👑Part 3👑

215 38 8
                                    

Happy Reading

👑


Ruang Konseling

"Loh kok? Kalian pada ngapain disini?"

Hana terkejut saat melihat yang lainnya juga disana. Bahkan Kimi juga duduk santai dimeja Guru.

"Aku pinjam kunci cadangan demi kamu, sekarang cepet tukar!" titah Jemian memperlihatkan lembaran formulir Hana.

Alih-alih mengambil formulir miliknya, Hana malah memandang pintu ruangan. Petugas tidak mungkin memberi mereka kunci ruangan konseling, Haikal pasti sudah membobolnya.

Tatap mata Hana pun mengarah pada Haikal. Haikal yang tau maksud Hana pun membuang nafas kasar dan memberi penjelasan.

"Otak gue ga se criminal itu kali Han, gue tarik juga ya rambut lo!" ancam Haikal diakhir kalimat.

"Aku pinjam buat buka ruang broadcast, " jelas Jemian.

"Jangan banyak ngomong deh, sekarang lo cepet ganti sebelum kita ketahuan masuk kesini!" omel Juna.

"Nggak mau!"

Hana berjalan kearah pintu dan ingin kabur saja, namun Jevano menghalanginya. Hana pun menatap tajam lelaki yang tengah menyeringai itu.

Sialnya, disaat genting seperti ini jantungnya masih saja berdebar, berbeda dengan sorot matanya yang memandang Jevano tajam.

"Jen, mundur deh. Kamu tau kan aku punya sabuk hitam Taekwondo?"

Jevano hanya mengangguk, focus pada gerak-gerik Hana yang sepertinya akan melempar Jevano dengan pukulan judonya.

"Kamu benar-benar nggak mau?" Jevano masih tetap pada posisinya.

"Jangan berbelit-belit deh kalian, sini biar gue yang ganti!"

Akhirnya sang Arjuna turun tangan mengambil formulir itu dan mengeluarkan pulpennya. Seketika itu pula lah Hana berbalik merebut kertas dari tangan Juna dan kabur saat Jevano lengah.

"Tuh kan, dibilangin juga apa, Hana itu keras kepala!" kesal Haikal, meninggalkan mereka disana, diikuti Kimi dan Jemian juga.

Tinggalah Juna yang memegang kepalanya pusing dan mengode Jevano agar mengejar Hana, karna dirinya sudah lelah dengan permainan mereka. Lagipula Jevano bisa menyelesaikannya sendiri, mereka tidak perlu repot seperti ini.

Berbeda dengan Jevano yang tidak peka. Jemian yang sudah sangat hafal dengan ocehan Juna pun mulai mandiri. Tanpa dikode dan menunggu perintah Juna, Jemian sudah tau apa yang harus ia lakukan.

Yah, Jemian yang mulai peka itu mengikuti Kimi yang memang sejak tadi ingin pulang, sayangnya para Dreamie menahan Kimi karna ingin menghentikan Hana.

Dreamie adalah nama geng mereka. Mereka memutuskan nama itu saat Kimi bergabung di sekolah menengah atas mereka. Kimi adalah anggota terakhir dan paling muda, otaknya yang encer membuat gadis itu bisa masuk sekolah lebih awal dari sebayanya.

Langkah kaki Kimi mulai menapaki koridor sekolah yang sepi, Sinar mentari senja pun memperlihatkan seseorang berjalan dibelakangnya.

Dia tinggi, tubuhnya atletis, dengan rambut yang diangkat keatas. Kimi tau siapa dia, tangannya mengeratkan pegangan pada ransel dan mempercepat langkahnya menuju Halte.

"Liat tuh, si Jemian sama Kimi main jalan-jalanan," tutur Haikal dengan kamera di tangannya, ia sedang mengabadikan indahnya langit senja dari lantai dua sekolah.

Truly Friend? [AU]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang