👑Part 15👑

145 11 0
                                    

Happy Reading



👑




"Gue diam bukan berarti suka."

Akhirnya Jemian menahan gadis itu, dan benar saja yang Jeni ucapkan sebelumnya, semakin Jemian menolak semakin dirinya tidak bisa lepas dari Jeni.

"Kamu emang ga suka aku, tapi kamu selalu menikmatinya kan Jem."

Kedua tangannya mulai melingkar di leher Jemian dan mulai duduk dengan pose yang menggoda.

"Gue punya batas kesabaran Jeni!"

"Aku tau..."

Jeni menggantung kata-katanya, dan mulai menurunkan tangannya, melepas satu persatu kancing kemeja Jemian.

"Ayo sekarang, aku tau kamu ga sabaran."

Jemian menarik tangan Jeni dari kemejanya dan bangkit, menurunkan gadis itu dari tubuhnya dan meninggalkan Jeni disana.

Tidak, Jeni bukanlah orang yang bisa diabaikan begitu saja, lihatlah ia sudah masuk kedalam kamar Jemian, bahkan mengunci pintu kamar itu.

"Ayo sekarang."

Jemian memejamkan matanya kuat, andai gadis dihadapannya ini seorang laki-laki mungkin dirinya sudah sekarat di tangan Jemian.

"Lo maunya apa sih? Keluar ga!?" bentak Jemian.

"Aku mau kamu."

Jemian berlalu pergi meninggalkan Jeni namun saat dirinya membuka pintu, ia menyadari kalah cepat dari wanita dihadapannya.

"kamu nyari ini?"

Jeni memperlihatkan kunci yang sudah berada di tangannya. Ia terlihat sangat bersemangat memainkan kunci itu.

"Mau lo apa!?" tanya Jemian menaikan nada suaranya.

Gadis itu terlihat serius dan membawa Jemian duduk di sofa, memandang Jemian yang terlihat menahan emosi.

"Aku mau kamu... jangan cuekin aku, putusin dia," pintanya.

Jemian seakan tidak bisa menahan untuk tertawa, mengapa dirinya begitu mudah memerintah? Lahir dari keluarga level atas tidak membuatnya harus memiliki semua yang ia inginkan bukan.

"Aku sayang kamu Jem, kita udah kenal dari dulu, kenapa tiba-tiba kamu lebih milih dia?"

"Karna dia lebih baik dari lo," jawab Jemian penuh penekanan.

"bilang aja karna dia murahan, dia udah kasih apa ke kamu? Hhmmm?"

Jemian tidak menjawab, ia masih memegang kepalanya mengintruksikan untuk lebih tenang.

"Jawab Jem, Aku juga bisa kasih kamu semuanya."

Jeni lansung membuka luaran bajunya menyisakan tangtop putihnya.

"Jeni!"

Amarah Jemian memuncak dan meneriaki nama gadis itu.

"Aku bahkan rela jadi pelampiasan nafsu kamu," lanjut gadis itu menurunkan rok yang ia pakai.

"Lo gila ya?" Jemian berdiri dan mulai menahan Jeni.

"Mau liat yang lebih gila lagi?" Jeni masih tidak mau berhenti.

Truly Friend? [AU]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang