Selamat Membaca!
○
○
○DUA MAWAR || Bab 16 Kembar Meresahkan
🥀🥀
Padma Hotel adalah salah satu hotel tersohor di Melawa. Gaya bangunannya yang klasik dan berdiri dengan lima lantai membuat hotel itu seperti hotel yang limited. Dan memang benar, untuk memesan satu kamar saja harus antre sebulan sebelumnya. Reputasi Padma Hotel sudah tidak diragukan lagi.
Tempat ini meniru istana kerajaan yang menyajikan kehidupan ala kerajaan yang bisa dinikmati oleh masyarakat biasa. Mulai dari desain kamar, suasana yang penuh lukisan klasik dan bunga lily of the valley yang dipadukan dengan bunga mawar jenis golden celebration. Kesegaran bunga selalu diperhatikan di setiap sudut ruangan. Hotel itupun menjadi lebih fresh dan membuat tamu nyaman.
Namun, seorang pria tidak merasakan kenyamanan itu. Bukan karena dia pria yang kurang romantis yang tidak mengerti keindahan bunga, tapi kemunculan seseorang yang menaikkan seluruh emosinya.
“Wah, Tuan Muda Russell itu tampan juga,” komentar teman sebelahnya. Seorang pria yang lebih tua dibandingnya yang memiliki posisi sebagai wakil ketua partai X.
“Diamlah, Alex.”
“Ha? Apalagi salahku?” tanyanya kebingungan karena selalu ditegur oleh Harlord.
“Ah, nggak, maaf.” Harlord mengusap wajahnya. Menyadari jika menyalahkan orang lain adalah hal yang salah. Toh, Alex tidak tahu menahu tentang masalahnya.
“Kau kenapa, sih dari tadi? Masih memikirkan istrimu? Diam-diam kau romantis juga, ya,” goda pria berambut cokelat dengan bola mata hijau itu.
Harlord bergeming. Dia memang memikirkan Naufa, tapi bukan dalam artian romansa seperti yang dipikirkan Alex. Perempuan licik itu sedang menertawakannya lagi. Harlord harus membalas rasa malu ini.
Bagaimana pun caranya.
Setelah pertemuan itu, Harlord bergegas menjemput Naufa. Bukan hanya menampilkan sisi harmonis keluarganya, tapi dia harus mencegah pertemuan Naufa dengan Aroon. Entah apalagi yang akan mereka rencanakan.
“No comment? Padahal aku sudah mempersiapkan jawaban,” celetuk Nafa yang melihat ketenangan wajah Harlord dari aula hotel hingga ke mobil.
“Jawaban apanya? Bukannya kau hanya akan beralasan saja?” decak Harlord semakin dingin. Pria itu sama sekali tak melihat ke arah Nafa yang sudah menyeringai puas. “Kau memang tak bisa diam sebentar saja, ya?”
“Kau menyuruhku diam sembilan bulan? Seorang wanita sudah bisa melahirkan anak selama itu.” Nafa membalas sarkas.
Harlord sontak menoleh. Tatapannya bertubrukan dengan mata biru Nafa. Dengan serius, dia berkata, “jangan sampai kau hamil sebelum cerai, Naufa. Aku tak peduli seberapa jauh hubunganmu dengan orang Russell itu. Tapi, sebaiknya kau jangan menambah masalah lebih dari ini.”
“Hah! Dia benar-benar bodoh, ya?” Nafa melirihkan suara. Padahal dia sengaja memancing Harlord tentang Naufa yang sempat hamil, tapi sepertinya Harlord bahkan tidak tahu itu.
Atau, memang pria itu tahu dan tidak mau mengakuinya? Seburuk itukah Naufa di matanya? Sebenarnya, apa yang sudah Naufa lakukan padanya?***
“Identitasnya tidak bisa ditemukan, Tuan.”
Harlord terkejut. Dia tidak pernah meragukan pekerjaan Frank sang ajudan. Jadi, semua perkataan Frank adalah kebenaran yang bisa dipercaya. Saat Frank bilang iya, berarti benar. Dan jika dia sampai bermuka masam seperti ini, berarti memang informasi yang dia inginkan tidak pernah ada.
Frank menarik napas. Dia harus menjelaskannya lebih rinci. “Awalnya, Nona tinggal di sebuah panti asuhan di Kota Nahori, bagian timur Itya. Umur delapan tahun, keluarga Alraisha mengadopsi Nona hingga sekarang. Tidak ada yang tahu kenapa Nona bisa berada di panti atau keluarga kandungnya.”
“Namun, ada satu yang aneh.”
Seperti mendapat harapan, binar mata Harlord hidup. Dia meminta Frank untuk melanjutkan.
“Itu ... saat saya meminta informasi pada Ibu Panti, beliau seperti kebingungan. Beliau menanyakan anak perempuan mana yang saya maksudkan. Lalu, setelahnya dia malah tertawa dan mengalihkan perhatian. Seperti sedang menyembunyikan sesuatu.”
