0.2 Sabrina Belva

985 62 3
                                    

Di tepi kasur king size yang ada dalam kamarnya Aleen duduk terdiam, kepalanya tiba-tiba terasa pusing lantaran mencoba memahami penjelasan-penjelasan Nenek beberapa saat lalu

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Di tepi kasur king size yang ada dalam kamarnya Aleen duduk terdiam, kepalanya tiba-tiba terasa pusing lantaran mencoba memahami penjelasan-penjelasan Nenek beberapa saat lalu. Setelah makan malam menegangkan itu selesai, Aleen diminta untuk mengikuti Nenek sampai ke ruangannya. Di dalam sana Aleen mendapat banyak informasi mengenai keluarga ADHINATHA karena Nenek menjelaskan semua padanya. Tidak secara instan, butuh waktu kurang lebih 2 jam Aleen mendengarkan di dalam sana. Mulai dari aturan-aturan yang berlaku, sampai ke silsilah keluarga.

Namun yang menjadi PR bagi Aleen saat ini adalah etiket keluarga ADHINATHA, Aleen harus menghafalnya. Misalnya seperti-tidak boleh mengeluarkan suara saat makan, atau yang paling mendasar mulai sekarang ia harus terbiasa memanggil Nenek sebagai Avia. Dalam bahasa Indonesia, Avia artinya nenek, itu diambil dari bahasa Latin. Nenek juga menjelaskan kalau keluarga ADHINATHA menggunakan 3 bahasa resmi, Indonesia dan English sebagai bahasa wajib, sedangkan bahasa Latin tidak dipaksakan. Tapi kalau kau ingin disebut sebagai keluarga ADHINATHA sejati, lebih baik kau mempelajari bahasa Latin, katanya.

Selain Avia, keluarga ini juga menggunakan bahasa Latin di beberapa bagian, seperti parva domus—kalian masih ingat saat Papa menyebutkan itu, kan?—ternyata artinya adalah rumah kecil, dan untuk rumah yang paling besar disebut sebagai magna domus. Kata sambutan yang tertera di gerbang utama juga menggunakan bahasa Latin, saat itu Papa juga sudah menjelaskannya. Intinya, sedikit demi sedikit Aleen mulai memahami keluarga ini, walau nyatanya itu membuat kepala jadi sedikit pusing, apalagi mengenai silsilah keluarga, Aleen benar-benar belum bisa membereskan yang satu itu.

Nenek menyebutkan banyak nama, dia bilang anaknya ada 5. Anak yang pertama adalah Om Madaharsa, Aleen tidak ingat siapa nama istri dan anaknya, tapi kata Nenek Om Madaharsa memiliki 1 putra. Mereka tinggal di magna domus (rumah paling besar) bersama Nenek.

Anak ke-2 namanya Om Yudanta, Papanya Razel. Dan wanita yang memakai gaun merah tadi adalah istrinya, Tante Siska namanya. Mereka tinggal di parva domus 1, rumah kecil pertama yang ada di sayap kanan.

Lalu rumah kecil ke-2 yang ada di sayap kanan (parva domus 2) ditempati oleh Om Lingga dan putrinya, Aleen lupa siapa nama putrinya. Istri Om Lingga sepertinya tidak ada, soalnya Nenek bilang mereka hanya tinggal berdua. Om Lingga ini anak ke-3.

Dari kelima anaknya, Nenek bilang hanya ada satu yang berjenis kelamin perempuan yaitu anak ke-4nya, Tante Ayunindiya namanya. Suaminya juga tidak dibahas oleh Nenek, tapi Tante Ayunindiya memiliki seorang putra yang bernama Aleo, Aleen sangat ingat karena nama itu hampir mirip dengan namanya. Parva domus 3 adalah tanggung jawab mereka, rumah yang ada di samping tempat tinggal Aleen dan Papa.

Ilustrasi kediaman keluarga ADHINATHA:

Ilustrasi kediaman keluarga ADHINATHA:

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
RABIDUS FAMILIATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang