitupun Hana. Gadis itu sedikit takut melihat wajah dingin Jevano yang jarang ia perlihatkan. Hingga akhirnya mereka tiba di kediaman Hana.

"Masuk dulu, kamu harus dapat imbalan setelah ngantar aku," ajak Hana, membawa Jevano ke apartment.

Keduanya sudah di lift sekarang, sudut mata Hana melihat Jevano yang masih menggigil kedinginan.


🔔Ting


Pintu lift terbuka, keduanya pun berlalu menuju unit apartment Hana.

Setelah keduanya berada di dalam apartment, Hana mengeluarkan handuk dan mencari hoodie oversize untuk Jevano.

Haikal sedang tidak di Apartment sekarang, dia sedang berada di luar kota untuk melihat project pertamanya di daerah pegunungan.

"Ini."

Hana menyodorkan kedua benda itu dan membiarkan Jevano memakai kamar mandi yang terletak di samping dapur.

Hana pun berlalu ke dapur untuk mempersiapkan sesuatu yang hangat untuk laki-laki itu.

Hana tau Jevano mudah sakit, jadi Hana ingin memberinya sesuatu yang hangat untuk memperkuat daya tahan tubuhnya.

"Masak apa?"

Suara itu membuyarkan konsentrasi Hana yang sedang memasak, bibirnya tertarik keatas memberikan senyum manisnya pada Jevano.

Akhirnya setelah lama berdiam diri, Jevano buka suara dan kembali mengganggu Hana yang sedang memasak.

"Aku pikir kamu gak mau bicara seharian sama aku," sindir Hana.

"Salah sendiri, ngapain buat orang khawatir," Jevano tak mau kalah.

"Aku pikir Sella ngambil kuliah siang, jadi aku gak bawa mobil, taunya nggak masuk," Hana mulai membela diri.

Jevano tidak peduli, ia memandang Hana sinis dan mulai mengucek matanya.

"Han," panggil Jevano.

"Hmm?"

"Ada obat tetes mata ga?" tanya Jevano masih mengucek matanya.

"Kenapa? Mata kamu kering ya? lepas dulu softlens nya," titah Hana yang masih sibuk mengaduk masakannya.

"Aku ga pake," jawab Jevano santai.

"Apaa??? Jadi tadi kamu bawa mobil ga pake soflens ga pake kaca mata?" Hana terlihat histeris. Sementara Jevano hanya menganggukan kepala.

"Untung kita ga masuk rumah sakit Jen," lanjut Hana mengomel.

"Jangan ngomel dulu, mata aku udah perih," rengek Jevano, membuat Hana meninggalkan masakannya dan mengambil obat tetes mata.

"Nih." Hana menaruhnya di atas meja.

"Pake in," rengek Jevano.

Hana membuang nafas kasar lalu mengintruksikan Jevano agar duduk di meja makan, bukannya semakin mandiri Jevano malah semakin manja.

"Jangan merem," titah Hana.

Hana yang kesulitan membuka tutup botol pun membuat Jevano tidak sabaran dan mengedip-ngedipkan matanya.

Truly Friend? [AU]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang