42.) Berdamai?

795 52 6
                                    

Mobil Civic Genio berhenti ketika telah memasuki kawasan ndalem Kyai Rahman lalu terlihat kedua gadis berjilbab abu dan ungu keluar dari mobil lalu di ikuti oleh seorang pria yang tak lain ialah Dafa.

Mereka bertiga memasuki ruang tamu ndalem.

"Assalamualaikum"salam mereka bertiga.

Ketiga lelaki berbeda usia yang tadinya berbincang pun menoleh dan langsung mempersilahkan mereka duduk.

"Zila"gumam Gus Akhsan menatap Zila yang masih mematung di depan pintu ndalem.

"Masuk dek. Kenapa berdiri disitu?"tanya Gus Akhsan menghampiri Zila.

"Umah dimana mas?"tanya Zila.

"Ada di kamar"balas Gus Akhsan.

Tanpa aba aba Zila pun langsung berjalan memasuki kamar nyai Sa'adah dan kyai Rahman.

"Assalamualaikum,umah"salam Zila berada di depan pintu kamar.

"Waalaikumsalam,nduk"balas nyai Sa'adah hendak beranjak dari kasurnya namun segera di tahan oleh Ning Ika dan juga Ning Syifa.

"Umah sakit?"tanya Zila langsung mendekat pada nyai Sa'adah.

"Ndak, ini umah cuman kecapean aja kok"balas nyai Sa'adah tersenyum pucat.

"Umah bohong. Orang wajah umah pucat kok"ucap Zila.

"Umah gapapa nduk lagian ini sudah minum obat pasti di tinggal tidur sembuh"ujar nyai Sa'adah menenangkan.

"Umah kenapa bohong? Bilang aja kalau ini semua tuh karena Zila"ujar Ning Ika kesal melihat kedekatan anak dan ibu itu.

"Zil,kamu memang pembawa sial ya. Dimana pun kamu berada tuh selalu membawa petaka buat orang terdekat mu. Lihat umah sakit gara gara mikirin kamu yang gak peduli sama sekali sekali ke umah. Kamu kenapa balik kesini? Harusnya udah baik kamu ada disana"ucap Ning Ika dengan nada kesal.

"Ika cukup! Umah semakin pusing mendengar suaramu"ujar nyai Sa'adah tegas.

"Itu memang kenyataan umah. Zila pembawa petaka buat keluarga kita"ujar Ning Ika lagi.

"Ika keluar dari kamar umah! Umah ingin berbicara dengan Zila. Hanya berdua saja!"ucap nyai Sa'adah penuh penekanan.

Dengan kesal Ning Ika pun berjalan keluar kamar nyai Sa'adah diikuti Ning Syifa yang ikut keluar.

"Umah seneng banget Zila mau pulang lagi. Jangan tinggalin umah lagi ya nduk! Umah cuman punya Zila dan Akhsan sebagai anak umah. Kalian berdua adalah nyawa umah. Kalau salah satu di antara kalian pergi maka, Umah tidak akan bisa hidup. Berjanji ya sama Umah buat selamanya jadi anak Umah! Jangan tinggalin umah"ujar nyai Sa'adah.

Zila memeluk tubuh kurus sang umah.

"Insyaallah,Zila tidak akan meninggalkan umah kecuali takdir Allah berkehendak lain"balas Zila.

Mereka berdua berpelukan menyalurkan rasa rindu serta rasa sayang yang begitu besar antara satu sama lain.

******

"Bah,kenapa Abah biarin Zila masuk di rumah ini lagi? Abah lupa kalau umah sakit karena Zila? Zila tuh pembawa sial bah"ujar Ning Ika yang duduk di samping kyai Rahman.

"Shut! Jangan bilang gitu nduk. Zila itu adikmu. Kamu harus menyayanginya lagipula kamu dulu kan bersahabat baik sama Zila"ujar kyai Rahman mengelus pucuk kepala Ning Ika yang tertutup jilbab berwarna navy.

Ning Ika terdiam sesaat ia mengingat hubungannya dengan Zila yang begitu baik dahulu.

"Bah"panggil Zila menyusul sang abah menghampiri semua orang yang ada disana.

Takdir cinta AzilaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang