Bab 13 Sang Pengacau Cuaca

126 6 0
                                    

Selamat Membaca!


DUA MAWAR || Bab 13 Sang Pengacau Cuaca
🥀🥀


Kembali ke waktu sekarang. Tepatnya, sehari setelah pesta ulang tahun Isabelle. Hari ini pun, hujan kembali mengguyur. Musim penghujan memang sedang di puncaknya.

Frank, sang ajudan Harlord merasa gamang dengan perubahan tuannya. Meski sudah kembali bekerja setelah libur tahun baru, dia merasa tuannya butuh liburan lebih lama. Penyebabnya, semua perkerjaan tidak ada yang beres.

Seharian ini pria dingin itu banyak termenung dan berwajah murung. Berbeda sekali dengan sosok biasanya. Mulut Frank menjadi gatal untuk bertanya. “Tuan, apa ada masalah?”

“Ada. Aku bertengkar dengan Isabelle.”

“Ah ... begitu.” Frank mengutuk mulutnya. Seharusnya dia tidak bertanya. Ini akan menjadi pembicaraan panjang.

“Kami memang biasa bertengkar. Toh, pasangan selalu begitu, kan?” ujar Harlord lagi sambil merundukkan kepala. “Tapi, ini yang paling parah. Isabelle menghindariku, tidak mau mengangkat telepon, atau menemuiku. Aku sudah mencoba berbagai cara, tapi tetap gagal. Apa yang harus aku lakukan?”

“Ma-maaf, Tuan. Saya belum pernah punya kekasih, jadi saya tidak berpengalaman perihal ini.”

Harlord langsung mengangkat kepala. “Benar juga. Kenapa kau tidak menikah, Frank? Usiamu sudah nyaris empat puluh, kan?”

Karena terlalu lama bekerja denganmu, Tuan! Batin Frank yang ditutupi dengan tawa kecil.

Frank sudah bekerja untuk keluarga Amartya sejak kecil. Orang tuanya menekan dirinya menjadi ajudan Harlord sebagai balas budi. Keluarga Frank duli sangat kesusahan hingga harus bekerja di keluarga orang kaya. Ayahnya sebagai sopir dan ibunya sebagai pelayan. Kini, dirinya juga tak lepas dari keluarga Harlord.


“Justru itu, saya sudah terlalu tua untuk mencari pasangan,” lirih Frank yang sudah menyerah dengan kisah percintaannya. Benar, uang tetap nomor satu.

“Haah. Andai saja perempuan gila itu tidak datang, tidak akan jadi seperti ini,” keluh Harlord mengabaikan penderitaan Frank. Padahal ajudannya sudah berencana mengganti topik.

“Maksud Tuan?” Tolong siapapun potong lidah kepo milik Frank.

“Naufa datang ke pesta ulang tahun Isabelle. Aku langsung menyeretnya agar tidak membuat keributan, tapi Isabelle justru menghampiri. Dia lalu disihir olehnya ... ah!”

Harlord tiba-tiba berdiri. “Frank, apa kau pernah melihat Naufa menggunakan sihir?” tanyanya dengan wajah pucat. Ada apa lagi tuannya ini?

“Tidak? Nona sepertinya sangat lemah. Beliau bahkan diam saja saat diganggu oleh pelayan sebelumnya.

Harlord termenung. Benar, Naufa selama ini hanya diam dan menerima semuanya begitu saja. Belum lama ini juga, dia mengatakan soal penggunaan sihir atau apalah itu. Namun, kenapa saat pesta semalam dia menyerang Isabelle?

Itu pun bukan sihir kecil yang hanya mengeluarkan air dari tongkat. Namun, banyak air hingga mengurung kekasihnya. Dilakukan dengan cepat dan akurat. Seharusnya sihir yang seperti itu membutuhkan mantera yang panjang.

『Sihir Air : Penjara Air!』Adalah mantera yang keluar kala itu.

Setidaknya, ada dua sampai tiga kalimat untuk mengeluarkan sihir. Semakin tinggi sihirnya, semakin panjang pula manteranya. Sihir yang ditujukan pada Isabelle bahkan keluar nama sihirnya saja.

“Penyingkatan mantera? Sejak kapan dia bisa melakukan hal itu?” gumam Harlord kembali mencoba mengingat-ingat kejadian semalam.

Hanya penyihir tingkat tinggi yang bisa melakukan penyingkatan mantera. Bahkan, beberapa dari mereka bisa mengeluarkan sihir tanpa mengucapkan apa-apa. Cukup membayangkannya dalam kepala, sihir akan terbentuk sendirinya. Sama seperti Harlord yang mengeluarkan sihirnya pada Isabelle yang terkurung dalam air.

Dia mengarahkan tongkat dan membayangkan es menyelimuti tubuh Isabelle. Meski dilakukan tanpa sadar, itu tetap sihir yang mengagumkan. Pembacaan mantera cukup menguras waktu. Harlord wajar bisa melakukannya karena mata biru mesirnya yang pekat. Namun, bagaimana dengan Naufa?

“Sebentar, mata?” Harlord tanpa sengaja melihat foto pernikahannya dengan Naufa dua tahun yang lalu. Ingin dibuang, tapi citranya bisa buruk. Jadi, setidaknya dia memasang satu di meja kantornya.

Seorang gadis yang tersenyum manis dengan gaun putihnya. Meski menyipit, matanya masih terlihat. Warna biru di mata Naufa saat itu lebih terang dari yang Harlord ingat. Apalagi akhir-akhir ini dia sering beradu pandang dengan Naufa. Mau tak mau, dia melihat secara langsung mata biru menjengkelkan itu.

Apa ini karena pengaruh cahaya? Atau Harlord yang jarang memperhatikannya? Atau ... ada alasan lain?

“Frank ... aku ingin kau menyelidiki Naufa. Semuanya dari awal dia lahir dan bagaimana dia bisa berada di keluarga Alraisha. Tanpa terkecuali.”

Dua Mawar [END Masih Lengkap]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang