Bab 18 Rencana Baru

121 12 7
                                    

Selamat Membaca!


DUA MAWAR || Bab 18 Rencana Baru
🥀🥀

Nafa sedikit meringis ketika obat antibiotik dioleskan. Darahnya sudah mengering, pembersihannya justru semakin sulit. Meski begitu, dokter itu bekerja cekatan dan langsung memberikan perban. Karena hanya luka kecil, dokter tak memberi obat untuk diminum.

Baru saja ingin pamit, pintu kamarnya didobrak oleh seseorang. Kepala Nafa terasa semakin pusing sekarang.

"Naufa! Ah, bukan. Haruskah aku memanggilmu Nafa?"

"Apa maksudmu?" tanya Nafa tak fokus. Dia tidak salah dengar?

Harlord tersenyum miring. Wajah pucat Nafa dia artikan sebagai wajah kepanikan. Padahal perempuan itu memang sedang sakit. Punggungnya saja bersandar di tembok dengan bantal.

"Aku tahu kau bukan Naufa. Sejak pertemuan kita di rumah itu, kau berubah. Kau bukan Naufa yang kukenal. Terlalu berbeda seakan-akan orang lain menggantikan. Justru, lebih masuk akal begitu. Orang tidak mungkin berubah secepat itu. Makanya, sekarang aku yakin jika kau bukanlah Naufa," jelas Harlord setelah mengusir semua orang termasuk Frank.

Tinggal mereka berdua di dalam kamar yang dihiasi suara guyuran air hujan dari luar.

"Kau kembarannya, bukan? Nafa Alraisha. Menyamar jadi Naufa untuk membodohiku, huh?" Harlord menatap tajam perempuan yang masih merasa lesu itu.

"Pernyataan konyol macam apa itu? Otakmu sepertinya semakin dungu."

"Tidak usah berpura-pura. Aku tahu dari ibu pantimu dulu. Siapa, ya, namanya? Cherry?"

"Sarah?" Nafa langsung menutup mulutnya. Ceroboh, dia malah memberitahu nama sang ibu panti. Kalau begini, Harlord tahu jika semua pemikirannya benar.

"Nah, itu dia. Sarah. Mau kupanggilkan untuk membuktikannya lagi? Nau-bukan, Nafa?"

Pria itu tersenyum penuh kemenangan. Tubuhnya semakin mendekat dan memberikan tatapan ancaman pada Nafa. Menghalau pergerakannya meski tanpa itu Nafa tak bisa ke mana-mana.

"Sekarang, di mana kembaranmu, Naufa? Kenapa kau ada di sini? Untuk apa?"

Pertanyaan Harlord membuat dada Nafa sesak. Benar, Nafa nyaris melupakan tujuan utamanya berbuat ini semua. Menyamar hingga membohongi semua orang. Demi Naufa yang sudah tiada, demi adiknya yang tidak dianggap apa-apa, dan demi penderitaan yang ditimbulkan Harlord.

Pria yang baru menanyakan keberadaan sang adik setelah dua tahun lebih mengabaikannya. Pria berengsek yang bahkan tidak tahu jika Naufa sudah meninggal.

"Aku ke sini untuk membuatmu menderita, Harlord Amartya. Hidupmu selama ini terlalu bahagia, bukan?"

"Hah? Memangnya apa yang kau tahu tentangku?" protes Harlord tak habis pikir. Balas dendam itu hal yang konyol baginya. Menghabiskan waktu dan sama sekali tidak menguntungkan.

"Tentangmu? Maksudnya pria berengsek yang menghancurkan hidup Naufa?"

"Hidupnya? Hidupku jauh lebih hancur sebelum itu!" Harlord mengelak dengan kuat. Menceritakan hal konyol apa saja yang membuatnya membenci sosok Naufa. Perempuan yang maksanya menikah, bersama, dan menjeratnya dalam pernikahan yang tidak diinginkan.

Harlord bukannya membalas dendam, dia hanya merasa senang jika Naufa merasa sedikit sakit. Harlord muak dengan senyuman perempuan yang selalu terbit setiap saat. Satu-satunya ekspresi yang dia gemari adalah ekspresi pasrah dari Naufa saat Harlord mengusirnya.

Dua Mawar [END Masih Lengkap]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang