👑Part 11👑

121 16 0
                                    

Happy Reading




👑



Akhirnya hari pertama selesai, cuaca yang awalnya tidak bersahabat kini terasa hangat, Mentari senja pun menyambut kepulangan mereka dari kegiatan hari ini.

"Seneng deh bisa barengan sama kamu terus."

Jian terlihat bersemangat, matanya berbinar kala melihat Jevano yang tersenyum kearahnya. Terlebih saat Jevano mengatakan jika dirinya juga senang bisa bertemu dengan Jian lagi.

Jujur saja, gadis itu membuat Jevano berpaling dengan kecantikannya, Jevano melihat Jian seperti wanita sesungguhnya. Jevano memang suka kedewasaan, hal itu bisa ia lihat dari pembawaan Jian yang tenang, tidak seperti Hana yang sedikit manja.

Hana?

Jevano terdiam sejenak memikirkan gadis itu, ada apa dengannya? Bukannya Jevano sudah menetapkan hatinya untuk Hana? mengapa dirinya tiba-tiba memuji gadis disampingnya ini secara berlebihan?

"Kamu kenapa?"

Suara itu menyadarkan Jevano dari lamunannya.

"Nggak kok... aku duluan ya. Yang lain udah nunggu," pamit Jevano, mendahului Jian yang masih memandangnya dari kejauhan.

Sungguh, Jian sangat menyukai laki-laki itu, dia adalah defenisi perfect sesungguhnya. Punggung lebar Jevano masih menjadi obejek yang kini menjadi focus Jian.

Sudut bibirnya tertarik keatas, ada rasa ingin memiliki saat jantungnya berdebar tanpa irama. Rasa malu mulai ia rasakan, tanpa sadar dirinya telah jatuh hati pada Jevano Lee.

"Jian!"

Seorang gadis dengan wajah bule menghampiri Jian, kakinya mulai berinjit dan membisikan sesuatu pada Jian.

"Oh My God, seriously?"

Jian menutup mulutnya tidak percaya, saat mendengar bisikan dari sahabatnya.

"Beneran, kalo gak percaya ikut gue sekarang."

Gadis bule itu menarik Jian agar ikut bersamanya, padahal Jian masih ingin memandangi punggung Jevano. Namun ada sesuatu yang lebih penting yang membuatnya harus menginggalkan bayangan Jevano.

"Hana!"

Hana menoleh saat panggilan itu menyuarakan namanya.

"Kak Jeffrey?"

Bukannya menjawab Jeffrey malah mengacak rambut Hana dan mulai menyamakan langkahnya dengan Hana.

"Kamu adiknya bang Johnny kan?"

Hana lansung menutup mulut.

"Kok kakak bisa tahu?"

Dia datang tiba-tiba dan menebaknya dengan sangat tepat, Hana benar-benar salut.

"Kamu pasti lupa siapa aku..."

Jeffrey memperlihatkan tampang sedihnya.

Sementara Hana mulai memandangi kakak seniornya itu, memperhatikan dari ujung kaki hingga ujung kepala.

"Maaf kak, Kayaknya aku beneran lupa deh heheh."

Hana terlihat sedikit merasa bersalah telah melupakan laki-laki tampan yang ada dihadapannya ini.

Truly Friend? [AU]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang