1.4 Zat capsaicin

749 58 0
                                    

Razel sedang menutup pintu mobil begitu pemandangan asing malah tak sengaja tertangkap oleh indera penglihatannya

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Razel sedang menutup pintu mobil begitu pemandangan asing malah tak sengaja tertangkap oleh indera penglihatannya. Di sana, tepatnya di koridor sayap kiri, ada anaknya Om Wismana yang sedang berjalan di-ikuti oleh Aleo dua meter dari belakang. Harusnya Razel tidak perlu merasa heran, rumah mereka kan memang searah, tapi masalahnya di sini tidak ada kendaraan lain selain motor Aleo dan juga mobil tumpangan Razel, itu artinya Aleo dan anaknya Om Wismana pulang bersama. Kok bisa?

Kening Razel masih mengerut mengawasi dua orang itu ketika mobil hitam lainnya berhenti tepat di belakang mobilnya. Razel beralih menatap mobil itu, mendapati Fikri turun dari kursi penumpang. Sebelum melewatinya, Razel buru-buru merentangkan tangannya, sengaja menghalangi jalan pemuda itu. Merasa terganggu, Fikri melempar tatapan tak suka lalu mengisyaratkan agar Razel menyingkir dari hadapannya.

Namun bukannya menyingkir, Razel justru mengendikkan dagunya ke arah koridor sayap kiri. “Mereka udah saling kenal? Sejak kapan?”

Fikri menoleh ke sana, Razel juga. Gadis itu makin tidak percaya melihat apa yang terjadi di sana, Aleen dan Aleo yang tadinya masih berjalan kini sudah berdiri saling berhadapan tepat di depan pintu parva domus 3. Entah apa yang mereka bicarakan, Razel merasa semakin penasaran.

“Lo pernah dengar berita tentang rambut Leo ditarik?”

Fokus Razel beralih pada Fikri, gadis itu lantas mengangguk. “Yang kejadiannya waktu hari senin itu, kan? Gue bahkan dengar sendiri suara teriakan Leo.”

“Itu Aleen pelakunya.”

“Apa?!” Keterkejutan Razel belum surut begitu Fikri kembali bicara.

“Mungkin dari kejadian itu, urusan mereka terus berlanjut sampai ke foto yang viral kemarin.”

“Foto viral? Foto apa?”

Alis Fikri terangkat tinggi. “Jadi ... lo belum liat? Tumben, biasanya lo yang paling peduli sama berita-berita yang muncul di akun gosip itu.”

Mengerti ke mana arah pembicaraan Fikri, Razel buru-buru mengambil ponselnya, mengotak-atik benda persegi panjang itu hingga akhirnya menemukan foto yang Fikri maksud. Foto Aleo dan Aleen yang duduk bersama di lapangan utama AHS. Posting-an itu rupannya sudah muncul sejak jam sepuluh pagi kemarin. Razel benar-benar ketinggalan, memang sudah dua hari ini dia jarang mengaktifkan ponselnya, jadwalnya yang terlalu padat membuat Razel memegang ponsel ketika perlu saja.

Dari layar ponselnya, Razel mengangkat kepalanya menatap Fikri, memberikan tatapan tanya sekaligus tatapan tidak percaya. Namun ketimbang menjelaskan, Fikri justru hanya mengendikkan bahunya. “Tetrodotoxin,” kata terakhir pemuda itu sebelum pergi begitu saja.

Sepeninggal Fikri, Razel kembali melihat ke arah koridor sayap kiri. Mereka masih ada di sana, dengan posisi Aleo sedang mengangkat kunci motornya tepat di depan wajah Aleen. Razel mengeratkan genggaman tangannya pada ponselnya. Sepertinya Fikri benar, Aleen hampir sama dengan tetrodotoxin—

RABIDUS FAMILIATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang