Epilog

283 14 3
                                    

Selamat Membaca!


DUA MAWAR || Epilog
🥀🥀

"Hai, Naufa Alraisha. Bagaimana kabarmu?"

Napas pria berumur tiga puluhan itu tercekat. Menyadari betapa bodohnya pertanyaannya barusan. Untuk apa pula dia menanyakan kabar pada batu nisan?

Meski seperti orang gila, dia tetap melanjutkan. "Sialnya, aku baik. Mungkin selalu lebih baik daripada dirimu. Aku dulu berpikir bahwa kaulah sumber dari segala rasa sakitku, tapi ternyata aku hanya melampiaskan semuanya padamu. Maaf," sesalnya penuh khidmat.

Rasa bersalah, menyesal, hingga empati dengan penderitaan Naufa semasa hidup membuat hatinya tercabik. Sebagai lelaki yang biasanya memiliki harga diri yang tinggi, Harlord akhirnya menyerah. Dia menangis dan mengeluarkan semua rasa sedihnya sebagaimana manusia biasa.

Atas seizin Nafa, Harlord bertemu dengan sang istri yang meninggal tanpa sepengetahuannya. Batu nisan yang hanya sebuah batu marmer biasa itu terawat dengan baik. Meski tanahnya sudah ditumbuhi rumput hijau, pria itu tanpa segan menambahkan beberapa tangai bunga yang bahkan tak pernah dia berikan pada istrinya semasa hidup.

Harlord tak tahu apa bunga kesukaannya, warna favoritnya, makanan yang dia suka, atau bahkan sekedar hobi yang dimilikinya. Banyak yang Harlord tidak ketahui dan kini dia terlambat untuk menyadari.

"Maafkan aku tentang kesalahan malam itu. Aku yang terbutakan nafsu merebut kehormatanmu tanpa seizinmu. Lalu menyalahkanmu dan tak mengetahui jika perbuatanku membuatmu menjadi seorang ibu. Selain suami, aku juga pria dan ayah yang berengsek. Mungkin, tak akan habisnya jika kau terus mengumpatiku sepanjang hidup."

Harlord mengatur napas. Dia tidak boleh terlalu sedih, karena penderitaannya tak sebanding dengan penderitaan Naufa. "Tapi, aku bukan hanya meminta maaf. Aku harus menepati janjiku padamu, lebih tepatnya pada saudarimu, Nafa."

Pria itu mengeluarkan sebuah kertas, seperti dokumen penting yang diberi cap keluarganya, cap ikan paus. "Aku, Harlord Amartya, dengan kesadaran dan kesungguhan, akan menggugat cerai istiku, Naufa Alraisha. Mulai hari ini, sang penggugat dan yang digugat bukan lagi pasangan suami-istri."

Tepukan tangan mengiringi pernyataan Harlord. Hanya dua orang sebagai saksi. Dua orang yang mengetahui tempat pemakaman itu, dua orang yang menuntun Harlord menuju kebenaran yang tertutup.

"Aku tak percaya kau sungguhan melakukan seperti di sumpah sihir saat itu," komentar Nafa pada sumpah sihir palsu yang dilakukan keduanya saat pertama kali bertemu.

"Yah, aku harus menepati janji, bukan?"

Ketiganya lantas tersenyum. Sudah tidak ada lagi benci, dendam, apalagi rasa dengki. Musuh kemarin adalah teman hari ini. Istilah itu tepat bagi mereka yang sudah mau menerima masa lalu dan mulai merangkai masa depan.

"Ngomong-ngomong, boleh aku memberkati pernikahan kalian?" tanya Harlord tiba-tiba.

"Wah, kami akan merasa terhormat jika Bapak Perdana Menteri langsung yang meminta." Aroon merunduk menandakan rasa hormatnya.

"Aku juga setuju!"

Nafa ikut menaikkan tangan ke angkasa. Perempuan yang benar-benar memotong rambutnya itu melangkah menuju kebahagiannya. Meskipun nama marganya akan berubah, dia akan tetap menjadi alraisha yang mematikan. Bunga mawar biru yang misterius, tak terduga, dan langka hingga seperti sebuah mitologi saja.

***
Tamat ... no cuap-cuap :v

DUA MAWAR || 🥀🥀
© Nafa Azizah

Dua Mawar [END Masih Lengkap]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang