Sesuai prediksi, perempuan yang dulunya pernah merelakan diri mengabdi sebagai istri simpanan, tidak mungkin akan menyia-nyiakan kesempatan emas yang datang. Bahkan belum ada satu jam Rea pergi dari kediaman Mayang, istri sah Vikri yang ternyata adalah mantan ibu tirinya. Tapi dia sudah memperoleh jawaban yang memuaskan.
Oke. Sekarang waktunya menemui target yang kedua. Rea lekas membelokkan kemudinya menuju rumah yang sekarang sedang menyembunyikan keberadaan Santi.
Masih fokus menyetir, dia kejutkan bunyi ponsel yang disetel di volume maksimum. Rea lantas berdecak. Pasti ulah Candra. Laki-laki itu memang suka sekali mengotak-atik handphone-nya tanpa permisi.
Kesal lantaran deringnya tak mau berhenti, Rea gegas mengangkatnya.
"Kamu kenapa bohongin aku sih, Yang?"
Kalau tak dibohongi, Candra tak mau pergi. Tapi Rea tidak mengatakan demikian, dia malah pura-pura tak mengerti. "Bohong apa?"
Tidak mau kegiatan mengendalikan setir bundar terganggu, Rea letakkan ponselnya di pangkuan setelah menekan tombol speaker.
"Nggak ada meeting apa-apa. Tadi pagi aku ditelpon cuman buat mastiin masih ambil cuti atau enggak."
Suara Candra terdengar kesal plus menggebu-gebu.
Rea terkekeh. Tadi pagi dia yang menerima panggilan dari rumah sakit saat suaminya sedang bersemedi di kamar mandi. "Oh ...," balasnya singkat.
"CK! Nyebelin emang kamu. Kamu di apartemen kan? Aku mau pulang ke sana. Pusing. Nggak mungkin juga buka praktek, takut salah ngeresepin obat."
"Aku lagi di jalan. Mau ke rumah kamu." Sekilas Rea melirik spion tengah sebelum menyalakan lampu sein kanan.
"Rumah kamu ...? Rumah kita, Yang!"
"Terserahlah."
"Kamu mau pulang? Udah nggak ngambek lagi?"
Rea bisa membayangkan Candra di sana pasti sedang tersenyum. Bisa ditebak dari nada ceria yang dikeluarkannya.
"Eh tapi mending nanti aja. Kan di sana masih ada Bunda. Sementara kita tinggal di apart Jani aja."
"Emang kenapa kalo aku tinggal sama Bunda?" Dari awal menikah, Candra tak pernah mau mereka serumah dengan Santi. Makanya, meski hunian mewah keluarga Ditiro terdapat banyak kamar kosong, Candra lebih memilih mengajaknya menetap di apartemen yang sempit.
"Ya ... jangan aja."
Rea tidak akan memaksa jikalau Candra memang tak ingin membocorkan alasannya. Buat apa juga, toh sebentar lagi dia bukan bagian dari keluarga Ditiro. Jadi tidak mungkin tinggal bersama Santi.
"Aku mau ngomong serius sama Bunda. Kalo kamu mau tau, ya nyusul aja."
"Ngomongin apa? Kasusnya? Nggak perlu repot-repot, Yang ... serahin aja sama pengacara, aku percaya sama mereka."
"Nanti di rumah juga kamu tau."
Rea langsung menekan tombol merah begitu kalimatnya selesai. Dia hampir tiba di tujuan. Lebih baik merangkai kata yang nantinya akan diutarakan, daripada meladeni ocehan suaminya.
*****
"Kenapa harus sebanyak itu?!"
Kenapa? Rea jadi balik bertanya. Kenapa manusia susah sekali untuk bersyukur? Masih untung ada jalan supaya bebas dari hukuman, tapi Santi malah meributkan sebagian harta yang mesti dihibahkan pada istri sah selingkuhan ibu mertuanya itu.
KAMU SEDANG MEMBACA
LANGGENG (Tamat)
RomanceLanggeng ... harapan semua orang terhadap pernikahan mereka, tak terkecuali Rea. Namun, dari banyaknya pertengkaran yang telah menjelma menjadi neraka dalam rumah tangganya, akankah dia dan Candra dapat merealisasikan harapan itu?