1.2 Cahaya kutub

816 63 0
                                    

Nyaris mengimbangi percepatan cahaya, foto Aleen duduk bersama Aleo di lapangan utama AHS menyebar begitu cepat di kalangan murid-murid seantero sekolah, atau bahkan mungkin sudah tercium sampai ke jajaran para pengajar, juga

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Nyaris mengimbangi percepatan cahaya, foto Aleen duduk bersama Aleo di lapangan utama AHS menyebar begitu cepat di kalangan murid-murid seantero sekolah, atau bahkan mungkin sudah tercium sampai ke jajaran para pengajar, juga. Seharian ini, Aleen bahkan kewalahan menghadapi tatapan siswa-siswi lain yang menatapnya seolah-olah ia telah melakukan tindak kriminal. Oh, atau duduk bersama Aleo memang termasuk tindak kriminal? Aleen bersumpah untuk mengutuk siapa pun orang yang sudah memotretnya diam-diam dan menyebarkannya.

“ALEEN!”

Mendengar namanya disebut, Aleen menoleh membalik badannya menghadap ke belakang. Empat temannya yang berasal dari kelas bahasa, kompak berlari menghampirinya.

“Hah ... hah ... akhirnyha ... ketemu jugha.” Kata Maira ngos-ngosan. Gadis itu membungkuk berusaha mengatur napasnya, sama seperti posisi Haniva yang berdiri di sampingnya. Anggia sendiri bersandar di pilar koridor sambil memejamkan matanya. Sedangkan Safira yang memang mengenakan seragam olahraga, berakhir berjongkok dengan napas tersegal-segal. Mereka berempat persis seperti peserta lari maraton.

“Gila! Kita sampai keliling gedung IPA nyariin lo, tau nggak?” Safira berdiri memberi protes.

Lalu Anggia mendukung dengan anggukan. “Untung ketemu.”

“Emang kenapa? Gue ketinggalan info? Ada tugas bahasa?”

“Bukan! Tapi ini bahkan lebih penting dari tugas bahasa, Leen.” Haniva mengeluarkan ponsel dari saku almamaternya, lalu sibuk mengotak-atik benda persegi panjang itu. “Jelasin apa maksudnya ini,” katanya sambil memperlihatkan layar ponselnya yang menampilkan foto Aleen dan Aleo yang lagi viral itu.

Aleen menghela napas, ia pikir ini sesuatu yang lebih serius. “Foto itu—”

“Aleen Alnaira.”

Suara itu membuat Aleen beserta teman-temannya kompak menoleh, mendapati Mr. Lutman—guru olahraga sekaligus pelatih utama Aritcers—berjalan menghampiri mereka.

“Bisa ikut sebentar? Saya ingin bicara.”

Merasa tidak punya hak untuk menolak, Aleen lantas mengangguk, “Bisa, Mr.”

Mr. Lutman beranjak lebih dulu, meninggalkan Aleen yang mendapat tatapan tanya dari keempat temannya yang seolah menanyakan ‘ada apa?’ Aleen hanya mengendikkan bahunya lalu segera menyusul langkah Mr. Lutman. Jujur saja dia juga tidak tau kenapa Mr. Lutman tiba-tiba ingin berbicara padanya.

-

“Saya tidak tau apa hubungan kamu dengan Leo. Tapi foto yang beredar itu jelas membuktikan kalau kamu tidak takut pada anak itu.”

Aleen terdiam, belum bisa memahami maksud dan ke mana arah pembicaraan Mr. Lutman. Namun Aleen berspekulasi kalau pembicaraan ini ada hubungannya dengan Aleo.

RABIDUS FAMILIATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang