Happy Reading
👑
"Kalian dari mana sih? Udah di bawain oleh2 malah kacangin gue," tanya Haikal dengan wajah sedih yang dibuat-buat.
"Main," cetus Hana.
Membuat Jemian dan kimi mengulum senyum, begitu juga dengan Juna.
"Lain kali pakaian nya jangan gini," omel Jevano terang-terangan.
"Biasa aja kali, lagi trend juga," bela Kimi.
"Apa?" Jemian lansung menghadang Jevano yang ingin mengomel pada kekasihnya.
"Sebelum gue datang sih pakaiannya ga gini, tapi pas gue ajakin keluar udah gini," imbuh Juna. Membuat Jevano memandang Hana dengan tatapan penuh amarah.
"Ngomel mulu si Jevano, kenapa ga jadi laki Hana aja sekalian biar bisa larang dia pake baju apa," omel Haikal.
Seperti biasa, suasana di ruangan itu heboh dengan caci maki dan cemooh. Semuanya banyak bicara malam itu, tidak dengan Hana yang banyak diam karna tidak tau harus berekspresi seperti apa.
Rasanya masih belum siap bertemu dengan Jevano, namun ia harus melakukan itu karna mereka harus berkumpul, Hana masih tidak tau cara membungkus rasa kecewa ini dan membuangnya dengan cara seperti apa.
Sudah pukul 8 malam, mereka bubar. Jevano tidak lansung pulang ia singgah di apartment Hana terlebih dahulu.
"Kamu marah ya?" tanya Jevano hati-hati.
"Jian gimana? Udah baikan?" tanya Hana mengalihkan topik.
"Hmm..."
Rahang Jeno kaku, ia merasa bersalah telah membatalkan janjinya.
"Aku mau ganti baju," tutur Hana, meninggalkan Jevano di ruang Tengah.
Jevano membuang nafasnya kasar dan memandang TV yang menyala. Harusnya Jevano tidak membatalkan janjinya jika takut di benci Hana, ia sangat tidak suka situasi ini, bagaimana jika Hana benar-benar membencinya karna Jevano lebih memilih untuk bersama Jian daripada bersamanya.
Jevano mengusap wajahnya dan memperbaiki duduknya, seketika ia mengingat Hana yang tadi datang bersama Juna. Apa yang mereka lakukan? Apa keduanya memiliki sesuatu yang tidak Jevano ketahui?
Suara pintu mengalihkan perhatian Jevano, terlihat Hana yang lebih nyaman dengan baju tidurnya sedang berjalan kearah Jevano.
"Kamu kemana sama Juna?"
"Main."
Hana mengambil remote TV dan mengganti siaran.
"Ngomong liat aku dong Han," pinta Jevano, kali ini bermanja-manja. Memang waktunya tidak tepat, namun Jevano tidak bisa di acuhkan seperti ini.
Karna tidak ada respon dari Hana Jevano pun lansung melabuhkan kepalanya di bahu Hana.
"Berat Jen."
"Kamu boleh marah kok, gapapa ... tapi jangan diemin aku," rengek Jevano lagi.
"Kamu ga pulang?"
"Jangan di usir dong Han... aku lagi capek nyetir," Jevano memberi alasan, namun Hana tak kunjung menoleh kearahnya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Truly Friend? [AU]
Fiksi PenggemarDi balik senyum yang mempesona Tersembunyi api cinta yang membara Hati yang berbisik dan bibir yang tak mampu berucap Seperti badai menggelegar Perasaan kian memuncak Seakan ingin terbang Melompati batas persahabatan yang terjalin Namun masih mencob...