Pernah mendengar cerita tentang Cinderella? Iya, kisah si gadis miskin pemilik sepatu kaca yang akhirnya dipersunting oleh seorang pangeran. Hidupnya yang sengsara dalam sekejap mata berubah bahagia begitu dia menjadi bagian dari keluarga kerajaan.
Seperti itu ... impian Hulya. Menjadi Cinderella yang akan memasuki keluarga Ditiro. Keluarga terpandang yang mempunyai berbagai macam bisnis di segala sektor kehidupan.
Berkaca dari latar belakang Santi, Hulya merasa khayalannya tak terlalu tinggi. Keluarga itu agaknya tak pandang bulu. Yang diperbolehkan menyandang status menantu tak melulu harus berasal dari kasta yang sama.
Apalagi kini dia memegang senjata yang sangat ampuh, yang masih berdiam nyaman di rahimnya. Anaknya ... keturunan Ditiro yang berasal dari benih Candra.
Jadi semestinya jalan yang harus ditapakinya hanya tinggal selangkah saja. Kalau ... dia berhasil menyingkirkan Rea.
Sayangnya, perempuan itu jauh lebih licik dari rubah betina. Hulya benar-benar dibuat pusing tujuh keliling. Jika Candra serta Santi saja tak mampu berbuat apa-apa, bagaimana dengan dia yang tak memiliki daya dan kuasa?
Entahlah. Dia pikirkan lagi nanti.
Hulya menekan kombinasi angka di depan pintu apartemen dengan gerakan lemah. Dia lelah. Jiwa dan raga.
Klik.
Pintu terbuka. Menyeret langkahnya malas, Hulya lalu mendaratkan bokongnya di sofa panjang. Dia ingin tidur tapi tak ada tenaga yang tersisa untuk membawa tubuhnya beranjak ke kamar.
Brak!
Hulya terlonjak. Mata yang telah ditutupnya rapat, sontak terbuka lebar. Dia kemudian memandang takut-takut ke arah pintu kamar yang mendadak seperti dibanting dari dalam.
Nyali Hulya menciut segera. Dari dalam sana, terdengar suara-suara. Tidak begitu jelas tapi mirip suara roda yang bergesekan dengan lantai.
Hulya cepat-cepat beringsut ke ujung sofa. Badannya sudah gemetaran. Itu pasti setan. Astaga ... di siang bolong begini?
Dia lantas meraih bantal sofa terus menyembunyikan muka di baliknya. Jantung Hulya berdegup kencang ketika suara roda itu makin lama makin jelas. Dia lalu memberanikan diri untuk mengintip sebab selain suara roda juga ada suara ketukan heels.
Benar. Itu roda koper yang lumayan besar. Di samping koper, ada kaki berbalut celana jeans biru yang mengenakan stiletto merah.
Hah? Setan sekarang seperti itu penampilannya? Dan ... bisa berjalan menginjak tanah? Bukannya melayang-layang di udara?
"Heh! Ngopo raimu mbok tutupi bantal?"
(Heh! Kenapa mukamu ditutupi bantal?)
Hulya nyaris terjungkal lantaran kaget. Dia kemudian memejam lagi, tapi hanya sesaat sebelum dia menyadari sesuatu. Setan tidak mungkin mampu berbicara selantang itu. Paling hebat cuma bisa tertawa. Berarti ... itu manusia.
Disingkirkannya bantal dari wajah, Hulya lantas mendongak untuk mengetahui siapa orang yang telah berani memasuki apartemennya tanpa permisi.
"Argh!" Belum juga dapat memindai dengan jelas manusia yang ternyata berjenis kelamin perempuan di depan sofa, tepat di muka Hulya mendarat sebuah benda. Terbuat dari kain, berrenda, dan berbentuk segitiga.
"Pelakor rak modal! Ndue cangcut sing regone sepuluh ewu telu. Pantes Pak Dokter mbalek maneh neng bojo sahe. Iki yo ono sing suwek mbarang."
(Pelakor nggak modal! Punya celana dalam yang harganya sepuluh ribu dapet tiga. Pantas Pak Dokter balik lagi ke istri sah. Ini ada yang sobek pula.)
KAMU SEDANG MEMBACA
LANGGENG (Tamat)
RomanceLanggeng ... harapan semua orang terhadap pernikahan mereka, tak terkecuali Rea. Namun, dari banyaknya pertengkaran yang telah menjelma menjadi neraka dalam rumah tangganya, akankah dia dan Candra dapat merealisasikan harapan itu?