👑Part 33👑

77 7 0
                                    

Happy Reading

👑




"Ada orang lain..."

Kimi tidak sanggup lagi berucap, ia hanya menunjuk kearah pintu kamarnya dengan tangan bergetar.

"Kasih aku kunci rumah," pinta Jemian.

Kimi pun lansung mencari kunci yang tidak sengaja ia jatuhkan, ia mulai berjongkok dan meraba-raba lantai, lama mencari akhirnya kunci itu Kimi temukan dan lansung ia berikan pada Jemian.

"Kunci jendelanya! tunggu aku," pinta Jemian, sembari mendorong jendela itu agar tertutup rapat.

Kimi menganggukan kepala mengerti, dan kembali memeluk lututnya diantara ketakutan itu, tubuhnya bergetar hebat namun Kimi masih mencoba untuk menenangkan diri.

Jemian lansung berlalu ke arah pintu utama, ia tidak memiliki rasa takut sedikitpun. Entahlah, baginya membawa Kimi keluar adalah prioritas utama, tidak peduli dengan apa yang akan terjadi nanti.

Akhirnya Jemian tiba di depan pintu utama, ia lansung membuka pintu dan menguncinya kembali, ia berjalan dengan posisi siaga jika ada seseorang yang tiba-tiba datang melukainya.

Namun lihatlah apa yang terjadi, perjalanan Jemian mulus sampai tiba di depan pintu kamar Kimi. Tingkat kewaspadaan Jemian turun, ia yakin tidak ada seorangpun dirumah ini kecuali Kimi.

Jemian mengurungkan niatnya mengetuk pintu dan memeriksa setiap tempat terlebih dahulu, dapur bahkan gudang. Namun tidak ada seorang pun disana, dan tidak ada sesuatu yang mencurigakan.

Jemian kembali ke bagian depan rumah itu dan mengetuk pintu kamar Kimi. Gadis itu masih tidak membukakan pintu sampai Jemian memanggilnya.

"Jem," lirih Kimi.

Ia lansung berlari kearah Jemian saat laki-laki itu muncul dari balik pintu, namun Kimi terlihat ragu untuk memeluknya.

"Jangan takut lagi, ga ada siapa-siapa disini, cuma kita."

Jemian lansung menarik Kimi ke pelukannya, Bisa ia rasakan detak jantung dan deru nafas Kimi yang cepat, ditambah lagi tubuhnya yang berkeringat karna takut.

Dulu Jeni pernah mengurungnya di gudang, lalu menakuti Kimi dengan auman dan kikikan, serta air bewarna merah yang terlihat seperti darah. Dulu Jeni pernah melakukan aksi bullying pada Kimi saat ia tau tentang kedekatan mereka.

Taktik yang Jeni lakukan sangat kekanakan dan pasaran, namun ia berhasil membuat Kimi trauma dengan kegelapan.

"Ga ada orang di dalam, Kamu tunggu disini ya, aku cek listriknya."

"Aku ikut."

Kimi melepas pelukannya dan memegang lengan Jemian erat, cukup sudah dirinya menahan rasa takut, Kimi tidak sanggup lagi.

"Yaudah kamu ikut aku."

Jemian pun beralih merangkul Kimi agar gadis itu berjalan disampingnya, Kimi hanya menekuk wajahnya, ia terlihat sangat menguatkan diri.

Hingga sampailah keduanya di tempat meteran listrik, Jemian mulai mengotak atik meteran itu dan memasangkan kembali kabel yang sengaja di lepas. Hingga cahaya lampu kembali menerangi rumah itu.

Kimi terduduk lemas, fikirannya berkecambuk saat ini, bahkan terlihat kesulitan menopang tubuhnya.

"Kim?"

Truly Friend? [AU]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang