Bab 2 Pria Asing

330 25 29
                                    

Selamat Membaca!


DUA MAWAR || Bab 2 Pria Asing
🥀🥀

"Sepertinya kau semakin gila saja, Naufa."

"Wah! Kau menyebut namaku. Sungguh keajaiban bagi suami yang tak pernah menganggap istrinya hidup," sindir sang istri sengaja, lagi.

Harlord memilih untuk abaikan kali ini. Toh, memang itu yang selalu dia lakukan kepada istrinya. Lantas, Harlord mengeluarkan surat perceraian yang sudah di cap oleh pihak istri. Hanya tinggal membubuhkan cap dari pihak suami.

"Kau benar-benar mengirim ini? Bukan upayamu yang berusaha menarik perhatianku lagi?"

"Hah?"

Harlord tersenyum miring, "Kau selalu bertingkah gila untuk mencari cinta dariku. Ah, apa namanya? Tarik ulur? Kau sengaja mundur lalu ketika aku memperhatikanmu, kau beranggapan bahwa aku mencintaimu. Lalu, kita menjalani hidup sebagai suami istri yang sesungguhnya," terkanya penuh percaya diri.

"Bahkan cerita di novel jauh lebih baik daripada ini, Naufa Alraisha."

Perempuan itu membalas senyuman Harlord. "Tingkat percaya dirimu memang luar biasa, Suamiku. Tapi, sayangnya aku hanya ingin lepas darimu. Tak ada gunanya menjadi istri yang dibuang, diasingkan, dan tidak diberi nama marga dari pihak suami. Harlord Amartya, kau yang melarangku mengubah nama. Jadi, apa bedanya aku ketika menjadi istri dan tidak?"

"Pertama, kau sudah setuju dengan hal itu selama dua tahun. Kedua, jangan sebut aku 'suami'. Panggil aku 'Tuan'. Aku tak pernah sudi menjadi suamimu," titah Harlord melotot dan memberi ancaman berupa tatapan tajam dan telunjuk tangan yang berada di dahi sang perempuan.

Seolah menunjukkan kebodohan perempuan itu.

"Aku berubah pikiran."

"Hah?"

"Sudahlah! Memangnya itu penting sekarang? Kau mau menandatanganinya atau tidak?" gerutu sang perempuan membuat Harlord memundurkan tubuh. Dilipatnya kembali kertas itu dan mengeluarkan sebuah kantung.

"Terserah aku, dong. Dan juga, aku tak butuh perhiasan jelekmu ini. Jika memang aku ingin bercerai, aku akan menggunakan uangku sendiri untuk membayar denda. Kau pikir aku miskin?"

Harlord lantas melempar kantung itu ke dekat sang istri. Berisi perhiasan berupa kalung dan cincin yang seharga beberapa puluh ribu. Dia juga langsung membalikkan badan keluar dari perempuan yang dianggapnya gila itu.

"Frank. Kita pergi sekarang," perintahnya begitu keluar dari pintu.

"Ah, maaf, Tuan. Sepertinya kita tidak bisa pergi."

Harlord menghentikan langkah dan membentak ajudannya itu. "Kenapa?!"

Frank lantas menunjuk ke arah jendela di dekat lorong. "Hujan sedang turun dengan deras. Jika dipaksakan, mobil akan mogok karena jalan ke sini belum diaspal."

Melihat luruhnya air dari langit bersama kilat yang sesekali muncul, Harlord terpaku. Rasa menyesal telah memberikan rumah yang bagus serta terpencil di pulau mulai menyeruak.

Dua Mawar [END Masih Lengkap]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang