Selamat Membaca!
○
○
○DUA MAWAR || Bab 9 Jangan Pergi
🥀🥀
Satu bulan sebelumnya.Sebuah mobil taxi menghentikan lajunya di batas jalan. Bukan dari aspal, jalan itu terbentuk begitu saja karena cukup sering dilewati. Rumput pun menghindari tempat itu jika ingin tetap bertahan hidup. Sang supir sebenarnya enggan mengantar hingga di tempat yang sulit dijangkau transportasi. Namun, dia diberi tip yang cukup lumayan.
Usai membantu menurunkan koper, supir itu dengan cepat memutar mobil dan kembali ke jalan yang lebih layak. Untung tidak ada hujan, jalan tanah yang dilewatinya tidak terlalu menimbulkan kotor pada roda mobil kuning tersebut.
Seorang gadis yang menjadi penumpang menarik kacamata hitamnya. Menatap heran pada rumah sederhana yang berdiri di dekat tebing dan laut itu.
“Hmm. Aku memang menyuruhnya mencarikan pekerjaan yang tidak terlalu ramai. Tapi, ini terlalu sepi dan pelosok,” gumamnya sedikit mengumpati sosok yang sudah membantunya sampai ke sini.
“Halo. Cari siapa?”
“Ah, saya yang melamar menjadi pelayan tempo hari, Bu,” ucapnya sopan pada sosok wanita berambut merah yang menyambut di depan teras. Terlihat dia sedang menyirami tanaman.
“Ya ampun! Cepat sekali datang. Kupikir akan lebih lama karena tempat ini yang begitu jauh dari kota. Ayo, masuk ke dalam. Aku perkenalkan pada Nona.” Wanita itu membalas dengan ramah. Sesekali, dia membicarakan tentang rumah atau pekerjaan yang harus pelayan baru itu lakukan.
“Maaf, Nona. Pelayan baru telah tiba,” ucap wanita itu sambil membuka pintu kamar.
Pemandangan pertama yang dilihat sang pelayan baru adalah laut dan langit biru yang berpadu dengan apik. Memiliki warna biru yang sama, tapi tetap dalam batas yang bisa dibedakan. Terlebih, ombak serta awan yang menemani membuat keduanya seperti dua cermin yang disatukan.
Namun, pelayan baru itu juga melihat warna biru yang lain. Melalui lingkaran biru cornflower yang memiliki sedikit pigmen hijau bersanding elegan dengan warna hitam pekat dari helaian rambut yang melambai karena angin. Pupil biru itu menatap ke arah dirinya. Mata yang menyambut dengan melebar hingga seperti laut dalam yang menenggelamkan.
“Nah, kuperkenalkan Nona kita, Naufa Alraisha.”
Pelayan baru itu semakin yakin jika penglihatannya tidak salah. Waktu mungkin boleh berjalan lama, tapi kenangan akan tetap kekal seperti sebuah foto dalam album. Perubahan yang terjadi pun tidak berarti di hadapannya.
“Di ... dia siapa, Scarlet?” tanya sang Nona yang memutus pandangan terlebih dahulu. Seakan masih meragu dengan asumsinya.
“Dia Nafa Rosemary, Nona.”
Scarlet yang dipanggil mulai memperkenalkan pelayan barunya. Hanya sebuah nama, tapi itu cukup untuk membuat Nonanya memintanya meninggalkan keduanya. Kamar itu ditutup, hingga menimbulkan keheningan yang cukup lama.
“Ehm ... A-apa kabar, Kak?” Naufa, majikan rumah sederhana itu memilin tangannya sebelum memberanikan diri mengeluarkan suara. Begitu pelan dan lembut, khas dirinya.
Pelayan baru itu menghela napasnya panjang. Mengumpati orang yang mengirimnya ke sini, lagi. “Sialan. Pantas saja aku dikirim ke sini.”
“Eh?”
Naufa mendengarnya dengan jelas. Ruangan itu terlalu sunyi karena berada jauh dari pemukiman. Suara laut pun sedang tenang-tenangnya. Jika bukan karena melamun, suara sekecil gumaman juga pasti terdengar.
KAMU SEDANG MEMBACA
Dua Mawar [END Masih Lengkap]
FantasyNaufa meninggalkan semuanya demi cinta yang membutakan. Dua tahun bertemu, bukannya menyesal, Naufa justru bunuh diri di depan kembarannya. Nafa, sang kembaran merasa marah dan benci. Namun, tak ayal dia juga merasa sedih. Kebingungan, Nafa pun akhi...