Selamat Membaca!
○
○
○DUA MAWAR || Bab 22 Greenhouse
🥀🥀Masih di tempat yang sama. Sebuah rumah sederhana dengan tiga lantai yang tertutup beberapa pepohonan. Dicat dengan warna merah bata, sesuai warna kesukaan pemiliknya.
"Ja-jangan bercanda!"
Sosok gadis yang sedari tadi diam membuat perhatian. Meskipun sedikit ketakutan, dia tetap mencoba melawan. Tatapannya menuju lantai, tapi genggaman tangannya meremas gaun warna merah jambunya dengan kuat.
"Ka-kamu hanya berbohong! Tidak mungkin kamu bukan orang Tora!" tunjuknya pada perempuan yang membuatnya ketakutan selama ini. Apalagi ketika dia tersenyum miring.
"Kenapa tidak mungkin?"
"So-soalnya kamu bisa sihir! Hanya warga Tora yang bisa menggunakan sihir di dunia ini. Itu pengetahuan umum, tahu. Jangan mencoba membodohi kami!" ucapnya lagi sedikit berani dengan menatap wajah sang lawan. Meskipun bukan tatapan matanya langsung, dia sudah membuat satu langkah baru.
Sang lelaki yang terdiam pun mulai membenarkan. Mereka berdua menyudutkan satu perempuan yang sangat meresahkan. Memberikan argumen kosong dengan harapan palsu yang muncul tiba-tiba. Namun, kemunculan yang tiba-tiba juga akan hilang secara tiba-tiba.
"Kalian masih berpikir seperti itu? Karena darah Tora yang mengalir di nadi kalian yang membuat kalian bisa menggunakan sihir? Padahal sihir tidak terwujud dari darah. Tahu dari apa? Ya, alam. Alias kekuatan para tumbuhan, tanah, dan langit. Kalian hanya meminjam kekuatan alam. Bukan karena darah Tora yang kalian miliki." Nafa membuka jendela, membiarkan angin masuk seolah temannya.
"Bukan karena kalian warga Tora, melainkan kalian yang tinggal di Tora. Tanah Tora yang memberikan kalian sihir. Kerajaan menutupi itu semua dan membual jika kalian tak boleh menggunakan sihir di luar tanah Tora. Atau soal warga asing yang dilarang tinggal di Tora. Mereka takut, tanah Tora akan menjadi rebutan semua orang di dunia," tambahnya lagi tersenyum penuh kemenangan.
Melihat wajah pias Harlord tetap menjadi kegemarannya. Meski terlihat ingin mengelak, Harlord tak menemukan bukti bahwa pernyataan Nafa salah. Justru, batinnya merasa jika Nafa mengatakan kebenaran. Sebab itu, dia memilih cara yang lain.
"Kau pasti hanya menggertak. Kalau memang benar, kenapa kau diam saja? Pasti karena tidak ada yang mempercayaimu, bukan?" Harlord melawan dengan hati setengah meragu. Egonya menolak untuk mengalah saat ini.
"Iya." Di luar dugaan, perempuan gila itu tak melawan balik. Namun, senyum percaya dirinya tidak luntur. "Karena aku bukan siapa-siapa, tidak akan ada yang percaya. Tapi, setelah suamiku menjadi perdana menteri, ucapanku akan memiliki pengaruh di seluruh Tora, bukan?"
Deg.
Jika biasanya Harlord yang membekukan sesuatu dengan sihirnya, kini giliran dirinya yang terbeku. Bahkan tanpa menggunakan sihir.
"Bagaimana? Jika kau tetap nekad dan menang menjadi perdana menteri, aku akan membeberkan semuanya. Termasuk tentang perselingkuhanmu. Namun, kalau kau tidak menjadi perdana menteri pun, hmm, kau bisa membayangkannya?"
Nafa berucap tepat di depan mata Harlord. Dengan senyum bak iblis yang memberikan ujung tombak di setiap sisi tubuhnya. Harlord mulai merasa dirinya terkepung oleh semak belukar berisi mawar dengan durinya. Bergerak, dia akan tertusuk. Diam, mawar itu akan tumbuh dan menusuknya.
Ah, apakah Harlord pernah seterpojok ini? Sebenarnya, sejauh mana rencana si Nafa?
Melihat kedua pasang kekasih yang terdiam, Nafa menambahkan, "Mau bukti lagi? Kau penasaran dengan Greenhouse, kan tadi? Ayo, kita ke sana. Aku yakin Putri Selena pasti juga ada di sana."
KAMU SEDANG MEMBACA
Dua Mawar [END Masih Lengkap]
FantasyNaufa meninggalkan semuanya demi cinta yang membutakan. Dua tahun bertemu, bukannya menyesal, Naufa justru bunuh diri di depan kembarannya. Nafa, sang kembaran merasa marah dan benci. Namun, tak ayal dia juga merasa sedih. Kebingungan, Nafa pun akhi...