“Panggil dia ke sini, Frank.”
Harlord malas menebak, dia akan membuat perempuan itu membuka mulut. Sedikit lagi, Harlord akan menemukan sesuatu dibalik semua misteri yang mengendap di kepala.
Keesokan harinya, seorang perempuan tua yang berusia kurang lebih lima puluhan menghadap pada Harlord. Rambut pirangnya sudah bersemu dengan rambut putih yang menunjukkan usianya. Perempuan itu memakai gaun one piece sederhana berwarna cokelat tua dengan sebuah kain yang menutupi sebagian kepalanya.
Perempuan itu bernama Sarah. Pemilik panti asuhan yang ditinggali Nafa, Naufa, serta Isabelle.
“Ada apa, ya, Pak Gubernur? Kenapa saya tiba-tiba dipanggil?”
Harlord meminta Frank untuk menjelaskan situasinya pada Sarah. Raut wajah perempuan itu langsung berubah. Ekspresinya lebih panik dan sanggat gugup. Harlord semakin yakin jika perempuan itu menyembunyikan sesuatu.
“Saya tidak mau basa-basi, Bu Sarah. Cukup jawab pertanyaan saya dengan jujur dan saya tidak akan menyentuh pantimu.”
Sarah semakin pucat. “Anda akan melakukan apa dengan panti? Di sana hanya ada anak-anak yang tak berdaya. Saya mohon, jangan melakukan apa-apa,” pintanya menyatukan jemarinya. Kepalanya mau tak mau berpikiran buruk ketika Harlord berkata demikian.
“Seperti yang saya bilang. Jika Anda mau diajak kerja sama, saya tidak akan melakukan apapun,” ulang Harlord. Melihat keraguan di wajah Sarah, sepertinya Harlord perlu melayangkan satu pukulan lagi. “Ah, atau Anda mau saya bisa menutup mata atas penjualan budak ilegal yang Anda lakukan.”
Sarah membeku. Wajahnya menyiratkan pertanyaan kenapa Harlord bisa mengetahuinya.
“Saya tidak perlu berbicara lebih lanjut, bukan?” Harlord menegaskan perkataannya. Dia sudah tak mau lagi bersabar. Hingga anggukan kepala Sarah menerbitkan senyum puas. “Ceritakan tentang Naufa, sebelum dia diadopsi oleh Alraisha. Semuanya tanpa terkecuali.”
“Naufa anak itu hanya seperti anak perempuan biasanya. Dia tidak memiliki kelebihan yang menonjol, justru lebih terlihat lemah dibandingkan anak pada umumnya. Tapi, mungkin itu karena sang kakak kembarannya yang jenius.”
“Tunggu, apa maksudmu kakak kembaran? Dia punya saudara?” potong Harlord.
Sarah meneguk ludah. Ini adalah rahasianya yang sudah dia janjikan untuk tutup mulut seumur hidup. Namun, Sarah terpaksa berkhianat.
“Ah ... itu. Sebenarnya adalah rahasia. Kakak Naufa memiliki kekuatan yang mengerikan dan sulit dikendalikan. Jadi, dia disembunyikan karena keberadaanya yang berbahaya. Namanya adalah Nafa, sekarang menjadi Nafa Alraisha,” terang Sarah yang menahan sesak napas di paru-parunya. Rasa bersalah semakin menghantamnya dengan kuat.
Harlord tercengang. Selama ini dia berpikir jika Naufa hidup sebatang kara tanpa siapa-siapa. Informasi ini mengejutkan dan membuatnya curiga.
“Kuat? Ada hal lain yang membuat Naufa dan kakaknya berbeda? Seperti tanda lahir atau semacamnya?” tanyanya tergesa.
“Setahu saya tidak,” jawab Sarah sedikit mengingat-ingat. “Hanya saja sifat keduanya berseberangan. Nafa jauh lebih egois dan kasar dibandingkan Naufa. Namun, saya tidak tahu di mana dia sekarang. Entah masih hidup atau tidak.”
Harlord mengabaikan penjelasan Sarah. Semua keping ingatannya bermunculan. Saling bertautan membentuk sebuah benang kebenaran atas rasa gelisah dan gundahnya selama beberapa waktu terakhir. Naufa dan Nafa, perempuan kembar itu mempermainkannya.
“Sialan! Seret perempuan gila itu ke hadapanku, Frank!”***
Bersambung ...DUA MAWAR || 🥀🥀
© Nafa Azizah
KAMU SEDANG MEMBACA
Dua Mawar [END Masih Lengkap]
FantasyNaufa meninggalkan semuanya demi cinta yang membutakan. Dua tahun bertemu, bukannya menyesal, Naufa justru bunuh diri di depan kembarannya. Nafa, sang kembaran merasa marah dan benci. Namun, tak ayal dia juga merasa sedih. Kebingungan, Nafa pun akhi...