4.5 Besaran skalar

637 58 2
                                    

“Sab, nanti pinjam buku catatan, ya

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

“Sab, nanti pinjam buku catatan, ya.”

Aleen bisa mendengar Sabrina yang duduk di sampingnya mendengus. Kelas pertama hari ini mereka memang duduk sebangku. Aleen yang memaksa Sabrina duduk bersamanya di bangku bagian tengah sesaat sebelum kelas dimulai. Sir. Alex yang mengajar di kelas mereka hari ini baru saja meninggalkan ruangan. Itu yang membuat Aleen lantas menutup bukunya meski sebenarnya mereka diminta untuk mencatat beberapa materi.

Bel istirahat mungkin akan berbunyi 10 menit lagi, Aleen mengedarkan pandangannya menatap seisi ruangan yang kelihatan serius menulis. Razel duduk di bangku pojok depan. 2 bangku brgeser ke kiri, Fikri duduk di sana. Sedangkan Aleo, pemuda itu duduk di bangku bagian belakang dengan kepala yang tenggelam di atas meja.

Aleen membuka ponsel yang baru saja ia ambil dari saku almamaternya. Mengirim pesan pada Anggia kalau hari ini dirinya tidak akan datang ke gedung IPA lantaran memiliki rencana untuk makan di kafetaria gedung IPS bersama Sabrina. Selesai mengirim pesan, Aleen iseng membuka akun base sekolah, akun gosip yang 80% isinya tentang Aleo.

Mengamati layar ponselnya, Aleen mempertajam penglihatannya menatap potret seorang gadis yang hari ini menghiasi laman utama web. Potret itu disertai keterangan yang berbunyi ‘welcome’. Apa gadis ini murid baru? Tapi semakin lama diperhatikan, Aleen merasa pernah melihat gadis ini. Tapi di mana ya?

“Sabrina.”

“Hm?”

“Hari ini kayaknya ada murid baru di gedung IPA, deh. Beritanya ada di akun base sekolah.” Beritahu Aleen dengan mata yang masih fokus pada ponselnya. Merasa tidak ada tanggapan dari gadis di sebelahnya, Aleen lantas menoleh. “Sabrina!” Panggilnya sedikit membentak sambil menggoyang-goyangkan lengan Sabrina.

“Apa sih, Leen?” Meski dengan wajah terpaksa, Sabrina akhirnya menanggapi.

“Ada murid baru di gedung IPA.”

“Ya terus?”

“Beritanya ada di akun base sekolah. AHS biasanya emang gitu? Tiap kali ada murid baru beritanya bakal di-posting di situ?”

Sabrina mengendikkan bahunya. “Mana gue tau, gue nggak ngikutin akun tolol itu. Tapi kalau apa yang lo tanyain barusan emang benar adanya, gue yakin lo selamanya bakal jadi pemegang rekor murid baru dengan kisah kedatangan paling legendaris yang pernah ada di AHS. Ngejambak rambut siswa paling melegenda seantero sekolah ... Aleo.”

“Ih, kok malah ngungkit-ngungkit yang itu, sih?” Aleen melayangkan protes.

Namun Sabrina tidak mebalasnya lagi, gadis itu kembali melanjutkan catatannya. Aleen terdiam, menatap Sabrina dari jarak sedekat ini membuatnya teringat ucapan Aleo yang sudah lampau—“Kemungkinan lo bisa temenan sama Sabrina cuma 0,1%.”—Haruskah Aleen menyombongkan diri di depan Aleo karena nyatanya dia mampu membuat kemungkinan sekecil 0,1% benar-benar terwujud bahkan hanya dalam waktu kurang dari 6 bulan?

RABIDUS FAMILIATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang