Bab 3 Perjanjian

296 21 22
                                    

Selamat Membaca!


DUA MAWAR || Bab 3 Perjanjian
🥀🥀

“Pria asing? Justru pria asing di sini adalah kau, Tuan Harlord.”

“Apa?”

Nafa sudah mengganti pakaian tidurnya dengan gaun hijau muda berbahan kain muslin. Dia sudah lebih sopan dibandingkan Harlord yang hanya memakai kemeja yang kancing atasnya hilang entah ke mana. Memamerkan sedikit dadanya seperti seorang gadis muda.

Aroon saja masih menggunakan rompi tanpa lengan berwarna hitam dibalik kemejanya. Pria itu hanya diam saja mendengar interaksi suami istri yang masih sah di mata hukum tersebut.

“Jadi, maksudmu aku adalah orang ketiga di antara kalian? Ini alasanmu menjadi tenang akhir-akhir ini? Kau punya kekasih? Hah! Apa yang kupikirkan tentang jalang sepertimu,” simpul Harlord bersedekap dada. Pandangannya bergantian menatap Nafa dan Aroon.

Alih-alih marah, Nafa tersenyum manis dengan menggandeng lengan Aroon untuk lebih dekat dengannya. “Benar. Kami juga sudah berencana untuk menikah. Makanya aku harus bercerai denganmu. Poligami hanya untuk Raja.”

“Kau perempuan, Fa. Harusnya poliandri.” Aroon mengkoreksi.

“Oh, begitu? Tapi, sama saja dilarang, bukan? Jadi, aku tetap harus bercerai dulu.”

“Nggak boleh!” bentak Harlord menggema hingga ke luar kamar. Mungkin pelayan yang belum tidur mendengar teriakannya barusan. Untuk seorang pria yang jarang menunjukkan ekspresi, ini sedikit mengejutkan.

“Aku tidak akan bercerai denganmu.”

“Hah! Konyol!” Nafa melepas rangkulan tangan dan menatap bengis ke arah Harlord. “Bukannya kau yang selalu menginginkan perceraian? Kenapa sekarang kau menjilat ludahmu sendiri?!”

“Untuk sementara, aku menolak perceraian.”

“Sementara?”

“Ya, aku akan menjadi perdana menteri,” beber Harlord mengejutkan keduanya. Ini berita yang lebih mengegarkan dibandingkan kedatangan atau bentakannya barusan.

“Aku tidak ingin ada skandal apapun sebelum pemilihan perdana menteri selesai. Karena itu, kita tidak bisa bercerai. Dan, aku tak butuh persetujuanmu. Semenjak kau meminta pernikahan, hidup dan matimu ada di tanganku. Jadi, jangan berpikir kau bisa memerintahku seenaknya lagi, Naufa Alraisha.”

Harlord sengaja berbincang panjang untuk mencegah bentuk protes apapun dari Nafa. Lihat saja, perempuan itu kini menggigit bibir bagian dalam dan mencengkram seprai. Keadaan berbalik dengan cepat dan pria itu semakin terasa menyebalkan.

Melihat konsentrasi Nafa yang semakin buyar, diam-diam Aroon mengusap punggung tangan sang perempuan. Memberikan perasaan tenang dan nyaman. Memberitahukan, jika dia tak sendiri melawan musuhnya.

Cara itu berhasil, Nafa sejenak bisa menarik napas. “Terserah. Sejak awal kau memang tak memberikan pilihan. Setengah tahun lagi perceraiannya, begitu?”

“Tambah tiga bulan,” usul Harlord dengan nada tanpa penolakan, lagi. “Apa kata orang jika perdana menteri barunya bercerai setelah dilantik?”

Dua Mawar [END Masih Lengkap]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang