Selamat Membaca!
○
○
○DUA MAWAR || Bab 15 Kandidat Tak Terduga
🥀🥀"Selamat siang semuanya! Selamat datang di Pertemuan Kandidat DEPARA yang diselenggarakan di Padma Hotel, Melawa! Di sini kami akan mengumumkan siapa saja yang akan menjadi perwakilan tiap partai. Nah, pasti udah pada penasaran, kan?"
Pembukaan yang dilakukan oleh pembawa acara siang itu memeriuhkan suasana. Semua tamu undangan duduk di kursi yang sudah disediakan sesuai partai yang mereka usung. Kebanyakan dari mereka adalah lelaki, perempuan yang duduk bersanding adalah pasangan yang menemani.
Tidak ada peraturan tertulis yang melarang perempuan mencalonkan diri, tapi patriarki masih mengakar di Tora. Lelaki sebagai dominan dalam pemedang kekuasaan masih dipegang meski sudah banyak aktivis yang bersuara tentang kesetaraan gender. Apalagi sistem monarki yang masih melekat, di mana Raja masih memimpin, seperti menanamkan pemikiran jika lelakilah yang lebih layak memimpin dibanding perempuan.
Jadi, meskipun ada kandidat perempuan yang mencalonkan diri, seratus persen dia akan kalah suara.
Seorang pria nampak duduk dengan gelisah. Beberapa kali matanya melirik ke arah lain dan menghembuskan napas dengan cepat. Ruangan itu penuh dengan Air Conditioner, tapi keringat dingin tetap keluar dari telapak tangannya. Sedikit diberi sihir, tangan pria itu pasti membeku.
"Hei, tenanglah. Kau ini kandidat yang sudah pasti tahu," tegur temannya sembari mengelus pundak pria yang bersetelan formal itu. Jas biru tuanya seakan sudah menjadi ciri khasnya yang senada dengan warna pupil matanya. Dengan kemeja terang bewarna putih dengan aksen garis merah, pria itu terlihat fresh dan mencerminkan seorang pemuda.
"Bukan itu." Pria itu lalu mendekatkan diri, memberi pembatas sebuah telapak tangan yang sebagai isyarat bisikan. "Istriku dipanggil oleh Putri Selena. Sampai sekarang mereka belum kembali."
"Sialan. Kau mau sombong?" Temannya menampar pundak.
Harlord menggeleng, "Bukan! Naufa belum pernah bertemu keluarga kerajaan. Aku takut dia berkata yang tidak sopan lalu aku kena juga."
"Benar juga. Meskipun pihak kerajaan tidak terlihat dalam politik secara langsung, pengaruh mereka tetap besar. Namun, bila istrimu pintar, dia pasti bisa memanfaatkannya dengan baik."
Harlord mengusap wajah. Iya, asalkan perempuan gila itu berpikiran normal, dia pasti tidak akan khawatir seperti orang bodoh. Khawatir? Ya, Harlord tidak mengelak fakta ini untuk sekarang. Karena sifat Naufa yang berubah dan dia yang belum menemukan penyebabnya.
Ketidaktahuan sungguh membuatnya gila. Entah apa yang akan direncanakan oleh istrinya itu.
***
"
Baiklah, Nona Alraisha."
"Itu lebih enak didengar, Putri Andreas. Eh, atau Putri Gloucester? Marga Anda yang mana, sih?" tanya Nafa kebingungan. Sebab, sang putri memiliki tiga kata untuk namanya. Sedangkan kebanyakan warna Tora hanya memiliki dua kata, nama depan dan nama keluarga atau marga.
"Gloucester. Karena aku keturunan kerajaan, nama ayahku tersisip di tengah namaku." Putri Selena menjelaskan sembari membuat Nafa ingat dengan nama Raja Tora saat ini; Raja Andreas. "Tapi, panggil saja Putri Selena. Aku tak terbiasa dipanggil dengan margaku."
Nafa hanya mengangguk sebagai jawaban. "Jadi?"
Putri Selena sedikit terdiam dengan pertanyaan Nafa. Satu kata itu memiliki banyak penafsiran. Melihat sikapnya yang acuh tak acuh, sepertinya Nafa menanyakan alasan mengundangnya. Sikapnya sungguh terang-terangan. Tak bisakah perempuan itu bertanya lebih spesifik?
KAMU SEDANG MEMBACA
Dua Mawar [END Masih Lengkap]
FantasíaNaufa meninggalkan semuanya demi cinta yang membutakan. Dua tahun bertemu, bukannya menyesal, Naufa justru bunuh diri di depan kembarannya. Nafa, sang kembaran merasa marah dan benci. Namun, tak ayal dia juga merasa sedih. Kebingungan, Nafa pun akhi...